Rabu, 30 Agustus 2006

Muslim Tionghoa Indonesia Capai 10 Juta Jiwa

 

Pontianak,-  Jumlah muslim Indonesia dari kalangan Tionghoa saat ini
mencapai 10 juta jiwa yang tersebar di berbagai provinsi. Hal tersebut
diungkapkan Prof Dr KH Mahmud Yunus, ulama dari Pengurus Pusat Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia (PITI) kepada Pontianak Post, ditemui usai
memberikan uraian Hikmah Isra Miraj di Masjid Nurul Jannah Parit Pareweng
Desa Kapur, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Pontianak, Senin malam, 28
Agustus. 

 

Meski begitu, dijelaskan Mahmud, tidak semua muslim Tionghoa tersebut
bergabung bersama PITI. Tapi dia tak menampik adanya kecenderungan
masyarakat Tionghoa yang memeluk Islam, untuk bergabung bersama PITI. PITI
sendiri dikatakan dia merupakan organisasi yang independen, yang tidak
berada di mana-mana, tetapi ada di mana-mana. "Kita tidak berpolitik, tetapi
berdakwah ke jalan Allah. Jadi sebetulnya PITI sendiri merupakan aset bagi
pemerintah, hingga pemerintah mestinya memperhatikan betul keberadaan
organisasi ini," ungkap kyai yang memiliki nama lahir Law Peng Kun tersebut.


 

Isra Miraj itu sendiri merupakan kerjasama antara DPD Lumbung Informasi
Rakyat (Lira) Provinsi Kalbar bersama PT PLN (Persero) Wilayah V Kalbar.
Tampak hadir dalam acara yang merupakan rangkaian dari Lomba Azan serta Tata
Tertib Salat Tingkat Pelajar tersebut, Wakil Gubernur Lira Provinsi Kalbar
Nazirin, Humas PLN Wilayah V Kalbar Sudirman, Ketua PD PITI Provinsi Kalbar
Amin Handika, serta beberapa pengurus PITI yang tersebar di beberapa
kecamatan di Kabupaten Pontianak. 

 

Ketertarikan masyarakat Tionghoa terhadap Islam dikatakan Mahmud lebih
kepada pembauran yang diajarkan di dalamnya. Islam mengajarkan, ketika
seseorang memeluknya, tidak ada lagi yang disebut diskriminasi atau
rasialisme. "Sehingga dengan membaur serta akhlakul karimah, Insyaallah
mereka tertarik sendiri untuk masuk Islam tanpa perlu diajak-ajak," ucapnya.
Persoalannya saat ini, ketika telah berhasil mengajak seseorang untuk
memeluk Islam, menjadi tugas sesama muslim untuk menjaga keimanannya agar
tetap berpegang teguh pada ajaran Islam. Makanya, dai yang telah
meng-Islamkan tidak kurang 400 muallaf tersebut mengatakan perlu dilakukan
pengkajian, seperti apa yang mereka lakukan dengan mendatangi 13 tempat.
Namun yang perlu diketahui, Mahmud menegaskan bahwa dirinya ibarat hujan,
yang memerlukan sumur untuk menampung air hujan tersebut. "Itu berarti
pengajian mesti dilakukan terus, ini sangat bagus sekali untuk menjaga
keimanan karena keimanan bisa bertambah dan bisa berkurang. Untuk menambah
keimanan kita mesti senantiasa mentaati ajaran Allah. Maka untuk itu kita
mesti sering melakukan pengkajian ayat-ayat Allah," tandasnya. 

 

Secara terpisah Wakil Gubernur Lira Provinsi Kalbar Nazirin mengatakan,
kehadiran Mahmud Yunus ke Desa Kapur, untuk lebih memperkenalkan dai kocak
tersebut kepada masyarakat di sana. "Sebenarnya kita bukan mengartikan
kehadirkan ustad tersebut berarti mengedepankan etnis Tionghoa, artinya
Islam dalam hal ini adalah satu yang tak membeda-bedakan suku, agama, serta
ras. Secara kebetulan ustad tersebut berasal dari etnis Tionghoa. Kita lebih
memperkenalkan Beliau karena Beliau sangat bagus ceramahnya," ungkap
Nazirin. (ote)

 

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to