Sekedar tambahan informasi:

Rumah anaknya Christian Wibisono di Pantai indah Kapuk juga dibakar massa, 
dibakar bersama dengan para tetangganya, padahal lokasinya jauh dari dari area 
perdagangan. lagi, perumahan2 di Jakrta Barat, seperti di Teluk Gong, Angke 
yang didiami pemukm Tionghoa dari golongan menengah sampai bawah, juga menjadi 
sasaran penjarahan dan pembakaran. daerah2 ini jelas jauh dari kesan mewah, dan 
jauh dai area pedagangan.

perumahan Kelapa gading dan Pluit yan didominasi Tionghoa juga sudah terancam, 
massa sudah bekumpul di gebang, hanya saja warga di kedua tempat ini sudah 
membayar satuan Marinir untuk menjaga, jadi aman. sedangkan perumahan cempaka 
putih meski tidak dijagai tentara, sama sekali aman, karena penghuninya 
bercampur, tidak didominasi Tionghoa.

Rumah saya di Solo bukan daerah perdagangan, tapi diserbu juga oleh perusuh, 
mereka sudah hampir behasil membobol pintu rumah, "untung" saat itu didekat 
rumah kami ada rumah yang sudah berhasil dibobol, adi para perusuh ramai2 
pindah tempat.

Saat kerusuhan, tidak ada orang Tionghoa ang berani keluyuran di jalan, mereka 
yang terpaksa keluar rumah pasti mendapat pelindungan/dikawal  teman yang " 
pribumi". teman2 Pribumi  ini bisa saja hanya sopir ojek atau sopir bajay. 
mereka sendiri yang berpesan agar orang2 Tionghoa ini menyamar, menutup diri 
dengan topi atau pakaian khusus, agar tak telalu kentara Cinanya. sedangkan Ibu 
seorang teman saya yang pribumi, malah memanfaatkan kavakuman perdagangan 
dengan berjualan ayam potong dipingir jalan, dan aman2 saja, coba apa jadinya 
kalau yang jualan Cina?

Dari contoh2 di atas jug sudah cukup jelas, Kalau mau, pemerintah dan tentara 
bisa kok mengamankan wilayah Jakarta! buktinya wilayah yang dikawal marinir 
aman2 saja.

salam,
ZFy

  ----- Original Message ----- 
  From: ChanCT 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, June 03, 2007 10:15 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Peristiwa Mei dan sikap budaya ==> AB. Saleh


  Saleh-heng yb,

  Senang bisa bertemu kembali, dan mendapatkan tanggapan serius mengenai 
  masalah Tragedi Mei. Dan sungguh sangat menyedihkan, sekalipun sudah lewat 9 
  tahun lebih, pemerintah belum juga berhasil mentuntaskan, hasil laporan 
  Komnas HAM dengan TGPF juga tidak ada kelanjutan, apa dan bagaimana 
  sesungguhnya kerusuhan Mei 98 itu. Jadi, adalah wajar kalau diantara kita, 
  atau siapa saja kawan lain bisa terjadi berbeda pendapat. Apa yang saya 
  lihat sebagai kenyataan dari beberapa sumber dengan apa yang Saleh-heng 
  lihat sendiri jadi perbedaan. Tapi, marilah kita coba meneliti mana yang 
  benar atau lebih mendekati kenyataan sesungguhnya yang terjadi. Tentunya 
  banyak saksi mata bisa ikut mengajukan pendapat berdasarkan apa yang 
  dilihat.

  Saya sependapat dengan Harry Tjan Silalahi, pada saat diwawancarai oleh 
  Edy Budiyarso, wartawan TEMPO di tempat kerjanya Kantor CSIS pada hari Jumat 
  19 Juni 1998, yang tegas menyatakan: Kerusuhan Mei 98 itu adalah gerakan 
  SARA khusus etnis Cina. "Lebih kentara lagi kemudian kejadian di Jakarta dan 
  Solo pada pertengahan Mei 1998 lalu. Fokus kepada etnis Cina dapat 
  dibuktikan di lapangan. Para pemilik toko dan rumah selalu memasang alat 
  sembahyang muslim dan menuliskan juga tulisan pribumi muslim. Jadi, pribumi 
  saja masih belum cukup.
  Kerusuhan ini kemudian menjalar sampai ke Palembang. Jelas peristiwa ini 
  sangat memilukan. Dari laporan di lapangan dan laporan Komnas HAM terlihat 
  ada kelompok yang teroganisir yang menggerakkan." tegasnya.


  Recent Activity
    a..  10New Members
  Visit Your Group 
  SPONSORED LINKS
    a.. Indonesian languages 
    b.. Dan 
    c.. Indonesian 
    d.. Indonesian language course 
    e.. Indonesian language learn 
  Yahoo! Mail
  Drag & drop

  With the all-new

  Yahoo! Mail Beta

  Y! Messenger
  Talk it up - free!

  Call your friends

  worldwide - free!

  Ads on Yahoo!
  Learn more now.

  Reach customers

  searching for you.
  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke