saya ingin berbagi pengalaman.
anak saya jarang sekali pakai diaper, cuma kalau pergi jauh. Memang kalau tidur malam
kita harus gantiin popoknya kalau basah tapi saya pikir itu kan bukan hal yang sulit
banget (rada capek memang eh bukan capek tapi ngantuk. masak cuma gantiin popok aja
capek). Waktu bulan-bulan pertama anak saya tidur jam 7 malam terus bangun kira-kira
jam 10/11 (ternyata ngikutin pola suami saya pulang kuliah) pipis, nyusuin dan
kebetulan saya memang belum tidur. setelah anak saya tidur lagi (kami semua juga),
anak saya kira-kira jam 3 atau jam 4 bangun lagi, kadang pipis kadang cuma nyusuin.
Yang bangun bukan saya dulu tapi suami saya, kalau pipis dia yang gantiin popoknya
sambil ngajak ngobrol bayi, setelah itu baru bayinya dikasih ke saya untuk disusuin.
Pikir-pikir enak juga ya. Padahal kan kasian suami saya udah kerja pagi hari (tanggung
jawabnya cukup besar), langsung kuliah, pulang malam ngobrol-ngobrol dulu sama saya
baru tidur kira-kira jam 11/12 malam. ikut bangun gantiin popok. Saya pikir memang
harus begitu juga biar anak merasa diperhatikan bapaknya juga (ya memang waktu
ketemunya cuma sedikit. Sekarang walaupun anak saya tidak pipis waktu malam tetap aja
bangun malamnya (haus kan, yang tua aja haus). Jadi sebenarnya nggak pake diaper juga
nggak apa-apa. saya suka ngebayangin, kalau kita pake pembalut aja suka nggak nyaman
apalagi segede itu.
Tapi ngomong-ngomong masalah kolok, saya jadi ingat teman saya juga pernah ngasih yang
seperti kolok (saya nggak tahu kolok itu seperti apa), bahannya bukan kertas bukan
kain, tipis tapi bisa nyerap pipis, jadi pantatnya tidak basah. katanya belinya di
blok M mereknya PEX. Jadi terserah mau pakai apa, popok kain, kolok atau diapers.
Popok kain bisa dicuci, diganti kalau basah sehingga tidak menyebabkan iritasi, murah
lagi. Kalau lagi gantiin jadikan sebagai ajang interaksi dengan bayi.
kalau pake "kolok"? harus tetap pake popok kain juga
kalau pake diaper, mahal, nggak ramah lingkungan, kita tetap aja bangun malam untuk
nyusuin, sering menyebabkan iritasi, memang agak praktis buat ortunya. Masalah
perkembangan otak? kan yang membesar-besarkan perusahaan diaper itu sendiri. Anak
memang punya kebutuhan yang berbeda untuk masing-masing umur. Cari tahu kebutuhan bayi
tidur bulan perbulannya. saya pernah ngitung dan anak saya cukup mendapat tidur kok
walau tanpa diaper.
Kayaknya pendapatnya mbak dian bagus deh.
salam
rita
--- "wiwid" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>sejak baru lahir, anak saya pakaikan popok dan dialaskan "KOLOK", itu berupa
>lapisan lembut, yang fungsinya kalau anak saya pipis maka di maaf, pantatnya
>tidak basah (tetap kering)
>mama Alif
>
>---- Original Message -----
>From: dian achdiani <[EMAIL PROTECTED]>
>> 1. Popok sekali pakai (pospak) itu diiklankan memmberikan kenyamanan,
>tetapi
>> nyatanya satu-satunya yang mendapat kenyamanan adalah orangtua si bayi,
>yang
>> tidak usah sering mengganti popok anaknya, tidak ada cucian segunung, dan
>tidak
>> ada ceceran ompol di mana-mana. Si bayi sendiri justru akan menderita
>karena
>> iritasi, dan pospak itu kan suaranya kemerisik, enggak seperti popok kain
>yang
>> tanpa suara.
>> 2. Pada kenyataannya, bayi pakai popok paling cuma 1-2 bulan, sesudahnya
>pakai
>> celana. Selain itu, frekuensi BAK dan BAB nya perlahan-lahan akan
>berkurang.
>> Dengan penggunaan popok/celana kain, kita bisa mempelajari pola
>BAB/BAK-nya,
>> lama-lama akan ketahuan tanda-tanda yang diberikan si bayi kalau dia mau
>BAB/BAK,
>> bisa cepat-cepat dibawa ke toilet/pispot (ditatur kata orang Jawa sih).
>Dengan
>> cara ini bayi akan lebih cepat memasuki masa tidak mengompol (percaya atau
>tidak
>> ke-3 anak saya usia 1 tahun sudah jarang ngompol). Dengan pospak, enggak
>ketahuan
>> kalau anak mau BAK/BAB, tau-tau pospaknya sudah penuh aja. Acara toilet
>training
>> akan menjadi semakin sulit.
>> 3. Pernyataan bahwa tidur bayi yang terganggu akan menghambat pertumbuhan
>otak
>> dan sebagainya, sehingga diperlukan pospak, itu cuma akal-akalannya
>perusahaannya
>> pospak saja. Coba dipikirkan lebih jauh:
>> a. Apakah anak terbangun karena basah atau justru karena perasaan ingin
>BAK
>> ? Bayi saya sekitar usia 6 bulan ke atas selalu terbangun di saat masih
>kering,
>> sehingga seringkali masih ada waktu untuk membawanya ke WC,
>> b. Apakah anak terbangun semata-mata karena BAK/BAB ? Bukankah cukup
>banyak
>> frekuensinya anak terbangun karena ingin minum/lapar, nah yang ini mesti
>diatasi
>> pakai apa dong, kalau memang anak/bayi tidak boleh terbangun sama sekali
>?,
>>
>> c. Sekali lagi, siapa yang diuntungkan bila bayi tidak terbangun di malam
>hari
>> ? Orangtuanya kan, yang tidak perlu begadang.
>>
>> Kesimpulannya, biarlah kita repot mengganti popok setiap kali basah, repot
>dengan
>> cucian segunung, asal jangan anak kita yang repot dengan kulitnya yang
>bermasalah,
>> atau repot karena sudah hampir usia sekolah tapi belum bisa mengatur
>keinginannya
>> untuk BAK/BAB.
>>
>> Semoga bermanfaat, sorry kalau kepanjangan,
>>
>> Ambu-nya Devina, Diva, dan Daffa
>>
>>
_____________________________________________________________
"A room without books is like a body without a soul."
-- Marcus T. Cicero
>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]