aya tambihan ti sohib di trowulan
ngajepretna pas ping 1 juni 2008
http://kurakurabiru.multiply.com/photos/album/125/Gus_Im_Kolektor_760_Buah_Keris_Pusaka

baktos,

On Thu, Sep 11, 2008 at 7:58 AM, mh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Nyantrik Keris pada Empu Subandi
> Selasa, 12 Agustus 2008 | 08:24 WIB
>
> Oleh Jimmy S Harianto
>
> Keris pada zaman "kamardikan" sekarang ini memang tidak hanya jadi
> monopoli keraton. Keris sekarang sudah masuk kampus. Anda pun bisa
> "kuliah" menjadi empu keris di Solo.
>
> Setidaknya ada empat "besalen" (tempat empu membikin keris, lengkap
> dengan perapian arang kayu jati dan paron tempat menempa besi) di
> Solo. Salah satunya di Institut Seni Indonesia (ISI) di Kenthingan,
> dekat Bengawan Solo, dan yang lainnya adalah di besalen-besalen milik
> pribadi.
>
> Salah satu besalen pribadi yang "laris" dipakai berguru para mahasiswa
> yang ingin mengambil mata kuliah profesi, kuliah pilihan membikin
> keris, adalah besalen milik Empu Subandi. Persisnya di Desa Banaran,
> Ngringo, Jaten, Karanganyar di sisi timur Bengawan Solo.
>
> "Selain untuk mengisi unit kegiatan mahasiswa (UKM), kebanyakan mereka
> menumpahkan minat mereka sambil menunggu menyelesaikan kuliah," tutur
> Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Subandi Supaningrat—gelar pemberian
> dari Keraton Surakarta—ini pula.
>
> Empu Subandi (51) yang kini tengah berada di Jakarta ikut Pameran
> Keris Kamardikan yang diselenggarakan Bentara Budaya Jakarta,
> perkumpulan pencinta keris Panji Nusantara, dan sejumlah kolektor
> individual pada 12-16 Agustus 2008.
>
> Tak rahasia lagi
>
> Pada masa silam, pembuatan keris itu dulu penuh kerahasiaan. Jangankan
> cara membikinnya yang cukup rumit, ritual-ritualnya pun serba
> tersembunyi. Juga, siapa yang memesannya.
>
> Bisa terjadi, si pemesan keris—banyak di antaranya para raja atau
> orang penting keraton pada masa lalu—memesan kepada si empu pembuat
> keris agar dalam membikin pun empu menjalankan ritual tertentu serta
> dengan niat dan tujuan tertentu pula.
>
> Keris Empu Gandring adalah salah satu legenda tutur yang populer. Ken
> Arok yang licik bisa memfitnah Kebo Ijo sebagai pembunuh Akuwu Tunggul
> Ametung—hanya karena sebilah keris yang dititipkan kepadanya secara
> rahasia.
>
> Budaya "kerahasiaan" dalam pembuatan keris pada masa lalu itu disebut
> sebagai budaya sinengker. Keris bagi orang Jawa pada masa lalu
> merupakan benda yang sinengker. Dipesan untuk dibikin dengan niat
> pribadi sehingga perlu dirahasiakan.
>
> Meski kerahasiaan itu menghambat pelestariannya, ternyata budaya
> sinengker itu dulu juga menimbulkan kekhasan mutu dan penampilan
> keris. Keris yang dari "tangguh" (perkiraan zaman pembuatan atau gaya
> zaman tertentu) Majapahit abad ke-14-16, misalnya, secara visual
> tampak berbeda dari keris tangguh tua sebelumnya, masa Kerajaan
> Pajajaran (abad ke-14-15).
>
> Tetapi, pada zaman kamardikan (setelah kemerdekaan), benteng-benteng
> sinengker itu mulai runtuh. Ilmu membuat keris mulai diurai keluar
> tembok keraton. Dalam 20 tahun terakhir, keris bahkan sudah masuk ke
> tembok kampus. Keris kini sudah menjadi mata kuliah pilihan bagi
> mahasiswa kriya ISI Solo, di samping tatah logam, kriya kayu, dan
> wayang.
>
> "Di besalen kampus, mahasiswa bahkan bisa menggunakan bahan-bahan dari
> sekolah, termasuk arang kayu jati—satu-satunya jenis arang yang
> dipergunakan untuk memijar batang-batang besi karena memiliki suhu
> tinggi di atas 1.000 derajat Celsius," ujar Sunarwan alias Grompol,
> alumnus angkatan tahun 2000 ISI Solo.
>
> Guna menimba ilmu keris yang lebih dalam, para mahasiswa pun kemudian
> nyantrik (berguru) di besalen pribadi di luar kampus, seperti milik
> Empu Subandi di Ngringo, atau milik empu muda lainnya, seperti Yanto,
> Yantono, dan Daliman.
>
> "Minat untuk ambil kuliah pilihan keris meningkat, terutama setelah
> adanya pengakuan dari UNESCO," tutur Empu Subandi. Pengakuan UNESCO
> yang dimaksud Subandi adalah pengakuan dari lembaga PBB ini dalam
> proklamasinya di Paris, Perancis, 25 November 2005, bahwa keris
> merupakan warisan kemanusiaan dunia dari Indonesia (oral and
> intangible heritage of Indonesia). Tahun 2003, pengakuan serupa juga
> dilayangkan UNESCO untuk wayang.
>
> Setidaknya, lebih dari 10 mahasiswa sudah nyantrik di besalen Empu
> Subandi. Mereka tak hanya datang dari ISI Solo, tetapi juga dari ISI
> Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), dan sebuah
> universitas swasta di Surabaya.
>
> Jumat (8/8) lalu, misalnya, ada tiga cantrik, Sigit (semester tujuh),
> Sunarwan (sudah lulus ISI), dan Argo (UMS Solo) yang tengah
> mengayunkan godam ke pelat besi di paron, dibantu Sukimin, asisten
> Subandi.
>
> "Jika di bangku akademi, kami mempelajari teori, di besalen seperti
> ini, kami praktik," tutur Sunarwan, salah satu alumnus ISI Solo yang
> juga "lulus" kuliah keris.
>
> Sekitar enam bulan
>
> Berapa lama seseorang bisa belajar bikin keris? Bervariasi. Akan
> tetapi, sekitar enam bulan kuliah keris biasanya bisa dikatakan
> lengkap meskipun hasil kerja, tentunya bergantung pada ketekunan dan
> bakat masing-masing.
>
> "Setidaknya enam bulan mahasiswa sudah mendapatkan 20 sesi membuat
> keris serta bimbingan dosen pengampu atau dosen utama di kampus.
> Selebihnya, untuk memperdalam, mahasiswa diperbolehkan nyantrik di
> 'perusahaan' di luar kampus," kata Sunarwan alias Grompol ini pula.
>
> Yang dimaksud "perusahaan" dalam pengertian mahasiswa kriya ISI itu
> adalah besalen swasta di luar kampus, seperti yang dimiliki Empu
> Subandi.
>
> "Ada malah, mahasiswa putri yang ambil mata kuliah keris," kata
> Subandi, meski kini tidak terpantau.
>
> Andai saja mereka meneruskan kriya mereka sebagai empu, sebenarnya
> mereka meneruskan "legenda" masa lalu, seperti empu keris wanita yang
> bernama Ni Mbok Sombro pada masa kerajaan Pajajaran.
>
> "Proses cipta keris kamardikan seperti oleh Djeno Harumbrodjo
> (keturunan ke-15 Empu Supa dari Majapahit, meninggal di Yogyakarta
> tahun 2006) sekarang juga mulai diikuti oleh para seniman keris di
> Solo dan beberapa tempat lain. Upacara tradisi, seperti upacara
> Sidhikara Pusaka di Jakarta dan Tumpak Landep/Pasopati di Bali, juga
> semakin semarak. Hal ini harus dilestarikan karena aspek ini adalah
> salah satu nilai penting dan tidak dimiliki oleh bangsa Barat," kata
> Toni Junus, pembuat keris, lulusan ASRI Yogyakarta dan ketua
> penyelenggara pameran di Bentara Budaya Jakarta kali ini.
>
> Hari gini, di zaman serba digital dan elektronik, ternyata masih juga
> bertahan budaya lama warisan nenek moyang beberapa ratus tahun
> silam....
>
> Dapatkan artikel ini di URL:
>
> http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/12/08243372/nyantrik.keris.pada.empu.subandi
>
> ------------------------------------
>
> http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
> http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda
>
>
> [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


-- 
Ema Sujalma


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke