Saya jadi bingung, apakah anda mendukung kelompok Tionghoa yang sudah diberi 
tahu sejarah penghinaan masih saja ngotot mempertahankan istilah Cina itu? 
tolong jelaskan!

Catatan: Saya tidak menyerang kelompok2 Tionghoa yang mempertahankan istilah 
Cina karena ketidak tahuan. tidak tahu karena buta informasi atau karena bodo.
saya juga tak menyerang anak2 muda tionghoa yang sering terlepas ber-cina2 
karena terbiasa, asalkan dia tahu itu salah, dan akan melakukan koreksi setiap 
ada kesempatan, terutama dalam tulisan yang mestinya bisa  lebih terkntrol 
bahasanya.

Dan... di zaman ini, rasanya tidak perlu seorang pahlawan untuk berkampanye 
menggunakan istilah Tionghoa. kalau saya menyerang orang2 yang ngotot, itu juga 
tidak perlu merasa menjadi pahlawan. mengapa anda tesinggung?

Mengenai peran, setiap manusia memiliki cara sendiri2, tegantung kemampuan dan 
kondisi masing2. dalam kondisi represif, yang paling banyak tentunya Silent 
Mayority, ini jauh lebih baik daripada kelompok yang aktif berkolaborasi dng 
penguasa menekan bangsanya sendiri. di zaman orde baru, jika ibu anda sanggup 
menjadi guru mandarin, saya hanya sanggup menjadi murid yang kerasukan melahap 
buku2 sastra mandarin dan budaya Tionghoa, siapa tahu kelak bermanfaat ? 

Salam,
ZFy





  ----- Original Message ----- 
  From: gsuryana 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, November 13, 2007 7:25 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? -- 
perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"


  Maaf anda ternyata memaksakan kehendak pribadi tanpa mau melihat kenyataan 
  didalam kehidupan yang nyata, aku tantang anda, apakah anda berani 
  mengatakan hal ini didepan anak anak Tionghoa yang masih berumur 20 tahunan 
  ?, dimana kita bisa berkumpul ?, dan berapa banyak yang boleh datang ?

  Anda meremehkan masalah utama yang anda paksakan menjadi sebuah keharusan 
  yang didalam kenyataannya banyak warga Tionghoa Indonesia sendiri yang 
  usianya sd 40 tahun tidak pernah sadar bahwa ada istilah cina sebagai sebuah 
  hinaan, yang aku tahu malah hinaan kepada non Tionghoa masih sering 
  diucapkan oleh para Tionghoa Intelek yang asli Tionghoa yang marah bila 
  dibilang cina.

  Bila anda bicara sejarah maka anda harus marah ke Belanda karena hinaan cina 
  di mulai di jaman Belanda dengan sebutan cina loleng, kemudian di jaman 
  Jepang yang malah arti dari cina itu sendiri bisa menjadi ( maaf ) vagina 
  dalam bahasa Jepang. Soeharto dengan LPKB nya meneruskan tradisi ini dengan 
  tujuan agar warga Tionghoa Indonesia benar benar di nista dan tujuan 
  berhasil dengan sukses karena sampai sekarang istilah ini selalu menjadi 
  topik terlama di setiap millis, saking banyaknya pahlawan Tionghoa yang di 
  jaman Soeharto tiarap ketakutan.

  Ibuku biarpun seorang perempuan masih tetap menjadi guru mandarin secara 
  sembunyi sembunyi untuk melanggengkan pemakaian bahasa Mandarin tanpa 
  khawatir ditangkap karena ibuku memiliki prinsip bahasa ibu untuk Tionghoa 
  Indonesia tidak boleh punah, berapa banyak yang mampu berkarya seperti itu 
  ?, dimana peranan anda di jaman Soeharto ?

  sur. ( aku kecewa dengan anda karena sudah menghakimi sesama Tionghoa yang 
  tidak anda kenal mengapa mengapa nya. )

  ----- Original Message ----- 
  From: "Skalaras" <[EMAIL PROTECTED]>

  > Biarkan saja orang Tionghoa yang meski telah diberi tahu sejarahnya masih 
  > ngotot menggunakan istilah cina. anggap saja mereka memang benar2 Cina! 
  > yang tentu lebih rendah kastanya dari kita2 yang Tionghoa. kalau 
  > masyarakat tionghoa mengadakan perayaan budaya, mereka hanya layak 
  > diperlakukan sebagai tamu luar tentunya.
  >
  >
  > ----- Original Message ----- 
  > From: PK Lim 



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to