---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Rabu 09 Mei 2001 14:20 UTC



** CLINTON BERBICARA DENGAN JIANG ZEMIN DI HONGKONG

** PRESIDEN KUBA LETAKKAN KARANGAN BUNGA DI MAKAM KHUMAINI

** UNI EROPA INGIN MEMBERI SUBSIDI SEKTOR PERKAPALAN

** WIRANTO MENYANGKAL LAKUKAN PELANGGARAN BERAT  HAM

** KALAU NEGARA KACAU DARURAT MILITER MUNGKIN AKAN DIBERLAKUKAN

** SEORANG JENDERAL PURNAWIRAWAN PRANCIS DITUDUH MELANGGAR HAM



* CLINTON BERBICARA DENGAN JIANG ZEMIN DI HONGKONG

Mantan presiden Amerika Bill Clinton mengadakan pertemuan dengan
presiden Cina Jiang Zemin di Hongkong. Mereka berada di sana
menghadiri konferensi ekonomi internasional. Pembicaraan berlangsung
sekitar satu jam dan menurut kantor berita Cina pertemuan itu ramah.
Minggu belakangan hubungan AS-Cina tegang antara lain karena kasus
pesawat spionase Amerika dan pemasokan senjata ke Taiwan oleh
Amerika. Apakah masalah-masalah tersebut dibicarakan, tidak jelas.
Juru bicara Amerika menandaskan bahwa Clinton tidak membawa pesan
dari presiden Bush dan pembicaraan itu bersifat pribadi.


* PRESIDEN KUBA LETAKKAN KARANGAN BUNGA DI MAKAM KHUMAINI

Presiden Kuba Fidel Castro pada kunjungan resmi pertamanya ke Iran
meletakkan karangan bunga di makam Ayatullah Khumaini. Castro juga
mengadakan pembicaraan dengan sejawatnya presiden Mohammed Khatami.
Kedua negara antara lain kena boikot ekonomi oleh Amerika Serikat.
Presiden Khatami yang tahun lalu sudah berkunjung ke Havana, memuji
Castro atas upayanya untuk meningkatkan hubungan antara negara-negara
berkembang. Akhir minggu ini pemimpin Kuba akan berkunjung ke
Malaysia dan Qatar.


* UNI EROPA INGIN MEMBERI SUBSIDI SEKTOR PERKAPALAN

Komisi Uni Eropa berniat memberi subsidi sementara kepada sektor
perkapalan sehingga bisa bersaing lebih baik dengan Korea Selatan.
Menurut Uni Eropa, karena sektor perkapalan di Korea Selatan
disubsidi, maka terjadilah persaingan yang tidak adil.  Komisaris
Urusan Industri Uni Eropa Lamy memberi batas waktu sampai 1 Juli
kepada Korea Selatan untuk mencari penyelesaian bersama. Kalau gagal,
maka Uni Eropa akan mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia WTO di
Jenewa tentang persaiangan yang tidak adil itu dan malah mungkin akan
memberlakukan sistem subsidi juga. Sektor Perkapalan Belanda tidak
setuju akan rencana pemberian subsidi itu. Menurut sektor perkapalan
Belanda, dampak sistem subsidi itu merusak, dan malah menyebabkan
harga bakal naik terus.


* PAUS TIBA DI MALTA

Sri Paus Yohannes Paulus Kedua tiba di Malta dalam rangka mengakhiri
ziarahnya mengikuti jejak apostel Paulus. Dalam sebuah misa pemimpin
katolik ini akan mentasbihkan dua orang imam dan satu orang suster.
Misa itu akan dihadiri ratusan ribu umat katolik.  Hari-hari
belakangan Paus telah mengunjungi Yunani dan Suriah. Malam ini ia
akan kembali ke Roma.


* PESAWAT PALANG MERAH DITEMBAK DI SUDAN

Orang Denmark, Co-pilot pesawat Palang Merah meninggal  dunia karena
pesawatnya jatuh di Sudan karena ditembaki oleh orang-orang yang tak
dikenal.  Co-pilot yang berusia 26 tahun itu kena tembak di kepala
dan tewas seketika. Sejawatnya berhasil mendarat dengan selamat di
sebuah bandara di Kenya. Bagi pihak Palang Merah masih teka-teka
siapa pelaku dan apa alasan penembakan. Pesawat tersebut jelas
bertulisan Palang Marah dan rencana penerbangan juga sudah
diberitahukan jauh sebelumnya kepada semua pihak di Sudan Selatan,
yang sudah delapan belas tahun dilanda perang saudara itu. Dua minggu
lalu enam karyawan Palang Merah juga meninggal dunia akibat sebuah
serangan di Republik Demokratik Congo.


* UNITA SANGKAL KASUS PENCULIKAN ANAK YATIM PIATU

Pemberontak Angola UNITA menyangkal berita yang mengatakan bahwa enam
puluh anak yang Selasa kemarin di diambil dari pelbagai rumah yatim
piatu, diculik. UNITA mengatakan bahwa anak-anak yatim piatu itu
ditahan oleh pemerintah secara paksa, dan mereka sekarang sudah
diserahkan kepada para kerabat mereka di kawasan-kawasan yang
dikuasai UNITA. Enam puluh anak itu dibawa oleh pemberontak setelah
terjadi serangan di kota Caxilo di Barat Anggola. PBB menuntut agar
anak-anak itu dikembalikan ke panti asuhan.


* WIRANTO MENYANGKAL LAKUKAN PELANGGARAN BERAT  HAM

Rabu ini Pansus Trisakti-Semanggi memanggil sejumlah jenderal,
termasuk Wiranto, untuk mempertangung jawabkan tragedi
Trisakti-Semanggi I-II. Wiranto menekankan bahwa tragedi itu adalah
ekses negatif dari pelaksaan tugas dan fungsi negara yang dibebankan
kepada TNI/Polri. Karena itu, menurut Wiranto, tidak bisa
dikategorikan sebagai pelanggaran berat HAM. Menurut Panda Nababan,
Ketua Pansus, mereka terlebih dulu harus mendengar jawaban semua
pihak, sebelum dapat menarik kesimpulan dan melaporkannya kepada
Sidang Paripurna MPR:

Panda Nababan [PN]: Banyak mengenai kebijakan-kebijakan mereka
menghadapi demonstrasi-demonstrasi mahasiswa, masyarakat terhadap
tiga peristiwa itu. Kemudian dari rapat koordinasi yang mereka
lakukan ada kecurigaan aksi makar yang mau menggagalkan ini,
pemerintahan dan sebagainya. Tetapi setelah diusut oleh kepolisian,
tidak ada bukti-bukti kuat bahwa ada upaya untuk makar.

Kemudian juga yang menarik itu bahwa Faizal Tandjung sering
mengucapkan kata libas, orang Medan itu libas atau gebug kalau orang
Jawa. Apa itu maksudnya dipertanyakan, karena orang biasa yang
mengucapkan itu  tidak punya pengaruh. Tapi kalau dia yang
mengucapkan itu, itu punya pengaruh ke bawah. Dan kemudian ia
mengatakan itu hanya kebiasaan dia, dan tidak punya mempengaruhi.

Tetapi anggota DPR mempertanyakan, ini kita paternalistik. Bagaimana
pun itu ada pengaruh, kepada sikap daripada petugas-petugas di
lapangan.

Radio Nederland [RN]: Jadi apa kesimpulan Pansus dari jawaban para
jenderal ini?

PN: Kalau kesimpulan kita belum bisa ambil satu kesimpulan. Tetapi
kalau pendapat saya pribadi, dari keterangan-keterangan mereka itu
semakin jelaslah pemahaman mereka mengenai satu tanggung jawab,
pemahaman mereka mengenai satu kebijakan. Dan kemudian bagaimana
mereka melihat ketiga peristiwa itu.

Kalau kita melihat itu sebagai satu tragedi kemanusiaan, peristiwa
berdarah. Tetapi mereka merasa itu sebagai satu ekses, daripada satu
proses, yang mereka katakan demokratisasi.

RN: Dari protes Wiranto dikatakan bahwa tugas dan fungsi TNI dan
Polri adalah mengamankan jalannya Sidang Istimewa. Tetapi kalau tidak
salah tugas TNI dan Polri kan juga mengamankan dan melindungi rakyat?

PN: Itu yang tadi dipertanyakan oleh Professor Manasemalo. Kenapa ada
pemahaman itu jadi konfrontasi antara lawan dan kawan. Sebenarnya
rakyat itu harus diayomi.

RN: Lalu apa jawaban mereka?

PN: Ya, mereka sudah coba mengayomi, tapi diejek, diludahi, di-apa.
Jadi kemudian mereka jadi resisten, kemudian terjadi konflik. Tetapi
dari bahan-bahan dan data-data yang kita dapat kan faktanya bahwa ada
korban yang meninggal dengan peluru tajam. Itu fakta.

Untuk peristiwa Semanggi I ada 14 orang untuk Semanggi II ada 10.
Sebagian besar itu mahasiswa dan rakyat biasa. Itu fakta, bahwa
mereka mengatakan normatif tidak ada yang membawa senjata peluru
tajam, tapi orang bermatian dengan peluru tajam. Boleh saja mereka
menjelaskan secara normatif, begini-begini, prosedur tetapnya begini
dan sebagainya.

Dan kemudian fakta juga bahwa selama tiga tahun sampai sekarang kasus
Trisakti itu tidak tuntas penyelesaiannya. Dan kasus Semanggi I,
Semanggi II dua tahun tidak tuntas, tidak selesai. Ada apa?

RN: Wiranto mengatakan bahwa ini adalah ekses pelaksanaan tugas,
ekses negatif. Jadi berarti TNI dan Polri boleh saja membunuh atau
menembaki rakyat atau apa saja. Dan itu tidak bisa dikategorikan
dalam  pelanggaran HAM? Karena itu adalah tugas tentara?

PN: Itu kan bisa saja, penjelasan Wiranto begitu. Tetapi kami tanggal
12 Maret itu menerima surat dari Komnas HAM bahwa ketiga peristiwa
itu adalah pelanggaran berat HAM.

Dan kemudian untuk kepastian hukum secara justisial akan dilakukan
penyidikan. Nah, itu surat resmi dari ketua Komnas HAM ke kami.
Karena itu besok jam 1 siang, kami undang Komnas HAM untuk
menjelaskan secara detil apa yang mereka maksudkan dengan pelanggaran
berat HAM itu.

RN: Jadi sampai saat ini Wiranto dan kawan-kawan belum menerima
alasan yang jelas dari Komnas HAM apa yang mereka maksud dengan
pelanggaran berat HAM?

PN: Ya, karena dalam pertemuan dengan Wiranto beberapa hari lalu,
saya kan kasih tahu mengenai surat itu. Katanya dia melakukan
klarifikasi kepada ketua Komnas HAM. Menurut ketua Komnas HAM, kata
Wiranto, bahwa belum definitif seperti itu yang dimaksud, karena ada
lagi penyidikan secara justisial.

Tapi untuk lebih jelasnya, besok kalau ingin dengar dari Komnas HAM,
maka saya tadi bilang kepada saudara Wiranto, saudara ikut juga
datang besok, saya bilang.

RN: Dan ia mengatakan ya, mau?

PN: Ya, mungkin karena ini kan disiarkan secara langsung oleh
televisi.

Demikian Ketua Pansus Trisakti-Semanggi Panda Nababan.


* KALAU NEGARA KACAU DARURAT MILITER MUNGKIN AKAN DIBERLAKUKAN

Teka-teki mengenai dikeluarkannya atau tidak dekrit presiden yang
bertujuan membubarkan parlemen, saat ini menjadi sebuah polemik
hangat yang beredar di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Layaknya
sebuah pentas opera sabun, panggung politik Indonesia saat ini,
senantiasa menghasilkan sebuah misteri baru dan persoalan yang selalu
membuat gelisah dan resah para penontonnya. Kini, masyarakat
Indonesia yang masih terpuruk oleh pelbagai persoalan,
disuguhkan lagi oleh sebuah episode politik baru: benarkah dekrit
menjadi sebuah jawaban atas konfrontasi sengit antara Gus Dur dan
DPR? lantas pihak mana yang akan mereguk keuntungan atas silang
konflik ini? Koresponden Syahrir mengirimkan laporan berikut.

Simpang siur berita bahwa Presiden Abdurahman Wahid akan mengeluarkan
Dekrit pembubaran Parlemen, akhirnya terjawab sudah. Pada hari Rabu,
ia menegaskan, dirinya tidak akan mengeluarkan dekrit yang
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).  Penegasan tersebut
agaknya cukup mengejutkan, karena jauh-jauh hari, Presiden telah
memberikan sinyalemen untuk membubarkan parlemen. Barangkali
pertemuan Presiden dengan para petinggi militer sebelum sidang
kabinet, Sabtu lalu  dimana para kepala staf meminta kepada Gus Dur
agar darurat militer tidak diterapkan, membuat Gus Dur enggan untuk
menerbitkan Dekrit tersebut.

Lebih jauh dalam pertemuan tersebut, para petinggi militer memberikan
alasan yang harus dipenuhi untuk memberlakukan darurat militer. Harus
ada keadaan chaos, hukum tidak berfungsi, dan pemerintah tidak lagi
dapat dijalankan. Hari ini tersiar kabar pula di kalangan pers,
mengenai kesepakatan pengambil alihan kekuasaan oleh para petinggi
militer. Bagi kalangan pers sendiri, informasi yang datang dari
Cilangkap itu, menjadi sebuah kabar yang cukup
penting untuk dicermati lebih jauh lagi.  Informasi tersebut
melukiskan tentang kesepakatan para perwira militer baik yang masih
aktif maupun purnawirawan, untuk segera mengambil alih kekuasaan.
Mereka tidak akan menyerahkannya kepada Megawati ataupun Susilo
Bambang Yudhoyono. Kendati SBY merupakan menteri yang berasal dari
kalangan TNI, namun ia dinilai banyak merugikan eksistensi militer
dengan pelbagai kebijakannnya.

Yang masih menjadi persoalan ialah kepada siapa mereka akan
menyerahkan tampuk pemerintahan? Sipil mana yang acceptable bagi
rakyat tetapi dapat dikendalikan Cilangkap? Untuk saat ini, tentara
memang belum mau muncul
secara terbuka karena menyadari rakyat masih mencurigai mereka. Dari
hasil diskusi di Cilangkap tersebut diperoleh informasi pula bahwa
pengambil alihan kekuasaan merupakan upaya untuk kemudian menggiring
rakyat ke
Pemilu. Namun berapa lama fase transisi ini akan berlangsung belumlah
jelas. Kini yang masih ditunggu adalah 'timing' yang tepat kapan
tank-tank akan digerakkan.  Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya
sudah disepakati bahwa "operasi penyelamatan bangsa" akan digerakkan
pada minggu ketiga bulan Agustus. Seputar Sidang Istimewa MPR. Saat
itu pula senjata-senjata TNI yang dibeli dari Amerika akan habis masa
berlakunya karena embargo senjata dari Amerika sudah tepat berumur
satu tahun.Teoritis TNI pun sudah tidak punya peluru lagi bagi
senjata-senjata buatan Amerika yang dimilikinya. Menurut suatu sumber
perhitungan militer Suharto dan Habibie, pada saat yang bersamaan,
kelompok Islam garis keras akan berada pada titik optimumnya dalam
menyelengarakan aksi-aksi kerasnya di Jawa dan Sumatera. Juga menurut
perhitungan ,  R.Hartono cs yang dekat dengan kelompok-kelompok ini,
akan memulai gerakannya dari Indonesia Timur lalu dicetuskan di
Surabaya bergerak ke Jawa Barat, Sumatera dan kulmimanasinya di
Jakarta.Awal gerakan tersebut adalah minggu pertama bulan Juni
setelah Memorandum kedua berakhir.

Walaupun Gus Dur telah menyatakan tidak akan mengeluarkan dekrit,
perhitungan militer Soeharto tetap saja berjaga atas kemungkinan
terbitnya 'dekrit' pembubaran DPR pada tanggal 15 Mei atau 25 Mei
mendatang. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kapan keadaan
chaos itu akan muncul? Kalangan fraksi TNI/Polri menyatakan bahwa
negara dalam keadaan darurat militer sebenarnya tinggal menunggu
situasi chaos saja, karena dua persyaratan lain sudah
terpenuhi. Yaitu, pemerintahan sudah mandeg dan hukum sudah tidak
berfungsi lagi. Tetapi secara formal TNI/ AD kemarin sudah menyatakan
akan tetap setia kepada pemerintahan Abdurrahman Wahid.


* SEORANG JENDERAL PURNAWIRAWAN PRANCIS DITUDUH MELANGGAR HAM

INTRO: Walau pun sudah purnawirawan, Jenderal Prancis Paul
Aussaresses masih berpenampilan cukup menyeramkan. Ini disebabkan
plester yang sejak jaman Perang Dunia II menutup matanya. Jenderal
gaek berusia 82 ini seharusnya menikmati masa pensiunnya, tidak
dihujani tuduhan selama minggu-minggu belakangan. Dakwaan terhadap
Jenderal Aussaresses antara lain diajukan Federasi Hak Asasi Manusia
internasional. Federasi HAM tersebut menuduh sang Jenderal melanggar
hak asasi manusia. Partai sosialis yang memerintah di Prancis juga
berpendapat Jenderal gaek ini harus diseret ke pengadilan. Paul
Aussaresses terancam kehilangan Legion d'Honneur, bintang
kehormatannya, karena dinilai telah mempermalukan kehormatan itu.
Presiden Prancis, Jacques Chirac sangat terkejut dan Perdana Menteri
Lionel Jospin tidak bisa mengerti kenapa Jenderal purnawirawan ini
terus bersikap sinis. Berikut laporan koresponden Martin Sommers dari
Paris.

Apa yang sebetulnya menimbulkan kemarahan masyarakat Prancis terhadap
Jenderal Paul Aussaresses? Aussaresses menulis sebuah buku berjudul
Service Speciaux Algerie, 1955-1957. Dalam buku tersebut sang
Jenderal mengakui ia melakukan sedikit penganiayaan terhadap
orang-orang Aljazair. Selain itu Aussaresses juga mengaku pernah
menjadi pasukan petrus Prancis yang membunuhi para anggota FLN,
gerilyawan gerakan kemerdekaan Aljazair.

Dalam sebuah wawancara sang Jenderal mengatakan: "Saya ketika itu
tidak bisa ragu-ragu. Penyiksaan sangatlah bermanfaat. Mayoritas para
korban dipaksa untuk berbicara. Kemudian pada akhirnya kami membunuhi
mereka. Apakah tindak ini membuat saya merasa salah? Tidak, saya
sudah terbiasa." Demikian tandas Aussaresses.

Sebagian besar cerita sang Jenderal ini sebenarnya sudah menjadi
rahasia umum. Akhir tahun lalu saja Aussaresses sudah mengaku  telah
menembak mati 24 orang di Aljazair. Di samping itu, masyarakat
Prancis mengetahui bahwa sewaktu perang kemerdekaan Aljazair pada
tahun 1960an, terjadi penganiayaan besar-besaran. Yang baru dalam
cerita Aussaresses adalah bahwa ia justru tidak mau mengakui bersalah
atas tindakannya. "Sesuai dengan jaman sekarang, banyak orang
mendesak supaya saya menunjukkan penyesalan atas kejadian tersebut.
Saya tidak akan melakukan itu, karena langkah tersebut bertentangan
dengan sejarah."

Sejarah dengan huruf besar S. Demikian tulis harian berpengaruh
Prancis, Le Monde yang langsung memanfaatkan buku Aussaresses untuk
menggali kembali masa lalu Prancis di bekas jajahannya, Aljazair.
Maklum selama ini masa lalu Prancis di Aljazair tetap diliputi
berbagai tabu. Sama halnya dengan masa lalu Belanda di Indonesia yang
terkenal tidak bersih karena diliputi pelbagai pelanggaran hak-hak
asasi manusia besar-besarsan. Prancis misalnya masih menamakan perang
saudara Aljazair sebagai "kejadian" dan Belanda menamakan perang
kolonial 1945-1949 sebagai aksi polisionil. Teror yang dilakukan
tentara kolonial sampai kini masih disebut dengan halus sebagai
'pasifikasi', atau perlucutan senjata, baik oleh Prancis, mau pun
oleh Belanda.

Menurut harian Le Monde sudah cukuplah mendiamkan masa lalu itu.
Apres Vichy, Algerie, demikian kepala berita harian Le Monde, artinya
Setelah Vichy Aljazair, dan Vichy adalah Wakil Hitler di Prancis
selama pendudukan Jerman pada perang dunia kedua. Berita ini
mengingatkan Prancis terhadap ucapan Presiden Jacques Chirac pada
1995. Ketika itu Chirac adalah presiden pertama Prancis yang mengakui
ikut bertanggung jawab atas kejahatan rezim Vichy sewaktu Perang
Dunia II. Kata-kata yang sangat berani, demikian menurut Le Monde.

Presiden Chirac sendiri harus menyelesaikan masalah perang Aljazair,
seperti dilakukan pendahulunya Francois Mitterand dengan rezim Vichy.
Mitterand mendapat bintang tanda jasa dari Marsekal Petain, Panglima
Tertinggi Perlawanan Prancis. Chirac menjalani masa wajib militernya
di Djebel, nama Prancis bagi Aljazair. Kemudian untuk jangka waktu
yang lama, Chirac sangat mendukung penguasaan Prancis atas Aljazair.
Kini, setahun menjelang pemilu presiden di Prancis, sangat
dipertanyakan apakah Presiden Chirac berani mengakui hal ini.

Harian Le Monde juga menulis sebuah ulasan mengenai Jenderal
Aussaresses. Semua kemarahan terhadap sang Jenderal sebetulnya salah.
Aussaresses hanya menceritakan apa yang pernah dilakukannya. Itu
sangat wajar. Namun, demikian Le Monde, Aussaresses bukanlah peluru
nyasar yang kehilangan arah. Ia adalah seorang prajurit berdisiplin
tinggi, sewaktu Prancis kehilangan arah.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke