Good satire, Ms. Melani. I kinda like it, though.
 
Umumnya, orang yang bukan korban dari sebuah "alleged"
ethnic riot biasanya memang sok rasional. Tapi begitu dia jadi korban, 
ludahnya akan dijilat sendiri.
 
Tetapi gini deh...Jangan ada pemikiran bahwa orang "CINO" disini cuman
sekedar numpang. Salah besar ! Kita adalah bagian integral dari sebuah
bangsa yang disebut INDONESIA. Repot juga sih kalo masih ada yang 
memiliki pikiran dengan tipikal "mental inlander" begini. Kalo Indonesia
berjaya,
kita ikutan bangga, kalo Indonesia remuk, kita ikutan sedih. Jadi bagi
rekan-rekan disini yang masih berpikir bahwa mereka "menumpang"
di Indonesia, mending segera merubah pola pikir itu. Bagi saya, China adalah
masa lalu, Indonesia adalah masa depan saya. Jadi, fokus kita adalah
bagaimana
membangun Indonesia, bukan terlena "dimasa lalu". Atau mungkin memang ada
semacam "krisis nasionalisme" atau "kehampaan nasionalisme" ???
 
Ada satu point yang aku suka dari tulisan Akhmad ini (jangan disingkat
ABS lha, entar salah ketik jadi JABS = Just Another Bull Shit, Hehehe).
 
===
Lebih baik kita bertindak konkrit. Mari kita contoh apa yang dilakukan para
keluarga korban penembakan Trisakti, korban Semanggi I dan II, dan
korban penculikan aktivis, yang juga korban-korban nyata kasus Mei '98.
Mereka tidak pernah berhenti melakukan aksi-aksi konkrit untuk
menyelesaikan masalah mereka secara hukum di tingkat nasional maupun
internasional. Tentunyadengan mengemukakan data-data substantial tentang 
derita mereka.
Namun yang pasti, mereka tidak hanya nyinyir di milis saja. Dan juga tidak
pernah 'memperdagangkan' derita mereka sebagai komoditas assylum di
luarnegeri.
===
Good Point, Mr. Akhmad. Tetapi secara jujur harus dikatakan, ada sebuah 
allegation terhadap etnis tionghua Indonesia bahwa mereka itu tidak akan
pernah bersatu.
Ada seorang member disini yang nulis sebuah sindiran yang kupikir cukup
mengena
bagi etnis tionghua dimana intinya adalah "yang penting bukan gue.". Ingat
lho, ini
memang sebuah allegation. Bagi yang ngga merasa, boleh-boleh saja membantah
dengan menyertakan bukti (bukan PERSEPSI lho...). Dan bagi yang kena sindir,
boleh
deh introspeksi.
 
PS: Fiuh...Gw baru bisa mulai nulis lagi gara-gara kompie gue rusak, macet
ngga bisa baca
CDROM. Setelah diperbaiki staff gue, baru bisa jalan lagi. Cape Deh...
 
  _____  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of melani chia
Sent: 01 Juni 2007 19:19
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Peristiwa Mei dan sikap budaya ==> Neng
Uli



Pak ABS benar kali disana tdk ada pembantian anti tionghoa,paling menjarah
ya artinya bagi2 rejekilah,kalau ada amoi yg diperkosa,...itu dusta kali
ya,...wong cuma
cuma dinikmati, aja krn amoi dan tenglang yg lainnya kan numpang jd sah2
saja mau diapain juga ..gitu kali ya pemikirannya,....trus
rumah/apartment/juga org yg dibakar ya mungkin lagi apes aja kali
ya....kurang tawakal,...mungkin juga,....itu cobaan dari awloh ya?????

Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] <mailto:absaleh%40indo.net.id> net.id>
wrote:
----- Original Message ----- 
From: ChanCT
To: budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com
Sent: Friday, June 01, 2007 4:03 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Peristiwa Mei dan sikap budaya ==> Neng Uli

> ... nah, gue ngeliatnya kenyataan yang terjadi di awal kerusuhan
> tgl. 13 Mei 98 itu yang jadi sasaran adalah komunitas Tionghoa,
> yang rumah-toko dijarah, dirusak, dibakar dan kemudian juga
> pemerkosaan yang terjadi, ...

Maaf, ini katanya Chan-heng ngeliat kenyataan.
Nah, ngeliatnya di mana ya?

Kalau bicara tentang awal kerusuhan tanggal 13 Mei 98, saya ada di kampus 
Trisakti ketika orang-orang suruhan itu pada detik-detik awalnya mulai 
memicu kerusuhan.
Bahkan mobil saya yang diparkir di pinggir jalan di depan kampus, sempat 
didatangi untuk dibakar, tapi keburu dilarikan, mereka kejar, tetapi nggak 
dapat. Namun mobil-mobil lain yang diparkir di situ, dan tidak sempat 
dilarikan, mereka bakar semua.

Tetapi, sebelum mereka mulai membakar mobil-mobil yang pertama, yang 
dilakukannya tanpa melihat pemilik/pengendara mobil itu Tionghoa atau bukan,

terlebih dahulu yang mereka serbu adalah Pos Polisi dan Pos Pemadam 
Kebakaran di seberang Utara dari kampus Trisakti. Lalu mereka melanjutkan 
merusak traffic light, lampu penerangan jalan dan pot-pot bunga di sekitar 
Grogol - Daan Mogot - S Parman.

Polisi, pemadam kebakaran, traffic light, lampu jalan dan pot bunga jelaslah

bukan manifestasi komunitas Tionghoa.
Pembakaran mobil maksudnya mobil manifestasi orang kaya. Penyerbuan kantor 
polisi dan fasilitas layanan masyarakat serta perusakan traffic light, lampu

jalan dan pot bunga, maksudnya kantor-kantor dan lampu-lampu serta pot itu 
manifestasi pemerintahan dan kemapanan.

Kemudian menjalar ke pembakaran bangunan-bangunan yang memanifestasikan 
kekayaan melimpah, yaitu mall dan pertokoan. Secara khusus juga disasar 
bangunan milik BCA yang memanifestasikan keluarga Soeharto. Tentu saja 
sebagian besar bangunan semacam itu milik komunitas Tionghoa, begitu pula 
bisnis Soeharto di BCA dijalankan oknum Tionghoa, sehingga timbul kesan 
kerusuhan disasarkan ke komunitas Tionghoa.
Tetapi kita tidak melihat serangan yang spesifik ke perumahan khusus 
Tionghoa, terutama komunitas Tionghoa kelas menengah yang ada sangat banyak 
di Jakarta (dengan mudah kita bisa menyebut nama sekitar 10 daerah semacam 
itu di Jakarta).

Tapi yang paling penting, katanya Chan-heng ngeliat kenyataan pemerkosaan 
yang terjadi.
Kalau benar, dan bisa merincinya, saya ajak Chan-heng untuk bersama-sama 
saya menguakkan dan menyelesaikannya secara hukum. Sudah lama saya 
mencari-cari kesempatan emas seperti ini!!

Wasalam. 

---------------------------------
Yahoo! Answers - Got a question? Someone out there knows the answer. Tryit
now.

[Non-text portions of this message have been removed]



 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke