Sebagai tambahan, ada komentar dari Dr. Rudy Sutadi, SpA di
http://www.satumed.com/komentar/view.html?id=871&limit=0&maxdata=5
Rekan2 yg lain silakan menambahkan komentarnya..
Isi komentar Dr Rudy:
***********************************************
Data menunjukkan bahwa di California sejak dimulainya vaksinasi MMR pada
tahun 1978, dan di Inggris di mana vaksinasi MMR mulai dilakukan pada tahun
1988, jumlah penyandang autisme semakin meningkat secara bermakna setiap
tahunnya. Yaitu sampai dengan akhir tahun 90-an meningkat sampai hampir
30-40 kalinya.

Artikel dari satumed.com ini mengesankan bahwa seakan-akan terdapat
kelemahan pada penelitian Dr. Andrew Wakefield. Padahal justru sebaliknya.
Justru penelitian Dr. Brent Taylor, senior dari Wakefield di tempat mereka
bekerja (yang bersama-sama institusinya melakukan penekanan pada Wakefield),
oleh para ahli/peneliti ditolak metodologi penelitian serta kesimpulannya. 
Tetapi banyak orang/badan/industri-vaksin yang secara mentah-mentah langsung
mengutip dan menerima hasil penelitian Taylor secara begitu saja. Hal ini
bisa dimaklumi oleh karena berbagai alasan.
Penelitian di laboratorium-laboratorium Jepang menunjukkan hasil yang sama
dengan hasil penelitian Wakefield.

Studi awal dari Andrew Wakefield meneliti hubungan antara Krohn's disease
(penyakit inflamasi usus) dengan virus campak (measles). 
Setelah publikasinya banyak orangtua dari penyandang autisme yang
menghubunginya dan mengatakan bahwa anak-anak mereka juga mempunyai masalah
pencernaan (chronic bowel problems). Apakah mungkin ada hubungan gangguan
mental dan fisikal tersebut dengan virus vaksin?
Pada tahun 1998, Andrew Wakefield mempublikasikan hasil studi serta
teorinya, di Lancet. Yaitu salah satu majalah kedokteran terkemuka di dunia.
Pada 12 anak yang mempunyai symptom (gejala-gejala) yang sama yaitu
inflamasi usus, dia sebut sebagai enterokolitis autistik, 8 dari orangtua
melaporkan bahwa perilaku anak-anak mereka menjadi buruk setelah vaksinasi
MMR. Kemudian pada studi lebih lanjut yang melibatkan 160 anak, terdapat
hasil yang sama, yaitu adanya virus campak pada usus anak-anak penyandang
autisme yang sebelumnya tidak mempunyai masalah sebelum vaksinasi MMR.
Walau demikian, memang Wakefield belum membuktikan bahwa virus campak yang
ditemukan adalah sama dengan virus campak yang berasal dari vaksin MMR. Hal
ini merupakan langkah besar selanjutnya yang perlu dilakukan dalam
penelitian genetik virus tersebut (genetic fingerprint). Jawabannya akan
dapat diketahui dalam waktu tidak lama lagi.

Jakarta, 07 Januari 2001.
Dr. Rudy Sutadi, SpA
c 2001
KID-Autis JMC (Klinik Intervensi Dini Autisme, Jakarta Medical Center).
Jl. Buncit Ra
***********************************************

Tks,
Mama Ariq

-----Original Message-----
From: Nurul Ainiyah 
Sent: January 23, 2001 8:53 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] Kontroversi Vaksin MMR dan Autisme


Saya juga pernah menemukan artikel ttg Hubungan antara Vaksin MMR dan
Autisme di http://www.satumed.com/isi_artikel/871.html
(isi artikel saya lampirkan di bawah)
Saya sendiri bingung mana yg benar, apakah betul2 ada hubungan antara Vaksin
MMR dan Autisme, atau tidak...
Untuk rekan-rekan yg tahu ttg hal ini, tolong sharingnya dong... thanks

Mama Ariq

 Rabu, 19 April 2000 
Hubungan Antara Vaksin MMR dan Autisme Ditolak

 Anda mungkin pernah mendengar tentang vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella)
yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Parotitis (infeksi
pada kelenjar ludah parotis atau sering dikenal sebagai gondongan), Campak
dan Campak Jerman. Vaksin ini pernah dihubungkan dengan terjadinya autisme,
tetapi para pakar menyatakan bahwa penelitian ini mengandung banyak
kelemahan.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Andy Wakefield sekitar dua tahun
lalu mengatakan telah menemukan jejak virus tersebut dalam usus anak-anak
penderita autisme, dimana risetnya ini menimbulkan ketakutan akan vaksin MMR
untuk pertama kalinya.

Tetapi The Royal Free and University College Medical School di London,
dimana Dr. Wakefield bekerja, telah mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan
kelemahan riset ini.

Riset terakhir disampaikan di depan Kongres Amerika Serikat minggu lalu oleh
Dr. Wakefield dan Profesor John O'Leary, direktur patologi di Coombe Women's
Hospital di Dublin.

Dia mengatakan bahwa pada 25 anak-anak pengidap autisme, 24 mempunyai jejak
virus campak dalam ususnya. Profesor O'Leary mengatakan kini terdapat "bukti
yang menarik" tentang hubungan antara autisme dan MMR.

Akan tetapi, hubungan ini sendiri tidak menjelaskan apakah virus tersebut
menyebabkan autisme, atau bahkan sumber virus ditemukan dalam vaksin MMR,
yang mengandung virus campak dan parotitis dalam bentuk "yang sudah mati".

'Tidak Bisa Dibuktikan'

Departemen Kesehatan mengatakan riset tersebut "tidak bisa dibuktikan dengan
sarana ilmiah biasa. Hal itu tidak membuktikan apa-apa dan tetap belum ada
bukti untuk mengatakan adanya kaitan antara suntikan vaksin MMR dan
autisme," seorang juru bicaranya menambahkan.

"Pasti merupakan bahaya besar kalau anak-anak harus meninggal karena
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin karena ketakutan akan keamanan
vaksin yang sesungguhnya belum dapat dipastikan."

Seorang juru bicara Royal Free Hospital mengatakan bahwa tidak seorangpun
ilmuwan lain sanggup menghasilkan atau membuktikan kebenaran pekerjaan Dr.
Wakefield. Dia menunjukkan pada studi lain yang mengatakan bahwa tes kimia
yang dilakukan oleh Dr. Wakefield untuk memastikan adanya virus campak
mungkin saja telah dianggap positif oleh protein usus normal.

"Dr. Wakefield dengan tegas mendesak untuk melakukan studi lanjutan termasuk
blind test pada subyek, kontrol yang tepat dan tes independen oleh ahli
laboratorium yang tidak mempunyai kepentingan di dalamnya."

Riset awal skala kecil Dr. Wakefield mengatakan bahwa banyak anak-anak
mengalami autisme tidak lama setelah menerima suntikan MMR, tetapi studi
yang lebih besar oleh Medical Research Council (MRC) yang diterbitkan tahun
lalu tidak menemukan satu pun bukti hubungan tersebut.

MRC telah melakukan proyek riset yang jauh lebih besar untuk mencoba
menentukan penyebab autisme. Meskipun anak-anak yang terinfeksi virus campak
alami dapat meninggal dalam kasus yang jumlahnya sangat kecil, infeksi itu
juga dapat memberi komplikasi yang serius, khususnya pada anak yang sangat
muda. Komplikasinya dapat meliputi pnemonia (radang paru), bronkitis
(infeksi pada bronkus) , kejang dan bahkan meningitis (infeksi selaput
otak).

Jumlah penggunaan vaksinasi MMR turun tajam setelah publikasi riset pertama
Dr. Wakefield, yang menghubungkan antara MMR dengan autisme maupun penyakit
Crohn.

-----Original Message-----
From: Imelda, Pasni [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: January 23, 2001 7:14 AM
To: balita anda (E-mail); Festarina; Anik, Artha; Devialina, P Dewi;
Auguar Auguar (E-mail); Reno Pratiwi (E-mail); Wiratni (E-mail 2)
Subject: [balita-anda] Kontroversi Vaksin MMR dan Autisme



FYI


>  -----Original Message-----
> 
> Selasa, 23 Januari 2001
> Kontroversi Vaksin MMR dan Autisme
> 
> Mencegah lebih baik daripada mengobati. Agaknya ini pula yang mendasari
> para ahli kesehatan untuk melakukan vaksinasi ketika manusia -- sebagai
> bayi yang mungil -- baru saja lahir ke dunia.
> 
> Tak heran bila beberapa hari setelah persalinan, ibu sang bayi --bila
> melahirkan di rumah sakit, atau rumah bersalin -- langsung disodori kartu
> menuju sehat. Di dalamnya tertera sederet vaksin yang harus diberikan
> kepada sang bayi, lengkap dengan jadwal pemberiannya, seperti vaksin BCG,
> Hepatitis B, DPT, MMR, HIB, Tifa, dan Polio.
> Sejauh ini memang tidak pernah terdengar ada keluhan terhadap
> vaksin-vaksin tersebut. Para orang tua rata-rata cuek. Para ahli kesehatan
> pun --khususnya di Indonesia-- tak pernah mempermasahkan keamanan
> vaksin-vaksin itu.
> 
> Salah satu prinsip vaksinasi adalah memasukkan mikroorganisme yang sudah
> dilemahkan ke dalam tubuh, agar tubuh membentuk kekebalan terhadap
> mikroorganisme tersebut yang masih ganas. Suatu hal yang bukan tidak
> mungkin terjadi jika mikroorganisme itu malah mengganggu proses
> metabolisme tubuh.
> 
> Dan, inilah yang dicurigai terjadi pada vaksin MMR (measles, mumps, and
> rubella). Vaksin ini spesifik untuk penyakit cacar air, gondongan, dan
> cacar jerman. Profesor Dr Andrew Wakefield, seorang konsultan
> gastroenterologis pada Rumah Sakit Free Royal di London, menyatakan vaksin
> MMR dapat menyebabkan autisme pada anak.
> 
> Autisme adalah penyakit gangguan sosial. Anak tidak responsif terhadap
> lingkungan sekitarnya, bahkan terhadap ibunya sendiri. Gejalanya sudah
> tampak sebelum anak berusia tiga tahun.
> 
> Klaim Profesor Wakefield itu didasarkan atas kasus 170 anak yang datang ke
> kliniknya. Anak-anak tersebut mengalami sindrom autisme dan penyakit usus,
> setelah mereka diinjeksi dengan vaksin 'three in one' MMR.
> Prof Wakefield dalam wawancara eksklusif dengan The Telegraph akhir pekan
> lalu mengatakan, "Pekan lalu di klinik kami melihat sembilan atau 10 anak
> baru, dengan cerita yang sama. Mereka dikirimkan oleh ahli anak dari
> seluruh negeri dengan mengatakan anak ini awalnya berkembang secara
> normal. Tapi setelah divaksinasi MMR, sekarang autis."
> 
> Kesimpulan Wakefield itu diperkuat dengan data yang ada pada kebanyakan
> orang tua mereka. Menurutnya, para orang tua yang anaknya mengalami
> autisme memiliki dokumen perkembangan fisik dan mentalnya, yang
> menunjukkan penurunan setelah vaksinasi MMR berlangsung.
> 
> Atas dasar itulah ia sempat mengatakan bahwa pejabat yang menyatakan MMR
> aman sebagai hal yang memalukan. "Ketika teman menganjurkan anak-anak
> harus diimunisasi MMR, saya jawab tidak."
> Perhatian profesor ini terhadap MMR telah dilakukannya sejak 1998, saat
> kasus ini 'meledak'. Ketika itu ia menemukan 12 kasus serupa. Dan mulailah
> perdebatan tentang bahaya MMR mengemuka.
> 
> Departemen Kesehatan Inggris termasuk yang menentang pendapat Wakefield.
> Departemen itu menjamin bahwa MMR aman. Pernyataan itu misalnya datang
> dari Dr David Salisbury, kepala program imunisasi pemerintah, pada bulan
> ini.
> 
> "Departemen mengatakan bahwa keamanan MMR telah terbukti. Argumen itu tak
> dapat dipertahankan. Itu tidak dapat dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Itu
> tidak hanya pendapat saya tapi ditambahkan pula oleh ahli kesehatan dan
> masyarakat," kata Wakefield.
> 
> Ia mengatakan, "Berbagai uji telah menunjukkan waktu dan waktu lagi bahwa
> kita sedang menghadapi fenomena baru. Departemen kesehatan berpendirian
> bahwa MMR telah terbukti aman melalui studi, setelah studi, setelah studi
> yang tidak pernah berakhir. Terus terang, itu penilaian tidak jujur dan
> menurunkan derajat ilmu pengetahuan pada level terendah."
> 
> Wakefield sadar tindakannya berbicara secara blak-blakan sekarang akan
> membuat marah pejabat kesehatan setempat dan menambah dilema orang tua
> tentang perlu tidaknya vaksinasi MMR bagi anaknya. Bisa jadi orang tua
> akan shock. Namun, risiko itu diambilnya. Alasannya, berbagai bukti tak
> dapat ditolak.
> 
> Di Inggris sendiri jumlah dokter dan perawat yang khawatir terhadap risiko
> vaksinasi MMR meningkat pada bulan lalu. Muncul berbagai tekanan untuk
> memisahkan pemberian vaksinasi MMR secara terpisah. Tidak 'three in one'
> tapi satu per satu, dalam jangka waktu tiga tahun. Selain itu, ada tekanan
> kepada pemerintah untuk menetapkan kebijakan vaksinasi baru.
> 
> Vaksin MMR yang mengandung virus cacar air, gondongan, dan rubella hidup
> ini telah diberikan kepada jutaan anak di Inggris sejak diintroduksi pada
> 1998. Tapi, kemudian jumlah itu turun sejak Dr Wakefield mengungkapkan
> temuannya.
> 
> Sepuluh hari yang lalu kepala kesehatan setempat memperingatkan para orang
> tua bahwa Inggris dapat menghadapi wabah cacar air, kecuali kalau banyak
> anak-anak mereka telah divaksinasi dengan MMR. Terhadap peringatan itu
> Profesor Wakefield mengatakan, "Bagaimanapun, jika wabah meledak ini
> menunjukkan sebuah kegagalan dari departemen kesehatan, di mana mereka
> 'gagal menghadapi isu-isu keselamatan'."
> 
> Kini dokter itu dan kolega-koleganya sedang menguji hipotesis bahwa virus
> measles (cacar air) dari vaksin dapat menjadi rumah sementara dalam usus
> pada anak yang rentan, membahayakan bagi usus dan mengakibatkan autisme,
> serta virus mumps (gondongan) berkembang lebih dari yang diramalkan.
> 
> Bagaimana di Indonesia? Dr Rudy Sutadi SpA, spesialis anak RS Medical
> Center, Jakarta, mengatakan, "Dari pengakuan orang tua yang berobat ke
> tempat saya atau orang tua yang mengoborol dengan saya, memang ada
> beberapa orang tua yang mengakui setelah anaknya diberi vaksin MMR, mental
> si anak menurun secara perlahan-lahan, misalnya kontak mata anak mereka
> mulai menurun perlahan-lahan," ungkapnya.
> 
> Namun demikian, menurut Rudy, tidak semua anak yang diberi vaksin MMR akan
> menjadi autisme. Semuanya, lanjutnya, tergantung pada si anak. "Ada anak
> yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita autisme, dan ada yang tidak,"
> katanya.
> 
> Biasanya anak yang berisiko tinggi autisme, jelas Rudy, adalah kalau ada
> saudaranya atau orang tuanya juga menderita autisme, menderita retardasi
> mental. "Karena itu, anak yang mempunyai risiko tinggi untuk autisme
> sebaiknya ditunda dulu vaksinasi MMR. Setelah tiga tahun didiagnosis tidak
> terjadi perubahan perilaku baru dilakukan MMR," katanya.
> 
> Rudy mengatakan harus disadari pula bahwa apabila tidak diberikan
> vaksinasi MMR terhadap anak, kemungkinan terjadi wabah.
> 
> Terlepas dari apakah ada atau tidak hubungannya antara autisme dan
> vaksinasi MMR, Rudy mengakui kasus anak penderita autisme di Indonesia
> dari tahun ke tahun memang meningkat. Menurut dia, MMR ini biasanya
> diberikan ketika anak berusia 1,5 tahun.
> 
> Peningkatan itu, menurut Rudy, berhubungan dengan dua persoalan. Pertama,
> adanya informasi yang sampai tentang autisme kepada profesi, sahabat,
> tetangga, dll sehingga meningkatkan kasadaran/kewaspadaan masyarakat.
> 
> Kedua, angka kejadian anak autisme dari kepustakaan memang meningkat. Dulu
> angka kejadian autisme 2-10 per 10 ribu kelahiran, sedangkan dari
> konferensi dunia tentang autisme tahun 2000 adalah 1:250, jelasnya.
> 
> Menurut Rudy, para ahli memang sekarang sedang melakukan penelitian untuk
> mencari sidik jari apakah benar vaksin MMR itu yang menyebabkan autisme
> dan penyakit saluran pencernaan akut. "Hal itu sedang diteliti terus,
> kalau benar, memang hal itu tidak bisa disangkal lagi." ian/nri
> 
> Sumber : Republika
> 

>> http://www.indokado.com -> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

















>> http://www.indokado.com -> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

















>> http://www.indokado.com -> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

















Kirim email ke