Nyantrik Keris pada Empu Subandi
Selasa, 12 Agustus 2008 | 08:24 WIB

Oleh Jimmy S Harianto

Keris pada zaman "kamardikan" sekarang ini memang tidak hanya jadi
monopoli keraton. Keris sekarang sudah masuk kampus. Anda pun bisa
"kuliah" menjadi empu keris di Solo.

Setidaknya ada empat "besalen" (tempat empu membikin keris, lengkap
dengan perapian arang kayu jati dan paron tempat menempa besi) di
Solo. Salah satunya di Institut Seni Indonesia (ISI) di Kenthingan,
dekat Bengawan Solo, dan yang lainnya adalah di besalen-besalen milik
pribadi.

Salah satu besalen pribadi yang "laris" dipakai berguru para mahasiswa
yang ingin mengambil mata kuliah profesi, kuliah pilihan membikin
keris, adalah besalen milik Empu Subandi. Persisnya di Desa Banaran,
Ngringo, Jaten, Karanganyar di sisi timur Bengawan Solo.

"Selain untuk mengisi unit kegiatan mahasiswa (UKM), kebanyakan mereka
menumpahkan minat mereka sambil menunggu menyelesaikan kuliah," tutur
Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Subandi Supaningrat—gelar pemberian
dari Keraton Surakarta—ini pula.

Empu Subandi (51) yang kini tengah berada di Jakarta ikut Pameran
Keris Kamardikan yang diselenggarakan Bentara Budaya Jakarta,
perkumpulan pencinta keris Panji Nusantara, dan sejumlah kolektor
individual pada 12-16 Agustus 2008.

Tak rahasia lagi

Pada masa silam, pembuatan keris itu dulu penuh kerahasiaan. Jangankan
cara membikinnya yang cukup rumit, ritual-ritualnya pun serba
tersembunyi. Juga, siapa yang memesannya.

Bisa terjadi, si pemesan keris—banyak di antaranya para raja atau
orang penting keraton pada masa lalu—memesan kepada si empu pembuat
keris agar dalam membikin pun empu menjalankan ritual tertentu serta
dengan niat dan tujuan tertentu pula.

Keris Empu Gandring adalah salah satu legenda tutur yang populer. Ken
Arok yang licik bisa memfitnah Kebo Ijo sebagai pembunuh Akuwu Tunggul
Ametung—hanya karena sebilah keris yang dititipkan kepadanya secara
rahasia.

Budaya "kerahasiaan" dalam pembuatan keris pada masa lalu itu disebut
sebagai budaya sinengker. Keris bagi orang Jawa pada masa lalu
merupakan benda yang sinengker. Dipesan untuk dibikin dengan niat
pribadi sehingga perlu dirahasiakan.

Meski kerahasiaan itu menghambat pelestariannya, ternyata budaya
sinengker itu dulu juga menimbulkan kekhasan mutu dan penampilan
keris. Keris yang dari "tangguh" (perkiraan zaman pembuatan atau gaya
zaman tertentu) Majapahit abad ke-14-16, misalnya, secara visual
tampak berbeda dari keris tangguh tua sebelumnya, masa Kerajaan
Pajajaran (abad ke-14-15).

Tetapi, pada zaman kamardikan (setelah kemerdekaan), benteng-benteng
sinengker itu mulai runtuh. Ilmu membuat keris mulai diurai keluar
tembok keraton. Dalam 20 tahun terakhir, keris bahkan sudah masuk ke
tembok kampus. Keris kini sudah menjadi mata kuliah pilihan bagi
mahasiswa kriya ISI Solo, di samping tatah logam, kriya kayu, dan
wayang.

"Di besalen kampus, mahasiswa bahkan bisa menggunakan bahan-bahan dari
sekolah, termasuk arang kayu jati—satu-satunya jenis arang yang
dipergunakan untuk memijar batang-batang besi karena memiliki suhu
tinggi di atas 1.000 derajat Celsius," ujar Sunarwan alias Grompol,
alumnus angkatan tahun 2000 ISI Solo.

Guna menimba ilmu keris yang lebih dalam, para mahasiswa pun kemudian
nyantrik (berguru) di besalen pribadi di luar kampus, seperti milik
Empu Subandi di Ngringo, atau milik empu muda lainnya, seperti Yanto,
Yantono, dan Daliman.

"Minat untuk ambil kuliah pilihan keris meningkat, terutama setelah
adanya pengakuan dari UNESCO," tutur Empu Subandi. Pengakuan UNESCO
yang dimaksud Subandi adalah pengakuan dari lembaga PBB ini dalam
proklamasinya di Paris, Perancis, 25 November 2005, bahwa keris
merupakan warisan kemanusiaan dunia dari Indonesia (oral and
intangible heritage of Indonesia). Tahun 2003, pengakuan serupa juga
dilayangkan UNESCO untuk wayang.

Setidaknya, lebih dari 10 mahasiswa sudah nyantrik di besalen Empu
Subandi. Mereka tak hanya datang dari ISI Solo, tetapi juga dari ISI
Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), dan sebuah
universitas swasta di Surabaya.

Jumat (8/8) lalu, misalnya, ada tiga cantrik, Sigit (semester tujuh),
Sunarwan (sudah lulus ISI), dan Argo (UMS Solo) yang tengah
mengayunkan godam ke pelat besi di paron, dibantu Sukimin, asisten
Subandi.

"Jika di bangku akademi, kami mempelajari teori, di besalen seperti
ini, kami praktik," tutur Sunarwan, salah satu alumnus ISI Solo yang
juga "lulus" kuliah keris.

Sekitar enam bulan

Berapa lama seseorang bisa belajar bikin keris? Bervariasi. Akan
tetapi, sekitar enam bulan kuliah keris biasanya bisa dikatakan
lengkap meskipun hasil kerja, tentunya bergantung pada ketekunan dan
bakat masing-masing.

"Setidaknya enam bulan mahasiswa sudah mendapatkan 20 sesi membuat
keris serta bimbingan dosen pengampu atau dosen utama di kampus.
Selebihnya, untuk memperdalam, mahasiswa diperbolehkan nyantrik di
'perusahaan' di luar kampus," kata Sunarwan alias Grompol ini pula.

Yang dimaksud "perusahaan" dalam pengertian mahasiswa kriya ISI itu
adalah besalen swasta di luar kampus, seperti yang dimiliki Empu
Subandi.

"Ada malah, mahasiswa putri yang ambil mata kuliah keris," kata
Subandi, meski kini tidak terpantau.

Andai saja mereka meneruskan kriya mereka sebagai empu, sebenarnya
mereka meneruskan "legenda" masa lalu, seperti empu keris wanita yang
bernama Ni Mbok Sombro pada masa kerajaan Pajajaran.

"Proses cipta keris kamardikan seperti oleh Djeno Harumbrodjo
(keturunan ke-15 Empu Supa dari Majapahit, meninggal di Yogyakarta
tahun 2006) sekarang juga mulai diikuti oleh para seniman keris di
Solo dan beberapa tempat lain. Upacara tradisi, seperti upacara
Sidhikara Pusaka di Jakarta dan Tumpak Landep/Pasopati di Bali, juga
semakin semarak. Hal ini harus dilestarikan karena aspek ini adalah
salah satu nilai penting dan tidak dimiliki oleh bangsa Barat," kata
Toni Junus, pembuat keris, lulusan ASRI Yogyakarta dan ketua
penyelenggara pameran di Bentara Budaya Jakarta kali ini.

Hari gini, di zaman serba digital dan elektronik, ternyata masih juga
bertahan budaya lama warisan nenek moyang beberapa ratus tahun
silam....

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/12/08243372/nyantrik.keris.pada.empu.subandi

------------------------------------

http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke