saya pernah membaca sebuah literature yang menyebutkan bahwa bung karno
pernah
mengeluarkan maklumat pengangkatan presiden seumur hidup"

kemudian saya coba share dengan beberapa teman saya mengenai hal itu
salah satu joke teman saya cukup menggelitik.
pengangkatan presiden seumur hidup. "apakah itu tidak termasuk salah satu
bentuk arogansi diri"
haha.. maaf, ini hanya pndapat pribadi saja
.. dan salah satu hal itu yanglah  membuat
sampai sekarang saya agak lebih tertarik untuk membaca literatur bung hatta
saja ...

..www.syamsoe.com <http://www.syamsoe.com>

Pada 17 Desember 2008 16:30, Muhammad Ruslailang <
daengru...@angingmammiri.org> menulis:

>   teman
>
> Saya juga ikut2an bung Gassing soal ketertarikan dengan dwitunggal ini,
> cuman ketertarikan saya dengan Soekarno lama2 mendekatkan saya dengan tokoh2
> yang juga dahsyat namun kemudian dibenamkan oleh sejarah, terutama oleh
> penguasa.
>
> Di ranah perjuangan, kita pernah mengenal secara samar-samar dan
> lamat-lamat nama Tan Malaka, Amir Syarifuddin Harahap dan Musso. Dua nama
> yang disebutkan di awal sudah mulai sering dimunculkan, terutama oleh Tempo.
> Bahkan khusus untuk Tan Malaka, dibuatkan edisi khusus. Juga Amir
> Syarifuddin di Tempo edisi ini ada liputan khusus mengenai sepak terjangnya.
> Saya sendiri belum sempat beli buku2 soal mereka, selain mahal juga kayaknya
> belum niat utk mengkoleksinya, meski suatu saat tertarik juga.
>
> Apa hebatnya mereka itu? Dari tulisan yang dipaparkan di majalah Tempo,
> ketiganya dianggap punya kemampuan memobilisasi massa melalui retorika dan
> kharisma. Tan Malaka desebutkan sebagai Korlap saat Rapat Raksasa di IKada
> 1945, yg sempat hampir membuat tentara rakyat berperang melawan jepun. Juga,
> Tan Malaka pernah menginisiasi sebuah pertemuan akbar yang dinamakan
> "Persatuan Perjuangan" di Purwokerto tahun 1946. Amir Syarifuddin dan Musso,
> juga demikian. Lewat kharisma dan retorikanya, mereka berhasil menghimpun
> kekuatan rakyat di Madiun dan sekitarnya tahun 1948, sehingga berhasil
> menggerakkan sebuah gerakan massa, yang oleh pemerintah PM Hatta waktu itu
> di cap sebagai pemberontakan. Tan Malaka, Amir Sjarifuddin, dan Musso, tiga
> pejuang republik itu tewas semua di tangan tentara dibawah sebuah
> Pemerintahan Darurat Militer.
>
> Beberapa saat setelah membaca profil ketiganya, tanpa melihat ideologinya
> yang dianggap miring oleh penulis sejarah, seharusnya mampu berdiri setara
> dengan Soekarno soal kharisma. Satu hal yang membuat ketiganya berada di
> deretan belakang revolusi Indonesia adalah bahwa ketiganya berjuang secara
> non-kooperatif, tidak mau bekerja sama dengan penjajah baik belanda maupun
> Jepun. Soekarno sendiri pernah menjadi propagandis Jepang saat pendudukan
> 1941-1945. Mungkin karena saat itu momennya sedang bagus, ditambah perannya
> sebagai propagandis yang banyak bersentuhan dengan rakyat banyak maka
> Soekarno jauh lebih terkenal dibanding yang lain. Adapun Hatta, saya kira
> adalah konseptor murni yang keniscayaannya memang dibutuhkan oleh republik.
> Adapun Soekarno, tanpa merendahkan peran beliau yang sangat besar,
> sebetulnya diuntungkan oleh posisi-posisi yang berada di atas angin...
>
> Satu nama lain yang juga nyaris terbenam oleh sejarah adalah Qhahhar
> Mudzakkar. Pejuang kharismatik ini sungguh babak belur dihantam sejarah
> kita. Sungguh, sejarah Indonesia penuh catatan yang menhilangkan konteks
> historis dari perjuangan seseorang tokoh....
>
> demikian, yang bisa saya share..
> mudah2an ini bukan hal-hal yang tidak penting juga
>
> rusle
>
>
>
> On 12/16/08, Syaifullah Ahmad Faisal dg.Gassing <ipul...@angingmammiri.org>
> wrote:
>>
>>   Saya selalu tertarik dengan kisah duo Soekarna-Hatta
>> betul bahwa mereka berdua adalah satu koin dengan 2 wajah. beda ideologi
>> tapi saling melengkapi.
>>
>> Soekarno beranggapan kalau yang paling utama adalah penggalangan massa,
>> sedang Hatta beranggapan kalau yang paling utama adalah kaderisasi. ideologi
>> mereka makin berseberangan selepas kemerdekaan Indonesia. Hatta melihat
>> Soekarno sudah mulai menjadi seorang tiran, langkah yang membuat Hatta
>> pelan-pelang minggir dari jalur kekuasaan dan mengundurkan diri sebagai
>> wakil presiden.
>>
>> meski begitu Hatta tak berenti mengkritik sahabatnya itu. awalnya melalui
>> surat terbuka di surat kabar. namun langkah Hatta ini membuat beberapa surat
>> kabar kemudian dibreidel. sadar kalau caranya menyusahkan orang lain, Hatta
>> kemudian memilih untuk mengkritik Soekarno secara langsung lewat surat
>> pribadi. Soekarno jelas menyimpan segan pada Hatta. tak sekalipun dia
>> emosional menanggapi kritikan Hatta, bahkan berulangkali menyapa dengan
>> halus dan meminta waktu untuk bertemu berdua.
>>
>> pribadi Hatta dan Soekarno memang berbeda. Soekarno yang nyaris berjuang
>> sendirian di tanah air tanpa lawan atau teman yang seimbang dari segi
>> kemampuan intelektual kemudian tumbuh menjadi orang yang nyaris tak bisa
>> dibantah. berbeda dengan Hatta yang pernah lama di Belanda, bergaul dan
>> berjuang bersama orang-orang yang punya tingkat intelektual sederajat
>> membuat Hatta berpikiran terbuka dan siap berdiskusi dengan siapa saja. ini
>> garis besar yang membedakan kedua orang ini.
>>
>> tapi, meski berseberangan dari segi ideologi politik tapi Hatta dan
>> Soekarno tetap dekat secara pribadi. hal yang sulit kita temui pada
>> politikus kita di masa sekarang. saat Guntur menikah, Soekarno sudah
>> "dipenjara" rejim Soeharto. Guntur bingung mau minta tolong sama siapa untuk
>> jadi wali nikahnya. Soekarno menyarankan Guntur minta ke Hatta, awalnya
>> Guntur tidak yakin mengingat Hatta adalah lawan politik bapaknya, tapi
>> ternyata tanpa berpikir panjang Hatta mengiyakan permintaan Guntur.
>>
>> beberapa hari menjelang kematian Soekarno, Hatta sudah dapat feeling kalau
>> sahabatnya itu tidak akan bertahan lama lagi. dia minta ijin ke Soeharto
>> untuk menemui Soekarno, dan diijinkan. saat bertamu ke kamar Soekarno, Hatta
>> mendapati sahabatnya itu betul-betul dalam kondisi memprihatinkan. Hatta
>> menyapa Soekarno dengan sapaan " No' " dan Soekarno sungguh gembira
>> mendapati Hatta membesuknya. selanjutnya mereka hanya berpegangan tangan
>> tanpa berkata apa-apa. menurut Mutia Hatta yang menemani bapaknya membesuk
>> Soekarno, kedua orang itu selama hampir 1 jam hanya berpegangan tangan
>> dengan mata yang basah. seakan-akan mereka mengenang kembali masa jatuh
>> bangunnya mendirikan negeri ini.
>>
>> dua hari kemudian Soekarno berpulang...
>>
>> Hhh..kisah dua orang founding father negeri kita yang memang layak kita
>> kenang. sayangnya pemerintahan orde baru mengecilkan peran mereka (utamanya
>> Hatta) dengan sekedar diberi laber Proklamator. padahal sumbangsih mereka
>> sungguh besar..teramat besar malah..
>>
>> ituji dari saya..
>>
>> ****pfuihhhh..lumayan, dalam 1 hari 2 kali nulis imel panjang2...lagi
>> mood nulis soalnya, hahaha..*
>>
>>
>> --
>> -----
>> "Keep on Bloggin' in a free world..!!!"
>> read the contents of my brain at :
>> http://daenggassing.com/
>>
>>
>>
>
>
> --
> drusle'
> http://daengrusle.com
> 
>

Reply via email to