Nggak bisa, pasrah dong
Hanya orang bodoh dan kejam yang pasrah tanpa usaha.
Bodoh, karena anda dirugikan tapi tidak berusaha untuk membenarkannya.
Kejam, karena kalau tidak dibenerin maka anak orang lain yang akan kena, bisa saja
anak anda adalah korban kedua, karena orang tua korban yang pertama sama bodoh dan
kejamnya dengan anda.
Jadi lebih baik di tuntut saja RS MMC nya, supaya ada kejelasan, apakah mereka yang
salah atau anda yang menyalahkan.
Pasrah adalah untuk orang yang tidak beriman, Tuhan tidak pernah menyuruh ummatnya
untuk pasrah, yang ada Tuhan menyuruh kita untuk berbuat segala ssesuatu dengan
menyebut namanya.
Andrie Bramintya
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk &
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan
untuk melakukan terapi kembali besok & lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00
pagi dia menangis & tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya
segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan
untuk dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr & suster yg jaga & lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster & DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa & mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau
dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan
oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar
yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD????).
Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya & suami tdk kenal satupun DSA
disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama
DSA dr. Semi Asti.
Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama
suster & dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
& dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan & adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh & difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya
ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2
jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran
saja tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur &
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga & bertanya kenapa tangan & kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto & dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto &
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat & petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat &
dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk
suster!!!)
dia juga pegang tangan & kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk & tdk bisa tidur, dia
lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu bukan mata mau tidur...(massya
Allah..saya sdh lgs lemas) dia lgs panggil dr jaga & suster. Dia juga
instruksiin unt hub DSAnya & ambil darah dgn segera !!
Para netter sekalian saya sdh tidak bisa berdiri lagi melihat saat adek
diambil darah dia tdk memberikan reaksi apa-apa (jarumnya gede & darah yg
diambil banyak). Dr jaga & manager duty panggil suami saya & memutuskan unt
segera membawa adek ke UGD (Bayangin kalo tidak ada manager duty yg tidak
sengaja kontrol). Saya tidak tau lagi apa yg terjadi di sana saya hanya
bisa menangis & berdoa sampai akhirnya adek yang montok (7,3 kg) yg sdh
ngerti diajak ngomong, yg murah senyum dipanggil sama penciptanya Allah SWT
jam 4.15 sore. Saya tdk
tau lagi berapa kali saya tidak sadarkan diri.... bener-bener saya tidak
menyangka sama sekali...ternyata Allah SWT lebih menyayangi dia. Sampai
adek meninggal DSAnya tidak pernah muncul ataupun mengucapkan
belasungkawa. Dia hanya periksa satu kali pada jam 7.00 pagi itu saja,
padahal saat dia periksa dia tau kondisi si adek, bukankah seharusnya dia
selalu memantau perubahan pasien baik secara lgs maupun tdk lgs. Saya hanya
pasrah karena ini takdir illahi, saya tidak akan meyalahkan siapa-siapa
ini memang jalannya adek menuju sorga. Saya hanya mencurahkan apa yg ada di
hati saya semoga para netter bisa mengambil pelajaran dari cerita saya ini.
Saya sekali lagi hanya bisa mengucapkan innalillahi wainnalillahi rojiun.
-------------------------------------------------------------------
Get Free, Cool, and Personalized email at http://www.matamata.com/
>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]