Baraya,

Ongkoh cenah nagara maritim, tapi TEU boga armada laut! Kumaha nya,
keur ngarimpi keneh kitu... wayah kieu kakara ngaruliat? Lain
alternatif kudu na mah, jadikeun tulang tonggong kituh! Keun bae
ketah, leuwih hade telat, tinimbang henteu! RH

Armada Laut Jadi Alternatif
40 Kapal "Ro-ro" Siap Operasi untuk Angkutan Barang

Jakarta, Kompas - Untuk menghindari hambatan pengiriman barang karena
buruknya kondisi jalan di jalur pantai utara, pengusaha bisa memilih
alternatif angkutan barang dengan menggunakan kapal roll on-roll off
atau ro-ro. Perusahaan pelayaran siap menyediakan 40 kapal yang
beroperasi di sejumlah pelabuhan.

Ketua Umum Indonesian National Shipowner Association (INSA) Oentoro
Surya, Selasa (28/3) di Jakarta menyebutkan, kapal ro-ro yang
disiapkan di antaranya berada di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta,
Tanjung Mas Semarang, Tanjung Perak Surabaya, Bakauheuni Lampung, dan
Dumai.

Di pelabuhan tersebut siap dioperasikan lima sampai sepuluh kapal per
hari dengan daya angkut 200 Ton "Pengoperasian kapal ro-ro untuk
angkutan barang sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 1994. Akan
tetapi, saja tidak terlalu banyak dimanfaatkan karena pengusaha lebih
memilih angkutan darat untuk pengiriman barang. Sekarang dengan
kondisi jalan yang sudah kelebihan beban, kapal ro-ro bisa dijadikan
alternatif," kata Oentoro.

Menurut Oentoro, pengangkutan barang dengan kapal ro-ro bisa lebih
efisien dibandingkan dengan angkutan darat. Mekanismenya, trailer
langsung masuk ke kapal dan langsung keluar begitu sudah sampai di
pelabuhan tujuan.

Waktu perjalanan pun akan lebih cepat dibandingkan dengan angkutan
darat saat ini. Dia mencontohkan, untuk angkutan barang dari Surabaya
ke Jakarta hanya memakan waktu sekitar 26 jam, sedangkan jika
menggunakan angkutan darat membutuhkan waktu dua hari perjalanan.
Adapun dari Semarang ke Jakarta hanya butuh waktu enam jam sampai
delapan jam.

Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengatakan, hambatan pengiriman
barang karena kondisi jalan memang sudah tidak bisa dihindarkan.
Karena itu, dia sudah menyarankan penggunaan armada laut, seperti
kapal ro-ro sebagai alternatif.

"Inilah yang disebut dengan integrasi antarmoda. Persoalan hambatan
pengiriman barang karena kerusakan jalan, seperti di jalur lintas
timur Sumatera dan pantai utara Jawa bisa dihindari," kata Hatta.

Menurut Oentoro, potensi industri pelayaran untuk angkutan barang
sebenarnya sangat besar. Terlebih lagi dengan dikeluarkannya Instruksi
Presiden Nomor 5 tahun 2005 tentang pemberdayaan industri pelayaran
dan penerapan asas cabotage atau asas satu pelabuhan tujuan..

Secara perlahan porsi angkutan barang yang sebelumnya dikuasai
perusahaan pelayaran asing bisa diambil perusahaan nasional. Akan
tetapi, prosesnya tidak bisa berlangsung cepat karena revitalisasi
industri pelayaran bergerak lamban.

"Minimnya dukungan pemberian kredit dari perbankan adalah salah satu
hambatan. Bank belum percaya sepenuhnya kepada industri pelayaran
sehingga menetapkan persyaratan yang sulit dipenuhi industri untuk
mendapatkan kredit. Padahal, industri pelayaran membutuhkan kredit
untuk penambahan armada," kata Oentoro.

Sebagai salah satu upaya pemberdayaan industri pelayaran nasional,
kata Oentoro, INSA sudah menandatangani kesepakatan kontrak kerja sama
dengan para pemakai jasa angkutan laut Indonesia yang tergabung dalam
Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo).

"Dengan kontrak ini, maka seluruh anggota Depalindo hanya akan memakai
angkutan pelayaran nasional untuk pengiriman barang ekspor dan impor.
Sebagai konsekuensinya, kami memberikan potongan biaya jasa sebesar 35
persen," kata Oentoro.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom mengakui, peran
perbankan masih sangat kecil, terutama dalam pemberian kredit bagi
industri pelayaran dan perkapalan nasional. Disebutkan, kredit yang
tersalurkan ke industri perkapalan pada tahun 2004 hanya sebesar Rp
264,4 miliar atau 0,04 persen dari total kredit perbankan.

Dikatakan, kecilnya kredit tersebut tidak lepas dari besarnya potensi
risiko kredit macet. Disebutkan, 77,9 persen dari jumlah kredit yang
disalurkan pada tahun 2004, tergolong kredit bermasalah.

"Kondisi inilah yang menyebabkan melekatnya persepsi di kalangan
perbankan nasional bahwa industri pelayaran nasional memiliki risiko
yang tinggi. Karena itu, agar mendapatkan kepercayaan, industri
pelayaran juga harus profesional dan membuktikan sebagai industri yang
sehat," kata Miranda.

Miranda mengatakan, Bank Indonesia tidak bisa memberikan kebijakan
moneter dan perbankan yang khusus untuk sektor tertentu. "Kebijakan
suku bunga tidak dapat diterapkan secara khusus karena tidak akan
efektif dan menimbulkan peluang arbitrase," kata Miranda.

Bank Indonesia hanya bisa memfasilitasi, seperti mempertemukan
perbankan dengan industri pelayaran. Dorongan Bank Indonesia kepada
perbankan hanya bersifat umum. Penetapan kualitas kredit didasarkan
pada prospek usaha, bukan prospek industri. Selain itu, dilihat
kinerja debitur dan kemampuan membayar. "Industri perbankan nasional
tetap mengucurkan kredit kepada industri pelayaran, hanya selektif,"
ujar Miranda. (OTW)





http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/

[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke