Setelah lulus SMA, saya belajar disatu negara yg. termaju di Eropa yaitu di Jerman Barat. Tentu saya merasa inferior melihat kemajuan dan kultur dari Jerman kalau dibanding dgn. Indonesia. Malahan tidak sedikit orang Jerman yg. tidak mengetahui dimana dan apa Indonesia pd. waktu itu. Tetapi hampir semua orang Jerman mengetahui China karena sedikitmya karena kultur dan kemajuan "kuno"nya yg. tinggi. Dan juga pada waktu itu, ada golongan mahasiswa kiri yg. beraliran idiology dari Mao (mengagumi Mao). Di-universitas2 di Jerman, mahasiwa bisa mengambil/belajar fak "Sinology" (ilmu ttg. Chinese history, culture, language, literature). Dgn. fakta2 tsb. diatas sedikitnya secara psikologis kemudian membuat saya (sebagai Chinese decent) menjadi tidak inferior thd. orang2 Jerman dan bisa ikut bersaing dibidang yg. saya pelajari waktu itu. Dan sekarang juga secara psikologis membuat saya bisa bisa survive dan bersaing di North America.
Karena Sinology dipelajari di-institusi2 akademik dan stategis di- negara2 Barat, saya kira kita tidak perlu berasa malu kalau dituduh mempunyai "syndrome inferioritas". Kalau Prime Minister dari Australia yg. sekarang ini dan keluarganya saja adalah pengagum dari China dan malahan dia bisa berbicara Mandarin (yg. saya tidak kuasai) yg. lancar seperti di-vodeo dibawah ini, kita tidak perlu malu utk. membicarakan tentang kemajuan China dimasa yg. lalu. http://www.usj.com.my/bulletin/upload/showthread.php?threadid=20749 Quote: His Mandarin Chinese is better than most Malaysian Chinese,he also interest in Chinese culture and history,his sinology is such nice.His son-in-law is a Hongkong Chinese migrate to australia,he son is studying in Fudan University China,his youngest son also studying Chinese now,Kevin Rudd as a fisrt leaders whom can speak Chinese,it shows,the more importance of Chinese/China in futur. BH Jo --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dada" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini yang saya sebut menghibur diri , syndrome inferioritas dan serta merta > menggali kejayaan masa lampau , sementara bangsa lain tidak ambil pusing > dengan "trophy2" usang yang kita sajikan. > > Apa sekiranya orang merogoh kertas dengan serta merta akan teringat akan > Tsai Lun, atau sekiranya Gutenberg ? Nope ? Emang Dia Pikirin? > > Sama seperti seorang yang membanggakan rapor taman kanak2 - kanak , > sementara orang lain sudah entah kemana , hidup dalam tatanan dunia baru. > > Menjadi yang terdahulu tidak berarti apa - apa jika di garis finish > tertinggal di belakang karena kehabisan stamina , karena sibuk > gontok-gontokan perang saudara? > > > > Sementara barat yg dikatakan mencolong, apakah akan ambil pusing? Nope? > Emang mereka pikirin? > > Mending kanak2 jadi preman , dewasa jadi insinyur . hehehehe > > > > Daripada sibuk berkeluh kesah. Lebih baik menciptakan inovasi - inovasi baru > , dan buatlah bangsa lain melihat tiongkok sebagai mercusuar dunia. > > Tidak perlu repot2 menciptakan high culture , itu yang tahu hanya segelintir > orang , ciptakan teknologi tinggi boleh ditambah pop culture. Hal ini akan > menjangkau lebih banyak lagi. > > > > Contoh sederhana , permainan console Dinasty Warrior , saya perhatikan di > internet , cukup menggugah rasa ingin tahu dari seluruh dunia untuk lebih > mengetahui tentang SAM KOK. Itu dari contoh2 sederhana. Ironisnya permainan > ini menggunakan produk Jepang, Lagi2 kita kecolongan hehehehe > > > > Robby Wirdja > >