---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Selasa 22 Mei 2001 14:50 UTC



** JAKARTA AKAN TERAPKAN KEBIJAKAN MENEKAN DEFISIT APBN

** PBB DESAK KAMBOJA SEGERA BENTUK TRIBUNAL ADILI  PETINGGI  KHMER
MERAH

** IMAM MAROKKO, EL MOUMNI, TIDAK BISA DIUSIR DARI BELANDA

** TOPIK GEMA WARTA: ACEH KINI BENAR-BENAR BERALIH MENJADI TEATER
PERANG

** TOPIK GEMA WARTA: TNI MAKIN TERANG-TERANGAN MEMBANGKANG GUS DUR

** TOPIK GEMA WARTA : GUS DUR AKAN SIA-SIA SAJA MINTA BANTUAN
KEJAKSAAN AGUNG



* JAKARTA AKAN TERAPKAN KEBIJAKAN MENEKAN DEFISIT APBN

Pemerintah akan mengumumkan penghematan besar-besaran guna menekan
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara APBN. Demikian
dilaporkan sumber di Jakarta. Pemerintah akan menaikan pajak dan
menurunkan gaji pegawai negeri. Kondisi ekonomi Indonesia sangat
buruk akibat angka inflasi yang tinggi mencapai 9 % dan merosotnya
hasil penjualan bahan bakar minyak akibat harga BBM yang rendah.

Di masa lalu, pengumuman kenaikan harga BBM memicu kerusuhan besar di
Indonesia. Tingginya harga minyak  tahun 1998 adalah salah satu
penyebab kerusuhan massal yang akhirnya menjatuhkan Presiden
Soeharto.


* PBB DESAK KAMBOJA SEGERA BENTUK TRIBUNAL ADILI  PETINGGI  KHMER
MERAH

Sekjen Perserikatan Bangsa bangsa, Kofi Annan mendesak pemerintah
Kamboja agar mempercepat pembentukan tribunal yang mengadili para
petinggi Khmer Merah. Pembentukan tribunal tersebut sebenarnya sudah
disepakati antara Kamboja dengan PBB. Namun Perdana Menteri Hun Sen,
awal tahun ini mengumumkan akan meninjau kembali rancangan
pembentukan tribunal. Dengan demikian rancangan tersebut terlebih
dahulu masih harus disetujui Mahkamah Konstitusi Kamboja. Sekjen
Annan menyesalkan keputusan Hun Sen itu seraya menyatakan bahwa sudah
setengah tahun ini ia tidak mendapat laporan dari Phnom Penh mengenai
tindak lanjut pembentukan tribunal.

Sejumlah pengamat menduga, pemerintah Kamboja berupaya mengulur-ulur
pembentukan tribunal, karena khawatir bahwa mengadili pemimpin Khmer
Merah dapat memicu kekerasan. Rejim Khmer Merah yang berkuasa di
Kamboja antara tahun 1975 hingga 79 diduga bertanggung jawab atas
tewasnya satu koma tujuh juta jiwa.


* IMAM MAROKKO, EL MOUMNI, TIDAK BISA DIUSIR DARI BELANDA

Pemuka mesjid Rotterdam, imam asal Marokko, Khalil el-Moumni tidak
bisa diusir dari Belanda, demikian diumumkan Menteri Urusan
Intergrasi dan Kota Besar, Roger van Boxtel. Saat ini kehakiman
Belanda tengah memeriksa sang imam karena ungkapannya mengenai
homoseksual yang diskriminatif. Menurut sejumlah anggota parlemen
dari partai buruh PvdA, Liberal VVD dan Kristen Demokrat CDA,
el-Moumni harus meninggalkan Belanda apabila ia terbukti bersalah.

Menurut Menteri Van Boxtel, tidak ada dasar hukum yang memungkinkan
pengusiran imam asal Marokko tersebut. Van Boxtel justru ingin
mengadakan diskusi terbuka dengan el-Moumni.


* VIETNAM JUAL 60.000 TON CADANGAN KOPI

Vietnam menjual kembali 60.000 ton cadangan biji kopi ke pasar dunia.
Kopi tersebut adalah sebagian dari 150 ribu ton yang sebelumnya
dibeli pemerintah berdasarkan kesepakatan dengan organisasi
negara-negara produsen kopi, ACPC. Langkah pembelian tersebut
ditujukan untuk mendongkrak harga kopi.

Vietnam yang produsen kopi kedua terbesar di dunia itu memutuskan
untuk menjual sebagian simpanan kopi dengan alasan tidak mampu
membayar ongkos penyimpanan. Negara-negara produsen kopi, pada
konperensi internasional di London Inggris pekan silam, menyerukan
pemecahan krisis rendahnya harga kopi di pasar dunia.


* DALAI LAMA BERTEMU MENLU DAN PRESIDEN AMERIKA

Pemuka Tibet, Dalai Lama hari Selasa ini bertemu Menteri Luar negeri
Amerika Serikat, Colin Powell dan Rabu besok akan diterima Presiden
George Bush. Juru bicara Washington menekankan bahwa Dalai Lama
diterima bukan sebagai pemimpin politik tetapi sebagai pemimpin
agama. Pertemuan Dalai Lama dengan Presiden Bush di Gedung Putih,
Rabu besok diperkirakan akan memicu tanggapan negatif Cina. Beijing
menentang tuntutan otonomi luas Tibet.

Ketegangan antara Cina dengan AS, sejak beberapa pekan, semakin
memuncak, antara lain karena insiden tabrakan pesawat spionase AS.
Kemudian keputusan Washington memberi visum kepada Presiden Taiwan
Chen Shui-bian juga menambah panas hubungan dengan Beijing. Cina
memprotes negara-negara yang menerima presiden Taiwan itu sebagai
kepala negara, karena di mata Beijing, Taiwan adalah salah satu
propinsi yang membangkang.


* DEWAN KEAMANAN PBB BAHAS RANCANGAN SANKSI BARU TERHADAP IRAK

Lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya
membicarakan rancangan sanksi baru Amerika-Inggris terhadap Irak.
Sanksi baru tersebut mengijinkan impor barang-barang kelontong dan
sembako, tetapi tetap melarang masuknya sarana militer.

Amerika dan Inggris menyampaikan rancangan sanksi tersebut Selasa ini
kepada tiga negara lain yang merupakan anggota tetap DK PBB. Menurut
sumber di DK, Rusia dan Cina bersikap ragu-ragu sementara Prancis
menyatakan masih ingin mempelajarinya. Presiden Irak, Sadam Hussein
sebelumnya telah menyatakan menentang segala bentuk sanksi terhadap
negaranya. Selanjutnya ia mengancam akan membatalkan sanksi yang saat
ini berlaku : program minyak-untuk pangan.


* PUCUK PIMPINAN SINDIKAT TERBESAR PENYELUNDUP XTC DITANGKAP DI
SPANYOL

Penyelundup terbesar pil XTC ditangkap di Spanyol pekan silam.
Demikian jaksa penuntut New York AS. Oded Tuito warga Israel tersebut
dicari Amerika Serikat dengan tuduhan menyelundupkan jutaan pil XTC
dari Eropa ke Amerika Serikat. Selanjutnya Tuito juga dinyatakan
bersalah memutihkan uang penjualan obat bius. Amerika Serikat meminta
Spanyol agar mengekstradisi Tuito.


* PRESIDEN CILE UMUMKAN TAMBAHAN LAPANGAN KERJA

Presiden Cile, Ricardo Lagos mengumkan bahwa pemerintahannya tahun
depan akan menambah 150 ribu pegawai negeri. Jumlah itu berarti 50
ribu lebih dari rencana semula. Di depan Kongres, Presiden Lagos
berseru dunia perusahaan agar lebih meningkatkan penanaman modal
untuk menciptakan lahan pekerjaan baru. Langkah Cile tersebut
ditujukan untuk menekan angka pengangguran. Selanjutnya Presiden
Lagos juga mengumumkan membangun lebih banyak rumah-rumah tahanan.
Banyak rumah tahanan Cile terlalu penuh sesak. Ahad silam sebuah
kebakaran di sejumlah penjara menewaskan  26 narapidana.


* ACEH KINI BENAR-BENAR BERALIH MENJADI TEATER PERANG

Sebulan sejak pengumuman Instruksi Presiden nomor 4 tahun 2001 yang
memberlakukan operasi keamanan di Aceh, Serambi Mekkah telah
benar-benar beralih menjadi suatu teater perang. Tentara dan polisi
Indonesia telah menjalankan sebuah komando khusus, KOLAOPS untuk
menumpas pemberontakan Gerakan Atjeh Merdeka GAM. Kini, seminggu
setelah GAM mengumumkan Keadaan Darurat di Aceh, Pangkoaops Brigjen
Zamroni berseru agar GAM menyerah saja, kalau tidak, mereka akan
ditembak, demikian diumumkan Senin kemarin. Tapi, apakah semua ini
berarti pintu teater politik dan perundingan telah tertutup rapat?
Sebuah ulasan redaksi di Hilversum:

Sementara perhatian publik masih berpusat ke sengketa Presiden dan
DPR di Jakarta, masalah Aceh pekan lalu bergeser ke kasus peledakan
bom di asrama mahasiswa Aceh di Jakarta. Ledakan ini terjadi tak jauh
dari tempat Pangdam Jaya Mayjen Bibit Waluyo, entah kebetulan atau
tidak, berada di saat itu. Kalau benar kasus bom ini merupakan bagian
dari suatu rekayasa, maka, yang menarik, dampaknya malah justru
kebalikannya. Tudingan yang dengan cepat diarahkan kepada LSM Aceh
yang membela referendum, SIRA, membuat Komnas-Ham malah mengimbau
pembelaan hukum bagi SIRA, sementara masyarakat Aceh di rantau mulai
beraksi, bahkan LSM Solidamor yang juga dituduh terlibat peledakan
bom itu bangun tentang isu Aceh. Mereka tidak lagi hanya menekuni
masalah Timor Timur yang kini sudah melangkah lebih jauh dari Aceh,
menuju negara merdeka.

Semua itu kini menjadi seperti layar yang menutupi teater perang yang
diam-diam mulai intensif di Aceh. Sekarang, hampir setiap hari dua
sampai tiga korban tewas akibat sweeping, insiden dan bentrokan, yang
tidak selalu jelas siapa pelakunya. Menurut perkiraan, sebulan sejak
Inpres nomor 4, lebih dari seratus korban tewas atau luka-luka dan
puluhan rumah dibakar. Kalau bulan-bulan lalu banyak dilaporkan
sweeping, pengejaran dan kekerasan, yang meningkatkan jumlah korban
dan pengungsi, maka minggu-minggu belakangan pemberitaan dari Aceh
menunjukkan makin sering terjadi bentrokan terbuka antara satuan atau
unsur TNI atau Brimob dengan pihak pemberontak GAM. Pekan lalu
beberapa markas GAM di Aceh Utara dan Pidie, diserbu, termasuk salah
satu markas tempat utusan Presiden, Bondan Gunawan, bertemu dengan
Panglima Angkatan GAM, Tengku Abdullah Syafeii. Kemarin, di Birem
Bayeun, Aceh Timur, menyusul insiden, kedua pihak, GAM dan aparat RI,
langsung saling tuding. Semua ini merupakan ilustrasi makin
intensifnya peperangan dan perlawanan di Aceh dewasa ini.

Dengan latar belakang itulah rupanya GAM menyerukan isyarat darurat
dan aparat RI mengeluarkan ultimatum kepada GAM. Semua itu sekaligus
menunjukkan bahwa KBMK, komisi-komisi pemantau keamanan yang bekerja
sejak masa Jeda Kemanusiaan sampai beberapa minggu lalu, kini sudah
kandas. Pihak aparat telah menciptakan sebuah komando khusus mirip
Timor Timur, Kolakops, yang sekarang bernama Kolaops, dengan pimpinan
setingkat panglima, khusus untuk daerah-konflik dan terlepas dari
kodam setempat, Kodam Bukit Barisan. GAM yang dua bulan lalu
dinyatakan separatis, sekarang di lapangan disebut GSB, gerakan
separatis bersenjata - istilah baru pengganti GPK di masa DOM.

Semua itu merupakan bagian dari apa yang disebut pendekatan
komprehensif yang diresmikan melalui Inpres. Inpres nomor 4 adalah
payung hukum yang dituntut oleh TNI kepada presiden agar meletakkan
tanggungjawab politik secara jelas pada presiden, sementara
tanggungjawab pelaksanaan di tangan aparat keamanan, TNI dan polisi.
Meski pun bunyi Inpres itu tidak secara tegas menetapkan apakah
pemikul tanggungjawab kemiliteran ada di tangan TNI ataukah polisi,
namun sekarang jelas pimpinan lapangan itu ada pada Pangkolaops
Brigjen TNI Zamroni.

Dengan demikian, sukses atau tidaknya Inpres, secara politik,
dilimpahkan kepada presiden, ketika posisi Presiden Abdurrahman Wahid
semakin lemah menghadapi fraksi fraksi DPR yang didukung Wapres
Megawati dan TNI. Pada saat yang sama, sumber-sumber sukses atau
gagalnya Inpres itu ada di lapangan dan tergantung pada
profesionalisme aparat yang banyak diragukan orang. Walhasil, isu
Aceh menjadi bisul yang sewaktu-waktu dapat memacu krisis politik
nasional di Jakarta.

Semua itu berarti, bahwa selama krisis elit di Jakarta belum tuntas,
yang bagi TNI berarti selama Presiden Wahid belum turun, maka Aceh
akan tetap membara.

Menurut pihak GAM, seperti diungkap Dr. Zaini Abdullah kepada Radio
Nederland di Washington bulan lalu, babak perundingan terakhir di
Jenewa Januari lalu telah gagal karena suasana yang rusak menyusul
pernyataan galak Menteri Pertahanan Mahfud yang mengultimatum GAM.
Presiden Wahid sendiri kabarnya bermaksud menjaga dialog, dan Jeda
Kemanusiaan telah membuka jalur yang perundingan di tingkat atas
maupun di lapangan. Namun jeda dan moratorium yang seluruhnya pernah
berlangsung selama delapan bulan itu, bagi aparat keamanan RI, hanya
membuka momentum konsolidasi bagi GAM yang sekarang telah dominan di
lebih dari tiga kabupaten.

Tetapi kemajuan peluang dialog juga tergantung pada pihak GAM yang
cenderung menolak menjadi suatu partai politik karena menganggap diri
mewakili seluruh rakyat Aceh. Dengan demikian sulit untuk membuka
suatu forum perundingan, all inclusive dialogue, yang melibatkan
seluruh unsur Aceh untuk mencari solusi Aceh.

Pernyataan "menyerah atau ditembak" yang dikeluarkan Pangkolaops
Brigjen Zamroni hanya mengulang ancaman-ancaman galak Menhan Mahfud
dan membuat Aceh kandas di jurang perang. Maka selama aparat militer
belum meraih kekuatan dan kendali di lapangan yang hilang semasa
Jeda, sebagai basis perundingan, maka selama itu, tampaknya, Jakarta
akan menutup pintu perundingan.


* TNI MAKIN TERANG-TERANGAN MEMBANGKANG TERHADAP GUS DUR

Intro: Sebuah insiden di TIM makin jelas memperlihatkan bagaimana
tentara sudah tidak lagi mendukung Panglima Tertingginya, Presiden
Abdurrahman Wahid. Banyak kalangan mengkhawatirkan pembangkangan TNI
ini akan merupakan preseden bagi presiden-presiden berikut, setelah
Gus Dur. Akankah Gus Dur diam saja menghadapi pembangkangan tentara
ini? Ataukah ia masih memiliki rencana lain? Lalu apakah TNI juga
100% berada di belakang Megawati? Koresponden Syahrir mengirim
laporan berikut dari Jakarta:

Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Gelbard kemarin
menyatakan pemerintah Amerika tetap memegang prinsip bahwa militer
harus berada di bawah kontrol sipil dan mendukung sepenuhnya
pengembangan institusi demokrasi di Indonesia. Menanggapi pertanyaan
pers tentang peran militer di tengah situasi Indonesia belakangan,
Gelbard mengatakan, militer memiliki peranan penting di negara
demokrasi mana pun. "Indonesia adalah negara demokrasi yang masih
muda usianya. Masih meraba-raba dalam menjalankan proses demokrasi.
Dan yang unik, yang tidak sama dengan negara lain, militer di
Indonesia mempunyai kursi di parlemen," ujarnya. Dubes Amerika
Serikat itu menyatakan bahwa dalam hal peranan militer, sikap
pemerintahnya adalah di setiap negara, militer harus berada dalam
kontrol sipil dan bertanggung jawab terhadap pemimpin sipil, termasuk
panglimanya. Bagi dia, penting bagi militer untuk mematuhi mandat
konstitusi sekaligus bertanggung jawab kepada pimpinan sipil dan
semua pihak harus bersikap damai dan demokratis. Menlu Alwi Shihab
kemarin mengatakan pembicaraannya dengan Gelbard menyangkut
perkembangan paling akhir situasi dalam negeri. "Termasuk tentang
rekomendasi Tim Tujuh," jelas Menlu. Pada kesempatan tersebut Alwi
menyatakan upaya untuk melakukan pencopotan Presiden Abdurrahman
merupakan tindakan yang tidak bijaksana.

Yang menjadi persoalan saat ini, kata seorang pejabat eselon satu,
TNI sudah menunjukkan sikap membangkang terhadap Gus Dur yang bisa
menjadi preseden bagi presiden-presiden mendatang. Pada akhirnya
kalangan sipillah yang akan dirugikan dengan menguatnya posisi
militer kembali. Amerika sendiri menurut seorang diplomat masih
berharap Gus Dur dan Megawati masih bisa tetap bekerjasama. Apalagi
setelah diketahui bahwa kelompok Poros Tengah maupun militer kini
mengajukan tujuh syarat kepada Megawati. Kini memang Megawati agak
terganggu karena sebelumnya mereka sudah berjanji akan mendukungnya
tanpa syarat. Tetapi Mega sudah terlanjur melangkah ke kursi presiden
dengan meninggalkan Gus Dur. Padahal menurut kalangan-kalangan yang
dekat dengan orang-orang di seputar Megawati, Ketua PDIP ini
sepenuhnya menyadari bahwa NU/PKB merupakan kawan strategis partai
tersebut. Karena itu orang-orang Megawati berusaha keras meyakinkan
kalangan pimpinan NU dan PKB agar melepas Gus Dur karena Gus Dur
memang sudah tak tertolong lagi. Dengan secara sukarela melepas Gus
Dur kerjasama PDI-P dan PKB/NU itu bisa berlanjut. Kelompok Megawati
menurut sumber itu ingin mencegah agar Gus Dur tidak dipermalukan dan
tidak dipenjarakan. Pihak militer maupun Poros Tengah tertentu memang
mendesak Megawati agar Gus Dur diseret ke pengadilan setelah SI
digelar. Tetapi mereka pun melihat bahwa Gus Dur akan tetap berusaha
untuk bertahan. Kalau perlu dengan merangkul faksi garis keras TNI.

Untuk sementara ini antara lain disebut-sebut nama Letjen Djadja
Suparman sebagai calon KSAD baru. Namun kemarin, Panglima TNI
Laksamana Widodo sudah menyatakan, mengenai desas-desus pergantian
kepala staf ini, pihaknya telah meminta penjelasan kepada Presiden,
termasuk penolakan TNI terhadap rencana dekrit pada Sabtu sore 19 Mei
lalu. Pernyataan Panglima TNI ini dibacakan oleh Kepala Staf
Teritorial Letjen  Agus Wijoyo di Mabes TNI Cilangkap, Selasa
kemarin, menyusul ramainya desas-desus pergantian kepala staf TNI AD
dan penolakan ramai-ramai pimpinan TNI terhadap kemungkinan keluarnya
Dekrit Presiden. Tetapi apa pun yang dikatakan Mabes TNI, nampaknya
Gus Dur akan tetap membubarkan parlemen. Meski ia tahu bahwa sesaat
setelah pembubaran parlemen ia akan ditangkap TNI atas permintaan
parlemen. Gus Dur tampaknya ingin menyudutkan pihak TNI agar
mengambil langkah-langkah inkonstitusional yang juga bisa disebut
makar. Gus Dur percaya bahwa Amerika Serikat dan dunia internasional
akan mendukungnya, kata seorang pengamat.

Sementara itu, masyarakat ibukota melihat bagaimana TNI mulai
menyia-nyiakan kepala negaranya. Suatu contoh kecil bagaimana
tragisnya nasib Gus Dur bisa dilihat pada peristiwa Sabtu lalu. Gus
Dur menjadi bahan tertawaan para prajurit yang mengawalnya.
Seharusnya  mereka harus menjaga wibawa presiden yang merupakan
panglima tertingginya, dan bukan membuat banyolan miring yang
mengundang senyum masyarakat yang mendengar celotehan mereka.
Peristiwa itu terjadi ketika Gus Dur dan Ny. Sinta pada hari Sabtu
yang lalu menyempatkan diri untuk hadir di pementasan musik yang
dilangsungkan di Taman Ismail Marzuki. Seorang perempuan dengan penuh
penasaran menanyakan alasan aparat memadati areal parkir taman Ismail
Marzuki. Dengan sikap yang melecehkan aparat berpakaian preman
tersebut menjawab: "Gus Dur lagi nonton musik rakyat di dalam".
Perempuan dan beberapa rekannya terkesima karena pagelaran musik yang
dihadiri oleh kalangan biasa ternyata dihadiri pula oleh Gus Dur dan
keluarga. Perempuan ini pun menanyakan kembali kesungguhan jawaban
intel tersebut. Dan jawaban yang keluar dari aparat berpakaian preman
itu sungguh membuat si penanya terheran-heran. "Iya saya ini yang
kawal dia, heran saya matanya buta tapi mau nonton. Mana bisa dia
lihat itu," kata pengawal tersebut. "Saya cuma takut air liurnya
menetes," katanya tertawa. Gurauannya tersebut direspon oleh
teamn-temannya dengan tawa-tawa yang menjengkelkan.


* GUS DUR AKAN SIA-SIA SAJA MINTA BANTUAN KEJAKSAAN AGUNG


INTRO: Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid berniat minta bantuan
Kejaksaan Agung untuk mengeluarkan putusan soal keabsahan Pansus
Bologgate dan Brunaigate yang dinilainya berlawanan dengan
konstitusi. Mahkamah Agung memang bertindak sebagai mahkamah
konstitusi dalam hal-hal tertentu tetapi belum ada ketetapan hukum
bahwa Mahkamah Agung adalah mahkamah konstitusi. Kalau begitu apakah
niat Presiden Abdurrahman Wahid akan sia-sia saja? Berikut penjelasan
pakar hukum tata negara Universitas Airlanga Surabaya, Profesor
Philipus Hajon.


Philipus Hajon [PH] : Kita belum punya Mahkamah Konstitusi secara
benar ya, yang kita punya itu bahwa dalam kasus-kasus tertentu
Mahkamah Agung kita sebetulnya sudah menjalankan fungsi sebagai
Mahkamah Konstitusi. Seperti misalnya wewenang  untuk membekukan
partai politik, wewenang untuk memeriksa perkara-perkara yang
berkaitan dengan pembatalan peraturan daerah.  Itu fungsi seperti
mahkamah konstitusi tetapi menurut hukum Mahkamah Agung kita itu
belum didudukan secara benar sebagai mahkamah konstitusi.

Radio Nederland [RN] : Kalau begitu siapa yang dalam hal ini bisa
berperan sebagai pengadilan konstitusi apakah itu MPR?

PH : Dalam soal begini MPR. Akhirnya kita kembalikan pada MPR, tetapi
juga harus hati-hati sebab kalau tidak, orang akan mengira MPR itu
dapat memutuskan apa saja. MPR kita itu tunduk kepada konstitusi
sebagai supreme low of the state.

RN : Berarti Gus Dur akan sia-sia saja ya minta bantuan Mahkamah
Agung atau Kejaksaan Agung begitu?

PH : Iya, artinya begini. itu murni persoalan yuridis sedangkan yang
sekarang di satu sisi DPR itu membawa masalah ini sebagai satu
masalah politik, sehingga mereka memintakan suatu Sidang Istimewa.
Dua hal yang berbeda sekali, Kejaksaan Agung menangani kasus ini
sebagai suatu proses pidana yang pada akhirnya kalau memang ada bukti
yang kuat Gus Dur bisa diajukannke pengadilan. Sedangkan dari pihak
DPR lebih melihat kasus ini sebagai suatu kasus politik yang
dikaitkan dengan Garis Besar Haluan Negara, dikaitkan dengan sumpah
menurut UUD, sehingga presiden nanti diminta pertanggungjawabannya
dalam Sidang Istimewa. Sehingga kalau pertanggungjawabannya  ditolak
maka ia harus turun, itu keinginan politik.  Dua versi yang berbeda
di sini.

RN : Jadi bisa dikatakan di satu sisi presiden memang benar ya, bahwa
yang dilakukan DPR itu berlawanan dengan konstitusi?

PH : Di dalam hal ini sebetulnya juga kita tidak mengatakan
berlawanan tetapi kita lihat di sini bagaimana kita menilai tindakan
DPR ini. Trus DPR itu sendiri dari awal dengan membentuk Pansus
Buloggate dan Brunaigate itu sebetulnya, kita melihatnya, ketidak
jelasan antara fungsi penyidik dari pejabat-pejabat politik dengan
fungsi DPR sebagai pengawasan politik. Dua hal yang mustinya berbeda
sekali. Jadi apa yang dilakukan oleh DPR itu suatu investigasi
layaknya penyidik. Meskipun kemudian DPR mengatakan, mereka hanya
investigasi yang kemudian diteruskan kepada Kejaksaan. Nah kalau
memang demikian DPR pun harus konsekuwen. Nyatanya Kejaksaan juga
proses yang satu sudah selesai mengeluarkan surat perintah
penggantian penyidikan untuk  kasus Bologgate. Sementara itu DPR
terutama pimpinan-pimpinan DPR itu tetap mempersiapkan Sidang
Istimewa. Dua proses yang berbeda sekali. Kalau kita memang mau
melihatnya yuridis dulu baru kemudian konsekuwensi yuridis kepada
politiknya. Ini yuridis jalan politik juga dipasakan Sidang Istimewa,
ini kan sangat repot.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke