All,

Warga surabaya mungkin adalah warga paling 'kasar' kalau dilihat dari
bahasa pergaulan sehari-hari. Bagaimana tidak, untuk kawan akrab
mereka tidak segan2 memanggil kawan tersebut dengan "jan**k", atau
"diam**t". Kalimat "he c*k, bagaimana kabarmu?" sudah biasa dan
menjadi sapaan khas di surabaya. (Notes: j****k & d*****t adalah 2
kosakata meso/makian yg paling keras/menghina di sby).

Apakah yg dipanggil demikian tersinggung? atau merasa terhina? Well,
tergantung konteks dan cara pemanggil menggunakan istilah 'hinaan'
diatas. Kalimat sekasar apapun, bisa menjadi bahasa persahabatan yg akrab.

Jadi, kalau saya dipanggil 'anjing'; ya saya akan liat dulu, siapa yg
memanggil saya, konteks panggilan, dan cara memanggil. Kalo ternyata
yg menggunakan kata tersebut bermaksud sebagai sapaan karib tanpa ada
tujuan menghina, maka no problem :). Silahkan menyebut saya bodoh,
naif, dll; toh contoh di surabaya punya sapaan yg lebih 'nggilani'
(menjijikan).

Tapi kalo ternyata saya dipanggil 'mister'/tuan dengan tujuan
menghina, ya mari kita selesaikan dengan beradab. Kalau tidak bisa
diselesaikan, pepatah jawa mengatakan 'sing waras ngalah' (yg sehat
pikiran mengalah saja) :p.

Kembali contoh diatas, apakah karena kata j****k bermakna hinaan maka
warga surabaya tidak mau dipanggil dengan kata tersebut dan minta
diganti dengan sapaan yg berkasta tinggi?

Selamat berakhir pekan.


Salam,
Jimmy
PS: meskipun j****k menjadi sapaan akrab, jangan sembarang
menggunakannya hehehehe. Resiko ditanggung pengguna hehehehe.

Kirim email ke