Tabe daeng..
Dalam dunia intelijen nama ini selalu dijadikan sumber utama. Walau
bukan orang Indonesia, tapi pengetahuannya tentang Indonesia justru
sangat mendalam. Analisa intelijennya mengalahkan ahli-ahli intelijen
asli Indonesia.

Tak heran, pada jaman Pak Harto, perempuan ini malah dicekal masuk ke
Indonesia. Sidney Jones, fasih bahasa Indonesia dan sangat tahu setiap
detil pergerakan teroris di tanah air. Dia sangat pandai menghubungkan
sel-sel teroris dalam negeri maupun yang berada diluar negeri.

Banyak pihak menduga, nama-nama gembong teroris kelas kakap tercatat
dalam daftarnya. Darimana data-data pergerakan teroris itu bisa ada
ditangan seorang Sidney Jones? Apakah karena dia mempunyai akses tak
terbatas terhadap setiap pergerakan yang berpotensi mengancam
keselamatan negara.

Kita tentu tidak bisa berprasangka buruk terhadap data-data intelijen
khususnya dari orang asing. Bukankah sekarang kita juga telah menjalin
kerjasama antar negara dalam rangka penanggulangan aksi terorisme. Dan
kita juga memiliki ahli-ahli intelijen mumpuni, yang salah satunya
adalah juga Kompasianer, (Prayitno Ramelan). Hanya saja, setiap data
yang tersaji tentu tidak serta merta kita harus telan mentah-mentah.
Ini tak lain karena tidak menutup kemungkinan adanya agenda-agenda
tersembunyi dari pihak asing yang selama ini tidak diketahui.

Posisi strategis Indonesia dengan mayoritas penduduk yang beragama
Islam bisa menjadi potensi ancaman bagi kacamata intelijen pihak
asing. Untuk itu perang kontra intelijen juga tak kalah serunya dengan
perburuan teroris selama ini.

Kita lihat contoh ketika George Bush begitu bernafsu ingin menggempur
Irak, ini dikarenakan data-data yang masuk dari intelijen mereka sudah
sangat meyakinkan bahwa negara Irak menyimpan senjata pemusnah massal.
Walau dikemudian hari data-data intelijen tersebut dikoreksi tetapi
akibatnya bisa kita lihat jatuhnya korban-korban yang tak berdosa.
Keputusan ini juga mengakibatkan pemerintahan George Bush mendapat
kecaman seluruh dunia.

Implikasi dari data-data intelijen yang ngawur bisa mengancam
eksistensi dari sebuah negara dan menimbulkan potensi melemahkan
sebuah negara akibat konflik antar warga  yang sewaktu-waktu bisa
meledak.

Dan bahkan banyak pihak yang menilai, proses jatuhnya Soekarno tak
lepas dari peranan intelijen-intelijen asing yang membuat propaganda
serta isu-isu dewan jendral yang berakhir dengan meletusnya G30S.

Isu terorisme yang kembali marak menjadi ujian bagi para intelijen
pribumi untuk memberikan analisa-analisa intelijen yang akurat dan
tidak semata-mata karena adanya order dari pihak asing.

-- 
www.soppengposonline.co.cc
(Berita Terkini Seputar Soppeng)

Kirim email ke