Fatwa Rokok Haram tanpa Libatkan Asing
JAKARTA, (PR).-
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah menegaskan bahwa penetapan fatwa haram
merokok bukan karena tergiur dengan dana bantuan dari Yayasan Bloomberg
Initiative yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Fatwa haram merokok
diputuskan atas pertimbangan hukum agama. Ketua PP Muhammadiyah Bidang
Tarjih, Dr. Yunahar Ilyas mengatakan itu di Jakarta, Sabtu (13/3).

Yunahar menjelaskan, sebelum mengeluarkan fatwa haram merokok, Muhammadiyah
lebih dulu telah mengeluarkan fatwa mubah merokok pada tahun 2005. Seiring
dengan perkembangan penelitian kesehatan, Muhammadiyah menilai bahwa
aktivitas merokok sudah layak difatwakan haram. ”Kami membahas lagi
menggunakan temuan ilmu kesehatan dan ekonomi. Ini murni dari dalil rokok
dengan masukan baru,” ucapnya.

Penegasan itu disampaikan Yunahar terkait dengan pemberitaan yang
mengait-ngaitkan fatwa haram merokok dengan bantuan dana dari Bloomberg
Initiative. ”Enggak ada hubungannya. Bahkan saya enggak tahu ada pengucuran
dana itu,” katanya.

Berdasarkan data yang dapat diakses di situs web Bloomberg Initiative,
http://www.tobaccocontrolgrants.org/, Muhammadiyah menjadi salah satu
penerima dana bantuan untuk mengampanyekan antirokok dari sisi regulasi
keagamaan atau fatwa haram merokok. Besarnya bantuan mencapai 393.234 dolar
AS atau sekitar Rp 3,8 miliar. Program bantuan berlangsung dari November
2009 hingga Oktober 2011.

Namun, Yunahar mengatakan, lembaga Muhammadiyah Tobacco Centre yang dimaksud
sebagai penerima dana bantuan itu ada di luar struktur pengurus pusat.
Organisasi yang menangani kampanye antirokok tersebut juga tidak pernah
mencampuri penentuan fatwa yang ditetapkan oleh Bidang Tarjih Muhammadiyah.
”Mereka di luar struktur pengurus pusat, coba saja tanyakan,” ujarnya.

Selain Muhammadiyah, penerima dana bantuan program kampanye antirokok di
Indonesia yaitu Komisi Nasional Perlindungan Anak, Tobacco Control Support
Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Pusat Studi
Demografi-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), Direktorat Pengendalian Dampak Rokok di Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Bogor, dan beberapa lembaga swadaya
masyarakat lainnya.

Berdasarkan catatan Bloomberg Initiative, Indonesia adalah satu dari lima
belas negara di dunia yang tinggi jumlah perokoknya dan tingkat prevalensi
rokoknya tertinggi di dunia. Empat belas negara lainnya yaitu Cina, Brasil,
Ukraina, India, Mexico, Filipina, Turki, Thailand, Rusia, Pakistan, Vietnam,
Bangladesh, Mesir, dan Polandia.

Bloomberg Initiative dibentuk oleh filantropis sekaligus mantan Wali Kota
New York, Michael R. Bloomberg pada tahun 2006. Didukung oleh beberapa
organisasi kesehatan dunia, Bloomberg Initiative meluncurkan dana 125 juta
dolar AS untuk membiayai program-program antirokok di seluruh dunia.

Selain Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), organisasi pendukung Bloomberg
Initiative yaitu Pusat Kampanye Antirokok untuk Anak-anak, Yayasan
Penanggulangan Dampak Rokok, Sekolah Kesehatan Masyarakat John
Hopkins-Bloomberg, dan Yayasan Paru-paru Dunia. (A-156/Dtc)***

web:
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=132743

2010/3/13 Waluya <waluya2...@yahoo.co.id>

>
>
> Sigana nu anti-amerika bakal nambahan di Indonesia. Patani Bako, makelar
> bako, juragan roko, pagawe pabrik roko ..tepi ka tukang asong di terminal
> ...hahahaha. Horseh, bakal loba balad ....
>
>

Kirim email ke