Ibunya Adrian,
Saya bukan IRT sejati karena saya juga bekerja full
time di kantor, namun saya tertarik memberikan
komentar tentang masalah ibu itu, nggak apa-apa ya?
Begini bu, sejujurnya kalau bisa memilih saya ingin
sekali berkarir dari rumah, jadi tetap punya pekerjaan
sesuai dengan kemampuan akademis tetapi bekerja dari
rumah sehingga punya waktu lebih banyak dengan anak.
Hal yang demikian di dunia barat sudah terwujud dengan
istilah Telecommuting dimana kita bisa bekerja di
suatu perusahaan dari tempat lain baik satellite
office (kantor cabang yang dekat rumah) atau bahkan
dari rumah dengan fasilitas komunikasi yang langsung
tersambung ke kantor. Di Indonesia hal ini masih
kurang berkembang karena masih ada budaya 'absensi'
dimana kehadiran karyawan lebih penting dari hasil
yang dicapai.
Nah sebelum terlalu melebar kembali lagi ke pertanyaan
ibu :
Apakah tidak bekerja membuat kita kehilangan sesuatu
dalam hidup dan membuat kita kurang dibanding ibu yang
bekerja?
Menurut saya ibu yang di rumah justru 'lebih' dari ibu
yang bekerja karena dengan di rumah ibu punya
kesempatan lebih besar untuk melihat tumbuh kembangnya
anak. Ibu bisa berbangga hati jika anak ibu sukses
dari ukuran yang ibu tetapkan (apakah dia anak yang
pintar, ramah, sholeh dll) adalah hasil didikan ibu
bukan didikan orang lain. Dengan dirumah ibu tidak
akan kehilangan kesempatan melihat tahapan
perkembangan anak, kapan dia mengucap kata pertama,
langkah pertama dll, bukan hanya mendapat laporan dari
pembantu, baby sitter atau orang lain. Banyak lagi lho
bu yang bisa didapat. 
Nah sekarang yang penting adalah apa sih artinya ibu
rumah tangga? apakah ibu yang mengerjakan semua urusan
rumah tangga (mencuci, memasak, mengepel, dll) atau
ibu yang bertugas mengelola rumah tangga?
Kalau saya lebih setuju yang kedua. Jadi kalau kita
mampu menggaji PRT ya apa salahnya punya 1,2,3 tetapi
manajemennya kita yang pegang. tentu saja kalau pun
jaman sekarang susah cari PRT ya kita yang harus
mengerjakan tanpa merasa menjadi PRT, ini besar
bedanya lho bu. Kalau ibu hanya terjebak untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga, ibu tidak akan
mendapat manfaat dari ibu tinggal di rumah tetapi
kalau ibu bisa memilah, kapan ibu mengurus rumah,
kapan ibu jadi pendidik anak maka ini yang saya bilang
lebih dari wanita yang bekerja.
Tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anak
(nggak tahu deh rekans lain setuju nggak ya?). Nah
untuk mendidik ini kita perlu punya modal pengetahuan
dan keterampilan (knowledge and skill). Menurut saya
ini yang harus ibu kejar. Apakah ibu sudah mengerti
benar tentang perkembangan anak? apakah ibu tahu
mengenai perkembangan keadaan di luar, apakah ibu tahu
pengaruh yang buruk bagi anak?, bagaimana membentuk
anak yang sukses? apakah ibu tahu teknologi terbaru
yang akan diajarkan sekolah kepada anak (misalnya
komputer, bahasa asing dll), pertanyaan ini akan
bertambah panjang menunjukkan tugas ibu sebagai
pendidik semakin berat.
Nah saran saya, jangan terjebak hanya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga karena tugas utama ibu adalah
sebagai pendidik. Ambilah beberapa kursus yang
menunjang tugas ibu tersebut, misalnya kursus guru TK,
kursus komputer untuk edukasi, kursus bahasa, kursus
kepribadian (bagaimana kita membentuk kepribadian yang
baik bagi anak kalau kepribadian kita tidak baik,
sedangkan anak adalah peniru orang tuanya), kursus
agama dan mengikuti seminar-seminar perkembangan anak
dan isu-isu sosial lain juga jangan lupa olahraga biar
badan tetap fit (suami juga perlu di servis kan?).
Saya yakin jika terus-terusan di rumah orang akan
jenuh, dan kalau jenuh kita tidak efektif menjadi
orang tua karena hanya memikirkan hal yang bersifat
fisik (kapan anak mandi, makan, tidur dll) tetapi lupa
untuk 'mengisi' jiwa anak (pelajaran tentang agama,
tentang sopan santun, tentang makna kehidupa dll) yang
lebih parah kalau IRT hanya terjebak pada rutinitas
yang bisa dibilang 'khas' IRT yaitu mengerjakan tugas
di rumah, arisan, nonton telenovela/india wah itu sih
nggak ada bedanya dengan ibu yang bekerja karena
anaknya nggak diperhatikan.
Terakhir, ibu ngga harus jadi IRT seumur hidup kok,
kalau anak-anak sudah mulai besar (SMP, SMA atau
kuliah dimana waktu di rumah sudah mulai sedikit) ibu
bisa cari kesibukan lain, apakah membuka usaha di
rumah (jahitan, catering, kursus kecantikan) atau
bekerja part time.
Percaya deh bu, ibu yang bekerja memang kelihatan
lebih 'wah' penampilannya dan tentu punya uang
sendiri, tapi kalau dia seorang ibu sejati, pasti
tingkat stress nya jauh lebih tinggi, banyak
pertentangan batin, ibarat satu kaki di kantor, satu
kaki di rumah, otak kiri berpikir tentang target
kerja, otak kanan berpikir kapan anak harus imunisasi,
belum lagi kalau baby sitter/pembantu pulang, anak
sakit, di kantor ada rapat penting... bisa cepet tua
deh he..he..he..
Sekian dulu ya bu, saya dukung kalau ibu jadi 'IRT
Plus'.


Mamanya Dafi

--- Adrian Hadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Netters..
> 
> saya punya masalah tapi bukan masalah balita,
> saya adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari 
> tinggal dirumah, mengurus suami,anak dan keperluan
> rumah tangga, anak saya baru satu umur 3 tahun..
> sekarang tidak ada masalah apa-apa di rumah, hanya
> saya sering merasa resah dengan status saya sebagai
> ibu rumah tangga saja, dulu saya pernah bekerja,
> sekarang
> tidak memungkinkan  untuk bekerja lagi....
> 
> saya ingin minta saran netters apakah menjadi 
> ibu rumah tangga saja tanpa bekerja tidak membuat
> kita kehilangan sesuatu dalam hidup ini??,apakah
> kalo tidak bekerja tidak membuat kita menjadi
> 'kurang'
> dibanding ibu yang bekerja...
> 
> barangkali ada netters yang IRT sejati, sharing
> dong....
> lewat japri juga boleh
> 
> 
> ibunya adrian...
> 
> 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get email at your own domain with Yahoo! Mail. 
http://personal.mail.yahoo.com/

>> kirim bunga atawa pesan cake, klik saja, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



















Kirim email ke