£Ó£ä£ò£®¡¡£Ê£ï£è£î£¬¡¡
£Â£á£ç£õ£ó£¬¡¡£ë£å£î£á£ð£á¡¡£è£á£ò£õ£ó¡¡£í£å£î£ù£á£ë£é£ô£é¡¡£ô£å£í£á£î¡¡£ù£á£î£ç¡¡£ô£á£ë¡¡£â£å£ò£ó£á£ì£á£è¡¡£ð£á£ä£á¡¡£á£î£ä£á£¿¡¡£Ä£é¡¡£í£á£î£á¡¡£ó£ï£ð£á£î¡¡£ó£á£î£ô£õ£î¡¡£ë£é£ô£á£¿
£Ó£á£ì£á£í
£Ì£é£á£î£ç¡¡£Õ


--- john26h <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Istilah cina dan tionghoa rasanya timbul karena
> political reason.
> Kalau mau ditinjau dari aspek linguistic, rasanya
> susah sekali bisa 
> diterima.
> 
> Saya ada cerita nyata soal cina dan tionghoa.
> Sewaktu pelajaran Pancasila di univ negeri tiba-tiba
> sang dosen
> bertanya diruang kuliah, apa ada tionghoanya
> disini?.
> Waktu itu ada 4 msiswa tionghoanya, anehnya keempat
> msiswa ini diam 
> saja.
> Sang dosen lalu meneruskan kata-katanya. oh, rupanya
> tidak ada
> cinanya.....
> 
> Kelanjutannya tak perlu saya sebutkan.
> Yang saya pertanyakan, kenapa dari tionghoa berubah
> jadi cina?
> 
> Saya sudah bosan rasanya membaca perdebatan soal
> cina dan tionghoa 
> ini, yang tidak ada penyelesaiannya.
> 
> Kalau menggunakan istilah cina ada yang tersinggung
> dan tionghoa 
> tidak. Tinggalkan saja istilah itu, titik.
> 
> 
> John
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, PK Lim
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Bang Akhmad yth,
> > 
> > Maaf ya.  Untuk anda, penggunaan istilah "cina"
> atau Tionghoa 
> tidak ada relevansinya.  Makanya anda bisa dengan
> mudah 
> mengesampingkan issue ini.  Memang diakui, ini akan
> merupakan debat 
> yang berkepanjangan.  Tetapi bukan debat pepesan
> kosong.  Karena ini 
> berkaitan dengan jati diri, martabat dan harga diri.
>  Sekarang masih 
> banyak, kalau tidak bisa disebut 100%, kalangan
> Tionghoa yang sangat 
> berkeberatan penggunaan istilah "cina".  Kembali
> lagi, selama ada 
> sebagian warga yang berpendapat istilah itu
> menghina, mengapa masih 
> dipergunakan.
> > 
> > Sebagai paralelnya, saya pribadi tidak beranggapan
> penggunaan 
> istilah "indon" itu mengandung unsur penghinaan. 
> Tetapi karena ada 
> sebagian warga saudara2 kita yang merasa demikian,
> saya MENDUKUNG 
> 100% unpaya penghapusan penggunaan istilah itu.
> > 
> > salam,
> > PK Lim
> > 
> > Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> 
> wrote:                               ----- Original
> Message ----- 
> >  From: hera
> >  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> >  Sent: Friday, November 09, 2007 6:43 AM
> >  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana
> dengan orang 
> Tiongkok?
> >  
> >  > Adik saya yang selisihnya 7 thn... tinggal nya
> sudah di Tomang
> >  > di tahun 70'an... dia sekolah di daerah Jakarta
> Pusat dan 
> Selatan....
> >  > ternyata sebutan Cina - di kalangan teman2nya
> hanya sebagai
> >  > sesuatu yang biasa - bukan bermaksud utk
> menghina...
> >  > Dan ketika saya sekolah di luar negeri
> (Singapore & USA) -
> >  > "CHINESE"... diterjemahkan sebagai Orang
> Cina...
> >  > lebih mudah diucapkan dibanding mesti mikir
> lagi menjadi
> >  > Orang Tionghoa....
> >  > Bahkan teman2 yang Indonesian Chinese pun -
> kita juga bilang
> >  > kita adalah orang Cina...
> >  > Dan sekarang saya tinggal di daerah Jakarta
> SElatan - dimana
> >  > semua orang berkata Cina.... dan saya bisa
> membedakan
> >  > dari intonasi - apakah yang mengatakan
> bermaksud menghina
> >  > atau tidak...
> >  
> >  > Please - kepada bapak/ibu yang budiman - semua
> itu adalah
> >  > sebuah paradigma....
> >  > Cobalah mengerti yang benar belum tentu baik
> bagi semua 
> orang....
> >  > tetapi yang baik pasti benar untuk semua
> orang....
> >  
> >  ----------------------------------------
> >  
> >  Saya rasa Hera kouwnio benar.
> >  Sebagai seorang non-tionghoa, saya melihat
> pembahasan soal 
> istilah/kata 
> >  "cina" ini sudah terlalu berkepanjangan, sampai
> ke polling-
> polling segala 
> >  (yang jumlah peserta polling-nya nyatanya cuma
> hitungan jari 
> saja) tanpa 
> >  terlihat nilai produktifnya.
> >  Bahkan rasanya sudah menjangkau tahap
> kontra-produktif terhadap 
> pembinaan 
> >  kebangsaan kaum tionghoa. Karena, kalau orang
> Betawi 
> bilang, "pepesan kosong 
> >  doang".
> >  Sehingga sudah terasa perlunya mempertanyakan
> "Kapan selesainya 
> omongin 
> >  kosong ini"
> >  
> >  Sebetulnya kata "cina" maupun "tionghoa" adalah
> leksikon bahasa.
> >  Tetapi praktis tidak tampak adanya pembahasan
> dari segi 
> linguistik.
> >  Pembahasan pro-kontranya terutama hanya dilihat
> dari segi 
> politik, yaitu 
> >  politik dendam dan sakit hati masa lalu, terutama
> pada Soeharto 
> dan Orba, 
> >  yang padahalnya sudah sama-sama kita jungkalkan
> >  
> >  Padahal kalau dilihat penggunaannya di
> 'lapangan', dalam bahasa 
> yang dipakai 
> >  orang sehari-hari, masalah pro-kontra ini
> samasekali tidak ada.
> >  Saya melihatnya sama saja dengan kata "tau" dan
> "tahu". Dalam 
> komunikasi 
> >  lisan kita bilang "saya sudah tau', dan orang
> menertawakan kalau 
> kita 
> >  mengatakan "saya sudah tahu". Sebaliknya kita
> akan disalahkan 
> kalau menulis 
> >  "saya sudah tau", karena harusnya tertulis "saya
> sudah tahu".
> >  Begitu pula, kata "cina" secara umum digunakan
> dalam bahasa 
> percakapan, 
> >  utamanya percakapan santai sehari-hari, dan kata
> "tionghoa" lazim 
> digunakan 
> >  dalam bahasa tulisan serta bahasa verbal formal
> seperti pidato, 
> dsb. Lalu di 
> >  antara kedua 'kutub' itu, masih ada lagi kata
> "cainis" (chinese) 
> dalam 
> >  penggunaan separuh santai separuh resmi.
> >  Begitulah kenyataan linguistiknya, political
> clout set aside!
> >  
> >  Aspek kebahasaan lainnya adalah adanya frasa
> (gabungan kata), 
> yang dalam 
> >  penggunaan sehari-hari ada frasa yang lebih cocok
> pakai 
> kata "cina", dan ada 
> >  frasa lain yang lebih cocok pakai kata
> "tionghoa".
> >  Sebagai contoh, tanpa pertimbangan politik
> whatsoever, perasaan 
> bahasa saya 
> >  lebih 'sreg' untuk menggunakan kata "tionghoa"
> dalam frasa "suku 
> tionghoa". 
> >  Tidak akan saya mengatakan "suku cina", bahkan
> dalam percakapan 
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke