Ya, satu ungkapan yang cukup menarik: "Besi baik tidak didtempa jadi paku, 
orang baik tidak akan menjadi tentara". Saya kira, yang dimaksud tentara disini 
hanyalah sebagai prajurit, serdadu saja dan tentunya bukan perwira apalagi 
perwira tingginya, ya. Karena kenyataan, bagi perwira tinggi diperlukan 
pengetahuan dan kecerdasan yang cukup tinggi, dibutuhkan besi baja unggul juga.

Topik dengan pertanyaan: Kenapa orang Cina tidak tertarik jadi tentara? 
menunjukkan kepastian orang Cina di Indonesia tentunya, tidak tertarik jadi 
tentara. Benar tidaknya saya tidak jelas. Saya teringat pembicaraan dengan Agum 
Gumelar ketika berkunjung di HK sekitar tahun 99 yl, dimana TNI sedang dihujat 
karena pamor yang telah dilakukan selama jaman Orba 32 tahun itu, bagaimana 
kebusukan peran Dwi-fungsi dan puncaknya "kelalaian" berfungsi mempertahankan 
keamanan pada saat tragedi Mei 98, dalam keadaan demikian tentu wajar TNI 
kesulitan merekrut tentara. Keadaan demikian, tentu berlaku umum didalam 
masyarakat dan tidak berarti hanya khusus bagi orang Tionghoa, sekalipun masih 
mungkin dikatakan lebih-lebih bagi yang Tionghoa!

Seandainya pamor TNI tinggi dan menjadi kebanggaan masyarakat, saya yakin 
dengan sendirinya orang akan berebutan untuk bisa jadi tentara. Pada saat 
demikian, barulah kita bisa mempersoalkan kenapa orang Cina tidak ingin jadi 
tentara? Saya masih belum melihat bahwa pamor TNI sudah begitu tinggi, sehingga 
diperebutkan rakyat untuk jadi tentara, sedang yang Cina malah tidak ingin jadi 
tentara.

Saya ambil contoh yang saya ketahui di RRTiongkok ditahun 50 sampai 60-an, TPRT 
(Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok) menjadi kebanggaan rakyat, dan saat-saat 
itulah orang berbondong ingin menjadi tentara. Merasa bangga bisa jadi prajurit 
TPRT. Tapi, terakhir saya dengar, setelah dilaksanakan pembatasan kelahiran 
lebih 20 tahunan, setiap keluarga hanya diperbolehkan satu anak saja, setiap 
orang tua menjadi berat melepas anaknya untuk masuk TPRT. Mereka umumnya hanya 
bisa merekrut prajurit baru dari desa-desa, anak petani yang masih bersedia 
jadi perajurit, dikota-kota sulit atau bahkan sudah tidak mungkin.

Satu pengalaman hidup yang perlu diperhatikan. Ditahun 70-an adanya pikiran 
ektrim-kiri dipuncak RBKP (Revolusi Besar Kebudayaan Proletar), yang mencurigai 
loyalitas Huakio yang kembali ketanahairnya, berakibat menyakiti hati mereka 
dan cukup menyedihkan. Saya bertemu dengan seorang Huakio asal Surabaya, yang 
begitu tinggi perasaan cinta tanahairnya dimasa muda, awal tahun 50 sudah 
kembali ketanah air untuk ikut pembangunan negara yang baru Merdeka itu, bahkan 
menerjang maut ikut menjadi sukarelawan Perang Membela Korea di Front-depan 
pertempuran melawan Amereika. Segala kesulitan dan penderitaan telah dilalui, 
kekurangan makan akibat bencana alam berturut-turut dan adanya blokade sejagad 
AS diselatan dan Uni Sovyet diutara yang mengharuskan rakyat lebih kencang 
mengikat tali pinggang belasan tahun, tidak membuat dia mental keluar negeri. 
Tapi, ditahun 70, pada saat putranya ditolak menjadi Angkatan Udara, hanya 
karena anak Huakiao yang katanya ada hubungan dengan luar-negeri. Hatinya 
luluh, pengabdian yang begitu besar pada tanah air, ternyata masih saja 
di-CURIGAI. Langsung dia minta ijin keluar ke Hong Kong!

Saya tidak hendak melihat keadaan pahit demikian juga menimpa putra-putri etnis 
Tionghoa di Indonesia yang ingin menjadi TNI, ditolak hanya karena mencurigai 
"loyalitas" mereka pada RI. Mudah-mudahan saja tidak pernah terjadi dan tidak 
ada pikiran demikian dikalangan Perwira tinggi TNI.

Salam,
ChanCT

----- Original Message ----- 
From: Tantono Subagyo 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Monday, March 06, 2006 6:26 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi 
tentara


Saya jadi ingat pertuah orang tua saya (alm) maaf kalau salah tulis:
Hao Thie Pu Ta Thing
Hao Ren Pu Tang Ping

Yang isinya :
Besi baik tak akan ditempa jadi paku
Orang baik tak akan menjadi tentara

baik disini berarti kualitas, pintar, jujur dls.  Kalau lihat begini mungkin
ini petuah yang timbul karena pengalaman berpulu tahun di Cina sebagai orang
"tersisih" yang harus keluar merantau dan tersisih lagi lalu didiskrimasi
oleh "penguasa".  Jadi nampaknya ini sindrom "tersisih" yang harus
dihilangkan.  Sama dengan sindrom "tersisih" ala Jawa yang menganggap
menjadi "pamongpraja" lebih mulia daripada jadi "pedagang" karena pedagang
harus menipu untuk menyembunyikan profitnya.  Sindrom yang harus dihilangkan
juga karena pada hakekatnya semuaprofesi sama.

Best regards, Tantono Subagyo


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links



 




[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to