ketika saya dalam perjalanan kerumah leluhur saya di Tai Pu (大埔 = Da Bu) 
dusun Zhong Lan yaitu dusun marga Liu 劉 saya naik perahu untuk menyebrangi 
sungai besar, nah tukang perahu itulah yang mengatakan "Fa Ciao" sambil 
mencibir kepada temannya, orang tua saya yang mengerti bahasa hakka hanya 
diam. Saya anggap kata2 yang dikeluarkan tukang prahu itu berkonotasi 
negative.

    Sewaktu berjalan kaki di Splendid China / Windows of the World, 
ShenZhen, ada station MTR yang bernama Station Hua Qiao, disitu saya 
berbicara memakai bahasa inggris dengan sodara saya, lalu saya menanyakan 
yang kurang lebihnya seperti "jika orang seperti saya yang lahir & besar di 
negara luar China, bukankah berbeda dengan Hua Qiao?" Sodara saya itu 
mengatakan "ya, kamu adalah Hua Yi, Fangien, Fankuiii!!!".

    Lalu saya berkata "Fankui adalah sebutan kasar untuk orang non chinese" 
sodara saya bilang "yeah, you are fankui too!"

    Tersinggung? Jelas, tapi hal itu membuat saya berpikir, jika kita bilang 
fankui terhadap orang non TiongHua, bukankah kita sedang meludahi muka kita 
sendiri karena terpaan angin yang berlawanan arah? Atau seperti menunjukan 
jari telunjuk kepada orang lain, namun 3 jari sedang menunjuk kearah kita?

    Sayang saya lupa bertanya kepada sodara saya itu apa artinya "Ciao Sen"!

    Are We Chinese? Kita TiongHua? Yang pasti, kita adalah FanKuiii wahai 
para Fangien (HuaYi), bagi penduduk RRT!!!



----- Original Message ----- 
From: "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, 14 November, 2007 15:49
Subject: Kapan selesainya? (Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan 
orang Tiongkok?


> Liquid-gor,
>
> Sebenarnya menurut bahasa kita, terminologi yang benar adalah "Fan
> Ngin". Artinya secara literal cuma "orang asing", sudah, tidak ada
> konotasi negatif. Namun kalau pakai "gui", nah ini sudah menghina :P
> Sedangakan secara bahasa mandarin standar, terminologi untuk kita
> adalah "Hua Yi" bukanlagi "Hua Qiao".
>
> Huaqiao adalah orang yang dulunya lahir di Tiongkok sebagai warga
> negara di sana, kemudian merantau keluar. Huayi adalah keturunan dari
> Huaqiao yang telah lahir di negara perantauan. Jadi kuncinya adalah
> lahir dari siapa dan di mana.
>
> Hormat saya,
> Yongde
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Liquid Yahoo" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>     Saya dibilang ama orang ZhongGuo "Fa Ciao" (Ciao Sen kah yang
> dimaksud?)
>> karena dianggep lahir disana tapi merantau, saya tanya sodara saya
> disono
>> kalo saya yang lahir di Indonesia dibilang ape? Sodara saya bilang
> "Fangien,
>> you are FanKui"!!!
>>
>>     Hehehehe, kita2 orang (TiongHua) yang ude lahir di luar TiongKok
>> dibilang orang Tiongkok itu "FanKui"!!!
>>
>>
>> ----- Original Message ----- 
>> From: "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
>> Sent: Wednesday, 14 November, 2007 07:44
>> Subject: Kapan selesainya? (Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan
>> orang Tiongkok?)
>>
>>
>> > Saya juga punya perbandingan lain,
>> >
>> > Bagaimana kalau kita membandingkan istilah Cina dengan istilah tiko
>> > atau fankui?
>> >
>> > * yang masih pake istilah itu siap-siap kesindir, heheheh *
>> >
>> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, skalaras@ wrote:
>> >>
>> >> Kalau Pak ABS memandang istilah Indon bukan penghinaan, memang kita
>> > tak
>> >> tepat mensejajarkan issue Cina dengan Issue Indon.
>> >>
>> >> Saya punya perbandingan lain yang mungkin lebih pas : bagaimana
>> > kalau kita
>> >> membandingkan istilah Cina dng istilah Inlander?
>> >>
>> >> Salam,
>> >> ZFy
>> >>
>> >> > ----- Original Message -----
>> >> >
>> >> > - - - - - - - - - -
>> >> >
>> >> >> Sebagai paralelnya, saya pribadi tidak beranggapan penggunaan
>> >> >> istilah "indon" itu mengandung unsur penghinaan.
>> >> >> Tetapi karena ada sebagian warga saudara2 kita yang
>> >> >> merasa demikian, saya MENDUKUNG 100% unpaya
>> >> >> penghapusan penggunaan istilah itu.
>> >> >
>> >> > Belakangan ini beberapa kali dikemukakan masalah penggunaan
>> > kata "indon"
>> >> > di
>> >> > Malaysia, yang sebetulnya tidak terlalu relevan dibahas di milis
>> > ini.
>> >> > Tetapi
>> >> > untuk kali ini biarlah kita bahas sekali saja.
>> >> > Ada dua aspek di dalam issue kata "indon" di Malaysia ini.
>> >> >
>> >> > Pertama, aspek linguistik.
>> >> > Berbagai pihak di Malaysia sudah menjelaskan bahwa penggunaan kata
>> >> > "indon",
>> >> > hanyalah praktek penyingkatan istilah, yang lumrah ada dalam tiap
>> > bahasa.
>> >> > Hanya saja penjelasan yang logis itu tidak dimuat di media
>> > Indonesia,
>> >> > karena
>> >> > pertimbangan politik, supaya suasana tetap 'panas'.
>> >> > Di Australia misalnya, sudah lumrah kata "indonesia" yang dirasa
>> > agak
>> >> > terlalu panjang, disingkat menjadi "indo" dalam percakapan sehari-
>> > hari
>> >> > maupun dalam media cetak untuk menghemat space. Samasekali tidak
>> > ada yang
>> >> > meributkannya, bahkan dipakai meluas oleh orang Indonesia sendiri
>> > di sana,
>> >> > karena secara lingusitik memang tidak ada masalah. Bahkan sama
>> > saja dengan
>> >> > lazimnya penggunaan kata "aussie" atau "oz", untuk menyingkat kata
>> >> > "australia" yang rada kepanjangan.
>> >> > Di Indonesia, di jaman Belanda dulu, suka juga dipakai
>> > penyingkatan kata
>> >> > "indonesia" menjadi "indonesch", tanpa persoalan, sebagaimana
>> > terlihat
>> >> > dalam
>> >> > versi awal lagu "Indonesia Raya". Memang di Indonesia tidak
>> > dipakai kata
>> >> > "indo", karena kebetulan dalam kosa kata bahasa Indonesia kata
>> > itu sudah
>> >> > mempunyai makna tersendiri, yaitu merujuk kepada kaum blasteran
>> > setengah
>> >> > Belanda setengah Indonesia.
>> >> > Di Malaysia, ketika orang Indonesia menjadi berjuta-juta
>> > jumlahnya di
>> >> > sana,
>> >> > sehingga kata "indonesia" menjadi kosa kata yang harus tiap hari
>> >> > disebutkan
>> >> > orang, dirasakan perlunya mempunyai kata yang singkat untuk
>> > menyebut
>> >> > "indonesia" itu. Dan karena mereka juga tahu bahwa di kawasan Asia
>> >> > Tenggara
>> >> > kata "indo" sudah mempunyai makna tertentu, maka dipakailah
>> > kata "indon".
>> >> > Jadi bagi mereka yang berpikiran sehat, di antara orang Malaysia
>> > maupun di
>> >> > antara orang Indonesia di sana dan di sini, kata "indon" terasa
>> >> > biasa-biasa
>> >> > saja, tanpa masalah.
>> >> >
>> >> > Kedua, aspek politik.
>> >> > Ketika Malaysia mulai melejit mengungguli Indonesia dalam
>> > berbagai bidang,
>> >> > mulai ada rasa iri dan sirik di sebagian kecil orang Indonesia.
>> > Mereka
>> >> > inilah yang selalu ribut mempersoalkan hal-hal yang non-issue
>> > seperti kata
>> >> > "indon" ini.
>> >> > Mereka ini juga lah, yang untuk kepentingan politik iri hati,
>> > lalu membuat
>> >> > issue bahwa Malaysia mem-paten-kan batik Indonesia dan rendang
>> > Padang,
>> >> > yang
>> >> > padahalnya tidak pernah terjadi (karena hal-hal seperti cara
>> > membatik,
>> >> > cara
>> >> > memasak, cara menanam padi, cara menari, dsb., tidak bisa
>> > dipatenkan).
>> >> > Mereka ini juga lah, yang untuk kepentingan politik iri hati, lalu
>> >> > meributkan penggunaan lagu "Rasa Sayang-Sayange" dan "Jali-Jali"
>> > untuk
>> >> > promosi pariwisata Malaysia. Padahal dulu ketika Malaysia memilih
>> > lagu
>> >> > Indonesia "Terang Bulan" sebagai lagu kebangsaannya, ketika orang
>> >> > Indonesia
>> >> > di jaman itu masih merasa unggul di atas orang, ketika belum ada
>> > rasa iri
>> >> > dan sirik, kita dengan besar hati menerima pilihan Malaysia atas
>> > lagu
>> >> > Indonesia itu. Sampai-sampai keluar Peraturan Pemerintah RI
>> > melarang orang
>> >> > Indonesia menyanyikan lagu "Terang Bulan" itu. Bayangkan, orang
>> > Indonesia
>> >> > dilarang menyanyikan lagunya sendiri, demi kegembiraan menyambut
>> > pilihan
>> >> > Malaysia itu! Kalau saja semangat positif yang sama berlaku di
>> > jaman
>> >> > sekarang ini, kita seharusnya bangga lalu "Rasa sayang-Sayange"
>> > dan
>> >> > "Jali-Jali" di-'pinjam' orang Malaysia, yang dalam aspek seni-
>> > budaya
>> >> > memang
>> >> > masih terlalu jauh untuk mencapai tingginya jenjang budaya orang
>> >> > Indonesia.
>> >> >
>> >> > Jadi soal kata "indon", soal lagu "Rasa Sayang-Sayange", dsb. di
>> > Malaysia
>> >> > itu, secara sosial holistik adalah non-issue.
>> >> > Ia hanyalah merupakan issue politik sempit bagi sebagian orang
>> > saja.
>> >> > Karena itu, mengkait-kaitkan soal kata "indon" dengan soal
>> > kata "cina"
>> >> > juga
>> >> > adalah non-issue, kecuali sebagai issue politik antagonisme.
>> >> >
>> >> > Wasalam.
>> >> >
>> >> >
>> >>
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>> >
>> > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>> >
>> > .: Pertanyaan? Ajukan di
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>> >
>> > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>> >
>> >
>> > Yahoo! Groups Links
>> >
>> >
>> >
>> >
>>
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
> 

Kirim email ke