Kalau tidak salah, Sam Kauw Hwee (San Jiao Hui) itu sudah ada sejak tahun 
1930an, bukan? Sam Kauw Hwee didirikan waktu itu untuk menandingi perkembangan 
organisasi keagamaan barat semasa Hindia Belanda. Pernah saya baca pula bahwa 
perkembangan Sam Kauw Hwee lebih pesat dari Khong Kauw Hwee (pada masa sebelum 
1955 ?) 

Nah, pada masa sebelum orde baru, ada berapa banyak klenteng yang digunakan 
oleh Sam Kauw Hwee, oleh Khong Kauw Hwee dan oleh umat Budha? Apakah sudah 
dibedakan? Apakah klenteng Sam Kauw berbeda dengan Khong Kauw ? (Istilah 
klenteng sendiri, kalau tidak salah, hanya generalisasi, me-refer terhadap 
bangunan berasitektur tiongkok yang bisa saja digunakan sebagai li tang, dao 
guan, ataupun vihara, bukan?)  

Mungkin ada yang dapat menambahkan ? 

Terima kasih. 

Prometheus

 

-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
david_kwa2003
Sent: Sunday, 10 February, 2008 8:17 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?


Waduh pak Danardono menempelkan emas di muka saya, disamakan dengan 
Alm. Mahabhikkhu Ashin Jinnarakkhitta! Mana berani? Beliaulah yang 
berjasa menyelamatkan kelenteng-kelenteng di DKI dan Jabar yang 
terancam ditutup semasa orde babe, hingga para pengurusnya 
berbondong-bondong datang ke Cipanas memohon perlindungan. Beliau 
juga salah seorang tokoh yang saya kagumi.

RE: Kelenteng Po An Kiong •ÛˆÀ‹{/Vihara Rahayu, saya tidak tahui 
persis kenapa namanya diubah menjadi Rahayu, bukan nama-nama berbau 
Sanskerta/Pali yang umum dipakai untuk menamai kelenteng yang 
dipaksa menjadi vihara. Yang saya tahu, berdasarkan tayangan Naga di 
Bumi Garuda di Metro TV, salah seorang pengurusnya yang aktif 
bertahan selama "Dark Ages" orde babe adalah Pandita Rahayu. Saya 
pribadi bersama teman-teman menjelang Lebaran tahun 2005 pernah 
berkesempatan berkunjung ke sana, tapi terkesan tidak mendapat 
sambutan positif dari pengurus. Jadi saya hanya sebentar, untuk 
melanjutkan perjalanan hingga Jawa Timur. Mungkin baju yang 
dikenakannya adalah baju pandita khaS Buddha Mahayana Tionghoa.

Lalu mengenai TriDharma, itu kan terjemahan dari Sam Kau/SAn Jiao 
(Tiga Ajaran). Sam Kau yang mencakupi Konfusianisme (Ji Kau/Ru Jiao Žò
‹³), Taoisme (To Kau/Dao Jiao "¹‹³) dan Buddhisme (Sek Kau/Shi Jiao ç×
‹³) merupakan dasar agama Tionghoa (the so-called Chinese Religion), 
bukan dipilah-pilah, tapi ketiga-tiganya. Ketiganya merupakan satu 
kesatuan  yang tak terpisahkan (Sam Kau It Kau/San Jiao Yi Jiao ŽO‹³ˆê
‹³).

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Matur nuwun, Suhu! Apa yang pak David uraikan mengenai rumah 
ibadat 
> dalam budaya Tionghoa saya terima dengan full guarantee ha ha ha
> Suhu saya yang lain adalah Mahabikkhu Jinarakitta alm.
> 
> Saya ingin tahu lebih banyak mengenai vihara Rahayu di Surakarta. 
Per-
> tama tama mengapa namanya Rahayu? apakah dia pemiliknya? Saya 
lihat 
> dia mengenakan baju pandita seperti di Tibet, ritual apakah itu? 
> Pasti bukan Buddha Mahayana bukan? Tao?
> 
> Di Vienna saya ikuti kegiatan Buddha Theravadda (kebanyakan di 
Eropa 
> selain jalur Tibetan), jadi, mohon maaf, saya agak kurang familiar 
> dengan bentuk ritual di Asia tenggara.
> Mula mula saya agak confused dengan ungkapan Tridharma, namun lama 
> lama saya pahami dalam kaitan dengan kegiatan orang orangnya pakde 
> Harto ha ha ha.
> 
> Sampai jumpa segera, saya beritahu via email. mana mas Kinghian 
dkk?
> 
> Salam metta
> 
> danardono
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "david_kwa2003" 
> <david_kwa2003@> wrote:
> >
> > Ha ha ha, Suhu...mesti pake kumis dan jenggot panjang dong kalau 
> > jadi suhu...Kalau tidak, kurang afdol... Kapan pak Danardono ke 
> > Indonesia dan kita bisa ngobrol lagi?
> > 
> > Re: nasib kelenteng, akibat penindasan pada masa orde babe, yang 
> > mengancam akan menutup kelenteng-kelenteng, nasib kelenteng 
memang 
> > sangat merana.  Hal ini terutama terjadi di DKI dan Jabar, 
> (hampir?) 
> > semua kelenteng telah "bermetamorfosa" menjadi vihara, dengan 
> syarat 
> > harus menempatkan patung Buddha di ruang altar utama, meski 
> > kelenteng tersebut jelas-jelas kelenteng Taois sekalipun!
> > 
> > Namun tidak demikian halnya dengan kebanyakan kelenteng di 
Jateng 
> > dan Jatim, tentu tidak termasuk Po An Kiong di Solo, yang 
sekarang 
> > telah menjadi Vihara Rahayu, padahal Dewata tuan rumahnya adalah 
> > Kong Tek Cun Ong alias Kwee Seng Ong. Setahu saya, itu semua tak 
> > terlepas dari jasa Ong Kie Tjay yang berjasa "menyelamatkan" 
> > kelenteng. Jadilah kelenteng di Jateng dan Jatim berubah nama 
> > menjadi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Untunglah nama 
kelenteng 
> > tidak diubah, tetap seperti sediakala. 
> > 
> > Kiongchiu,
> > KH




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links




No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.2/1271 - Release Date: 11/2/2008 8:16 
AM
 

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.2/1271 - Release Date: 11/2/2008 8:16 
AM
 

Reply via email to