----- Original Message ----- 
From: ChanCT
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 01, 2007 4:03 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Peristiwa Mei dan sikap budaya ==> Neng Uli

> ... nah, gue ngeliatnya kenyataan yang terjadi di awal kerusuhan
> tgl. 13 Mei 98 itu yang jadi sasaran adalah komunitas Tionghoa,
> yang rumah-toko dijarah, dirusak, dibakar dan kemudian juga
> pemerkosaan yang terjadi, ...


Maaf, ini katanya Chan-heng ngeliat kenyataan.
Nah, ngeliatnya di mana ya?

Kalau bicara tentang awal kerusuhan tanggal 13 Mei 98, saya ada di kampus 
Trisakti ketika orang-orang suruhan itu pada detik-detik awalnya mulai 
memicu kerusuhan.
Bahkan mobil saya yang diparkir di pinggir jalan di depan kampus, sempat 
didatangi untuk dibakar, tapi keburu dilarikan, mereka kejar, tetapi nggak 
dapat. Namun mobil-mobil lain yang diparkir di situ, dan tidak sempat 
dilarikan, mereka bakar semua.

Tetapi, sebelum mereka mulai membakar mobil-mobil yang pertama, yang 
dilakukannya tanpa melihat pemilik/pengendara mobil itu Tionghoa atau bukan, 
terlebih dahulu yang mereka serbu adalah Pos Polisi dan Pos Pemadam 
Kebakaran di seberang Utara dari kampus Trisakti. Lalu mereka melanjutkan 
merusak traffic light, lampu penerangan jalan dan pot-pot bunga di sekitar 
Grogol - Daan Mogot - S Parman.

Polisi, pemadam kebakaran, traffic light, lampu jalan dan pot bunga jelaslah 
bukan manifestasi komunitas Tionghoa.
Pembakaran mobil maksudnya mobil manifestasi orang kaya. Penyerbuan kantor 
polisi dan fasilitas layanan masyarakat serta perusakan traffic light, lampu 
jalan dan pot bunga, maksudnya kantor-kantor dan lampu-lampu serta pot itu 
manifestasi pemerintahan dan kemapanan.

Kemudian menjalar ke pembakaran bangunan-bangunan yang memanifestasikan 
kekayaan melimpah, yaitu mall dan pertokoan. Secara khusus juga disasar 
bangunan milik BCA yang memanifestasikan keluarga Soeharto. Tentu saja 
sebagian besar bangunan semacam itu milik komunitas Tionghoa, begitu pula 
bisnis Soeharto di BCA dijalankan oknum Tionghoa, sehingga timbul kesan 
kerusuhan disasarkan ke komunitas Tionghoa.
Tetapi kita tidak melihat serangan yang spesifik ke perumahan khusus 
Tionghoa, terutama komunitas Tionghoa kelas menengah yang ada sangat banyak 
di Jakarta (dengan mudah kita bisa menyebut nama sekitar 10 daerah semacam 
itu di Jakarta).

Tapi yang paling penting, katanya Chan-heng ngeliat kenyataan pemerkosaan 
yang terjadi.
Kalau benar, dan bisa merincinya, saya ajak Chan-heng untuk bersama-sama 
saya menguakkan dan menyelesaikannya secara hukum. Sudah lama saya 
mencari-cari kesempatan emas seperti ini!!

Wasalam. 

Kirim email ke