Sdri.Ullysee,

simbol-simbol agama Buddha masuk kelenteng banyak sekali dan bahkan
ada yang sebelum kejadian G30S.
Teratai adalah simbol agama Buddha, bisa dilihat di beberapa kelenteng
yang menggunakan teratai sebagai salah satu ornamennya. 
Juga misalnya dengan bendera hitam sebagai ciri khas Daoism, juga
tidak bisa dipakai di Indonesia. Mungkin di Taiwan, Hongkong, masih
bisa dipakai, tapi itu juga rata-rata shentan yang menggunakannya.
Jadi tidak bisa dianggap kelenteng dengan bendera hitam adalah
kelenteng Daoism.

Jadi di Indonesia ini, rancu sekali mencari perbedaan antara kelenteng
 Ru, Dao dan Shi.

Rasa toleransi yang besar dari orang Tionghoa terhadap agama asing,
terutama agama asing yang mau menghormati budaya mereka membuat
kelenteng menjadi hal yang rancu milik agama apa.
Karena itu Sam Kaw Hwee atau Perkumpulan 3 agama terbentuk pada tahun
1938 di beberapa kota dan pada tahun 1952 menjadi Gabungan Tridharma
Indonesia.
Tapi sepanjang yang saya tahu, hal ini lebih banyak terjadi di pulau Jawa.

Satu hal yang perlu saya ingatkan lagi memory umat Buddha terutama
sekte Theravada, pada tahun 1934 datang seorang bhikku dari Srilanka
dan melakukan kegiatan kerjasama yang baik di vihara-vihara Mahayana
Tiongkok seperti di Jin De Yuan Jakarta, Guan Yin Tang di Bandung dan
masih dibanyak tempat lainnya.
Dengan begitu perlu diingat bahwa tidak adanya suatu bentuk persaingan
diantara Theravada dan Mahayana pada jaman Belanda, juga perlu diingat
jasa besar alm.bhiksu Ben Qing yang jauh lebih lama membabarkan agama
Buddha di Indonesia. Jangan dilupakan peranan beliau.
Suatu bentuk toleransi agama yang indah yang diajarkan dan diwariskan
leluhur kita, mereka bisa menerima sekte apapun tanpa adanya prasangka
buruk. 

Gonjang-ganjing politik berubah dan membuat kelenteng mau tidak mau
tiarap karena hak mereka untuk beraktifitas menurut keyakinan mereka
dilarang ditampilkan di depan umum.
Jangan kamu hanya melihat isinya saja, lihat saja bagaimana
pelaksanaannya. Contoh yang paling sederhana adalah PP 10 yang isi dan
pelaksanaannya tidak sesuai.
Karena itu pada tahun 1967 juga dibentuk Tempat Ibadah Tridharma atau
yang dikenal TITD di Surabaya. Tidak semua kelenteng di pulau Jawa
bergabung dengan TITD Surabaya, sebagai contoh adalah Tek Hai Kiong di
Tegal.

Ibunda alm.Ashin Jinnarakhitta adalah penganut Tridharma, bisa dilihat
dari bangunan peninggalan keluarga beliau dan meja altar samping untuk
3 tokoh Tridharma tersebut. Walau tokoh utama Taoism yang dimasukkan
adalah Jinqie Kunlun Tianzun bukan Sanqing Tianzun atau Daozhu.
Jadi tidak mengherankan beliau berusaha mengayomi kelenteng-kelenteng
yang banyak dalam kondisi tidak mengenakkan jika dilihat dari situasi
politik masa itu.

Banyak bukti nama kelenteng yang berbau Tionghoa harus berganti
menjadi nama Sansekerta. Beberapa sebagai contoh adalah Hoktek bio di
Karet menjadi vihara Amurvha Bhumi, Luban miao menjadi vihara
Dharmakaya Angsapura, Dashi miao menjadi Dharmajaya dan masih banyak
lainnya. Dan semua kelenteng itu bukanlah milik agama Buddha.
Selain penempatan rupang Buddha yang memang secara aturan tata krama
kelenteng tidak tepat, juga banyaknya dharmasala yang dibangun atau
memanfaatkan ruang kelenteng.

Saya pribadi memaklumi tindakan kelenteng yang kemudian dibawah
naungan agama Buddha. Dan perlu diingat sejak ORBA banyak penganut
suatu agama atau kepercayaan yang tidak mendapat pengakuan maka harus
masuk atau berada dinaungan salah satu 5 agama besar dan yang umum
adalah Hindu, Islam, Buddha dan Katolik.

Surat Keputusan Bersama Medagri dan Jaksa Agung No.76/1980 dan
Inmendragri No 455.2-360 itu yang melatari terbentuknya DEWI atau
Dewan Wihara Indonesia. Dimana pembentukannya semakin membuat banyak
kelenteng berpindah nama menjadi vihara. 

Seandainya tidak ada agama Buddha, bisa dibayangkan bagaimana
kelenteng itu nantinya ?
Dan kita harus ingat bahwa jejak keberadaan orang Tionghoa di
Indonesia itu tidak bisa dilepaskan dari kelenteng-kelenteng yang ada
di seluruh Indonesia.

Bagi saya pribadi, kelenteng adalah community center dan merupakan
suatu tempat ibadah penghormatan kepada para pahlawan atau orang yang
berguna bagi masyarakat maupun negara. Dan pendapat saya ini terus
terang mendapat banyak tentangan dari berbagai pihak, yang bisa saya
lakukan hanya penyebaran pandangan ini kepada beberapa orang.
Yang menentang intelek ada yang menggunakan kitab Liji sebagai pedoman
dan yang kacau adalah menggunakan kata-kata "dewa". Jika pedoman dari
kitab Liji, maka semua miao yang ada itu tidak sesuai kaidah lagi.
Kalau berdebat dengan "dewa", ini sulit karena saya bukan dewa.

Miao atau Bio sendiri sekarang ini diklaim oleh 3 pihak, yaitu pihak
Ruism, Daoism dan Minjian bahwa miao adalah milik dari salah satu
agama tersebut.
Jika ini dibiarkan dan ketika Taoism dan Ruism menguat di Indonesia,
maka pertempuran perebutan miao milik siapa juga nanti akan timbul.
Sama seperti sekarang, kelenteng adalah vihara yang memicu
"ketegangan" tidak tampak.

Mereka harus sadar bahwa sebenarnya pembangunan miao pada jaman dahulu
terutama pada jaman kerajaan, tidak segampang itu. Hak pendirian miao
ada pada negara. Mayoritas rakyat untuk mengenang jasa-jasa para tokoh
berjasa baik lokal maupun nasional adalah dengan membangun Ci. Miao
bisa saja dibangun oleh rakyat, tapi nantinya harus melalui proses
pengukuhan dari kerajaan.
Karena itu tidak heran ada satu Wu Miao atau Kelenteng Kwan Kong bisa
diganti bentuknya oleh kerajaan Qing menjadi gereja Orthodox. Karena
kerajaan Qing itulah yang membangun Wu Miao.


Hormat saya,



Xuan Tong

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Weks, kayak ginian mah musti tanya engkong XuanTong kale, 
>  
> Engkong ditanya tentang simbol budha yang masuk kelenteng, 
> komentarnya cuman satu " Urusan logis " gitu doank jawabnya.  
> Gue musti cari tahu sendiri apa maksudnya, baru ngadep lagi deh. 
>  
> *** Eh nanya donk,  TAHUN BERAPA itu simbol2 Budha masuk ke
> kelenteng-kelenteng????? 
>  
> Oooohhhh, jadi sewotnya itu lantaran "tempat kehormatan patung DEWA gue
> diserobot ama patung BUDHA", getoh?? 
>  
> Tapi si Buddha nya sendiri ke kelenteng bermaksud untuk melindungi
> kelenteng yang dibawah tekanan??? 
>  
> To quote:  "Ngeliat tekanan2 thdp kelenteng semakin meningkat, krn itu
> beliau berusaha melindungi kelenteng dgn dibawah naungan agama Buddha
> biar tdk mendapat tekanan lage."
>  
> Terus ada Budha aliran lain lagi yang ndompleng dan bermaksud menguasai
> kelenteng dan umatnya? Getoh?
>  
> Politik Agama donk jadinya !!!  Ya logis juga seh.....  hihihi.... 
>  
> Nah kalau dihubungin sama Politik KEPPRES itu dimana hubungannya yeh,
> ... gue cari benang merahnya dulu deh.
>  
> (Inpres No 14/1967 mengatur tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat
> Istiadat China. Dalam inpres itu, warga Tionghoa memang diistilahkan
> sebagai China. Salah satu poin dalam inpres, pelaksanaan tata cara
> ibadat Tionghoa harus dilakukan secara intern dalam hubungan keluarga
> atau perorangan. Perayaan pesta agama dan adat istiadat pun tidak boleh
> dilakukan secara mencolok di depan umum. Dalam perkembangannya, inpres
> tersebut ditindaklanjuti Keputusan Bersama Medagri dan Jaksa Agung No
> 76/1980 dan Inmendragri No 455.2-360).
>  
>  
>  
> 
> -----Original Message-----
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
> Sent: Thursday, February 14, 2008 1:36 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: eee kelenteng lagi => mohon petunjuk
> 
> 
> 
> huehehehehe tumben tuyul tanya yg rada2 berbobot :))
> 
> agama TIONGHOA itu yg dianut ama mayoritas tionghoa ya 3 doank.
> 
> TAPI ESENSINYA SAMA SEMUA :
> 1.JING TIANDI/hormat langit dan bumi
> 2.BAIZHU XIAN/hormat leluhur
> 3.LI SHENMING/hormat pada mahluk2 suci/dewa2 or tokoh2 berjasa
> 
> Nah dari agama2 itu ada yg disebut ZHENGTONG ataw MAINSTREAM en
> MINJIAN XINYANG ataw seringnye disebut MINJIAN DAOJIAO.
> 
> Tapi ada org2 agama laen gerah kalu disebut MINJIAN DAOJIAO alias
> agama TAO RAKYAT so kadang digeser jadi AGAMA RAKYAT !!!!!
> 
> Nah agama BUDDHA aja macem2 , kaatanya seh agama Buddha di Indonesia
> itu TANTRAYANA.
> Agama Buddha di Zhongguo seh dah berubah jadi agama BUDDHA ala
> ZHONGGUO gak ala INDIA lage.
> Agama Buddha di Zhongguo jg tetep tekanin XIAO, SEMBAYANG LELUHUR,
> AMBIL PENGAJARAN RUJIAO DAOJIAO tapi gak dijelek2in kayak agama laen
> yg bilang BELON LENGKAPLAH BELON CANGGIHLAH.
> Nah kelenteng2 ini kebanyakan itu pake baca PARITTA kecuali bbrp ada
> yg pake mandarin, trus ada bbrp kelenteng yg ngedadak ada PATUNG
> BUDDHA didepan ZHU TAN alias altar utama, malah ada yg ngedadak masuk
> DHARMASALA disana.
> So ada kecurigaan dari bbrp org kalu itu BUDDHA THAILAND yg masuk ke
> kelenteng.
> Apalagi ada sekte yg garis keras dari Thailand kayak DHAMMAYUT yg
> selalu anti budaya tenglang, nah sekte itu sempet naek daon di
> Indonesia.
> 
> Tapi kelenteng dimasuki agama BUDDHA juga ada faktor lain yg
> sebenernya lebih bertujuan ngejaga kelenteng dari tekanan2 tangan gak
> keliatan.
> alm.Bhante Ashin Jinnarakhitta yg ngerasa dirinya bagian dari budaya
> tenglang jg belajar filsafat tenglang dari muda, juga ngusung semangat
> HANSHAN WEIYI / semangat persamaan dan toleransi dari jaman SONG.
> Ngeliat tekanan2 thdp kelenteng semakin meningkat, krn itu beliau
> berusaha melindungi kelenteng dgn dibawah naungan agama Buddha biar
> tdk mendapat tekanan lage. Kalu tuyul tanya tekanan apa, hmmmmmmmmm lu
> nti gw ajak keliling kelenteng smg aja ya.
> 
> Bbrp lainnya melakukan perlawanan dng membentuk TITD, ataw ditutup aja
> rapet2.
> 
> Yg disebut tridharma ada 2 macem :
> 1.sanjiao weiyi/3 agama adalah 1 itu lebih ngarah ke SANYI JIAO ataw
> TRIDHARMAnya Lin ZhaoEn jaman Ming.
> Nah SANYI JIAO ini seh gw belon pernah liat kelentengnya ya, soalnya
> gampang mo liat kelenteng SANYI JIAO, liat ada altar JIAOZHU /kepala
> agama Lin ZhaoEn gak getu ? 
> Makanya boekoe yg lu baca itu ngaco tuyul.
> 
> 2.sanjiao guiyi, nah nih intinya 3 ajaran kembali ke SATU.
> ini yg umum ada di Indonesia. Artinye itu TOLERANSI ama MENGHARGAI.
> Gak mungkinlah lu pelajarin itu langsung 3 agama hehehehehe paling jg
> yg dipelajari dasar2nya kayak KEBAJIKAN, BAKTI bla bla bla.
> Soalnya tetep ada bbrp yg bertentangan kok kalu mo masuk kedalemnya,
> tapi mrk semua itu menepis pertentangan itu en tetep berkeyakinan
> tujuannya satu, so hormatin aje getu.
> Jadi gampangnya budaya TIONGHOA sebenernya TOLERAN ama AJARAN apapun,
> tapi sayangnya banyak ajaran laen YG TIDAK TOLERAN THDP BUDAYA DAN
> KEPERCAYAAN TIONGHOA !!!!
> 
> Gampang ngeliatnya, lu liat aja TAIKAK SIE, KIM TEK YI, itu fenomena
> TRIDHARMA.
> TAI KAKSIE itu vihara BUDDHA ala TIONGKOK tapi didalamnya , disisi
> kiri ada TIANSHANG SHENGMU alias dewi Tao, di ruang sayap kanan dan
> kiri ada TUDI ama CHENGHUANG yg jg ciri KHC ama TAO.
> 
> Semua org Tionghoa itu yg agama TAO kek KHC kek BUDDHA TIONGKOK kek
> agama TAO rakyat kek pasti sembayang DEWA DAPUR.
> 
> Doeloe itu 3 agama pasti ribut alias DEBAT tapi gak maen bunuh2an
> kayak pembasmian PAGAN, SIKAT AGAMA INI ITU.
> Debat jaman TANG itu malah KONYOL, ngerebutin posisi nomor 2
> dikerajaan, soalnye agama KHC itu secara hukum bertengger dinomor 1,
> nah nomor 2 en 3 itu direbutin ama TAO plus Buddha, agama2 laen kayak
> Nestorian, Mani, Zoroaster, Islam mah diem aje dah pasrah mo urutan
> keberapa jg monggo hehehehehehehehehe
> Urutannya ini sbenernya ada kaitan ama urutan upacara kenegaraan yg
> dilakukan tiap taon so yg direbutin itu GENGSI doank.
> Nah cerita Sun Gokong itu ada cerita rebut2an itu tapi diperhalus tapi
> itu fakta di kerajaan Tang.
> 
> Kenapa bbrp org gak seneng kelenteng dimasukin agama Buddha ?
> Nah ini emang jadi masalah, gini aja dah zhutan itu altar utama, lah
> ngedadak bisa ada altar Buddha didepan altar utama. Hhehehehehehehe
> ngkale kalu org laen bisa biasa2 aja tapi yg ngerti ngerasa kok DEWA
> UTAMA kelenteng gw digeser ame BUDDHA ? Ataw dipantatin ama BUDDHA
> getu hehehehehehehehe
> 
> Secara aturan baku, mo sapa kek Taishang Laojun kek , KHC kek, BUDDHA
> kek kalu masuk satu kelenteng, biar kelenteng kecil, MEREKA jadi TAMU
> di kelenteng itu, gak mungkin ditaro didepan muka DEWA UTAMA KELENTENG
> ITU.
> 
> Jadi ngerti kenapa ada yg tersungging ? Ya selain itu ada hal2 laen
> seh, ngkale die org dah ngerasa keteken gara2 KEPRES trus eeeee ada yg
> dateng lage.
> 
> Ada yg ngak ngerti ? hehehehehehe tanya ame DEWA ataw NGKONG lu geh 
> huahahahahahahahaha-haha
> 
> --- In HYPERLINK
> "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
> com, "Ulysee" <ulysee_me2@> wrote:
> >
> > Wo hen Hao, xie xie,
> > Tan xuxu, nin Hao! Makasih informasinya, ini lagi diulik ulik.
> > 
> > Engggg... sebetulnya kayaknya itu deh yang dipermasalahin di artikel
> > "saya tidak merasa didiskriminasi"
> > yang namanya "AGAMA TIONGHOA" itu apaan.
> > Gue penasaran, istilah 'agama tionghoa' itu siapa yang kasih terms,
> dan
> > apa maksudnya? Apakah menunjuk kepada Konghucu, Tao dan Budha
> sekaligus
> > ?
> > Tapi agama Budha khan sudah ada di Indonesia sejak jaman Majapahit,
> > jadinya aneh donk kalau disebut sebagai 'agama tionghoa'.
> > Apa ada yang tahu sejarah terms/sebutan Agama Tionghoa ini????
> > 
> > Tyus gue masih bingung sama ciri-ciri KELENTENG sampai ada yang bilang
> :
> > 
> > " saya menyaksikan suasana pergantian dari klenteng ke vihara ini"
> > "ketika
> > itu simbol2 agama budha tiba2 hadir mendominasi seluruh ruang
> klenteng.
> > pengurusnya pun berganti pakaian khusus agama Budha."
> > 
> > Kesannya kok engga senang gitu. Kenapa?? Ciri apa yang membedakan
> > kelenteng sama Vihara???
> > Memangnya kenapa kalau di kelenteng ada simbol2 budha? Emangnya
> tadinya
> > kelentengnya kayak apa sebelum ada simbol2 budha?
> > 
> > 
> > Gue masih cari cari info dengan terheran-heran, dan membaca:
> > "Lalu mengenai TriDharma, itu kan terjemahan dari Sam Kau/SAn Jiao
> > (Tiga Ajaran). Sam Kau yang mencakupi Konfusianisme (Ji Kau/Ru Jiao) ,
> > Taoisme (To Kau/Dao Jiao) dan Buddhisme (Sek Kau/Shi Jiao) merupakan
> > dasar agama Tionghoa (the so-called Chinese Religion),
> > bukan dipilah-pilah, tapi ketiga-tiganya. Ketiganya merupakan satu
> > kesatuan yang tak terpisahkan (Sam Kau It Kau/San Jiao Yi Jiao)."
> > 
> > Lalu berpikir lagi, Hmm, ketiganya merupakan dasar 'agama tionghoa'
> dan
> > 'ketiganya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan'
> > Lhah kalau tidak terpisahkan kok ada yang sewot sewaktu simbol2 Budha
> > masuk ke Kelenteng, apa sebabnya??
> > Apakah dengan masuknya simbol Budha maka dewa2 yang disembahyangi di
> > kelenteng itu lantas disingkirkan, atau gimana???
> > 
> > 
> > 
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: HYPERLINK
> "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
> com
> > [mailto:HYPERLINK
> "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
> com] On Behalf Of indarto tan
> > Sent: Wednesday, February 13, 2008 10:27 AM
> > To: HYPERLINK
> "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
> com
> > Subject: Re: eee kelenteng lagi Re: [budaya_tionghua] Sang Murtad
> > Membuka Rahasia KwaMia (Kesaksian P
> > 
> > 
> > 
> > Dear Meme Uly, ni hao !
> > Ini sekedar informasi, semoga berguna :
> > Klenteng adalah istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk tempat
> > ibadah agama-agama Tionghua £º Agama Ru (Khonghucu), disebut "miao"
> atau
> > dalam dialek Fujian "bio". Untuk agama Tao disebut "guan" (baca
> 'kuan')
> > atau "gong" (baca 'kong', dialek Fujian 'kiong'). Untuk agama Buddha
> > disebur "shi "( baca 'se')dialek Fujian dibaca "si"
> > Di Indonesia, klenteng Khonghucu (setahu saya) hanya di surabaya,
> yaitu
> > Bunbio dan di Tuban Kwante bio. Umumnya, klenteng agama Khonghucu agak
> > eksklusip, yang dipuja selain tokoh agama Khonghucu, lainnya tidak
> ada.
> > Tidak demikian untuk "si" atau "kiong" atau "kuan", klenteng klenteng
> > ini justru umumnya pasti ada altar Khonghucu (mengapa demikian saya
> > kurang jelas). Sehingga umumnya, klenteng-klenteng yang jumlahnya
> > ratusan mungkin ribuan itu, secara umum disebut rumah ibadah Tri-
> > dharma (tiga agama) atau klenteng Tri-Dharma.
> > Klenteng Tri-Dharma sepertinya di Tiongkok tidak ada, hanya ada di
> Asia
> > tenggara. Karena main stream budaya Tionghua adalah ajaran Khonghucu,
> > maka, para pendiri klenteng pasti memasang altar Tian (Tuhan) yang
> > dipasang didepan para Sin-bing. Orang bersembahyang diklenteng, ritual
> > yang paling pertama pasti sembahyang pada Tian, kemudian baru pada
> > Khonghucu, Buddha / Kuan Im ,Taisiang Li Lo Kun atau Hian Thian Siang
> Te
> > atau lainnya. Urut-urutannya tidak menjadi ketentuan. Padahal, Buddha
> > dan Tao tidak mengenal konsep Tian. Inilah uniknya.
> > Kemudian, oleh para penganut ajaran Khc. yang mendapat pendidikan
> Barat,
> > semisal Professor Tjan Tjoe Som, Dr. Kwe Tjie Tiok dll. oleh pemikiran
> > yang lebih moderen (dan dipengaruhi oleh tata ibadat Kristen),
> keluarlah
> > umat Khc. dari klenteng Tri-Dharma membuat rumah ibadah tersendiri
> yang
> > bernama Li-tang (artinya aula Kesusilaan. Ahir-ahkir ini, nama Li-tang
> > akan ganti nama kembali menjadi Kongzi miao, atau Khongcu bio.)
> > Pada zaman Orde Baru, bangunan fisik klenteng tidak ada yang ditutup
> > (pastinya bagaimana saya tidak punya informasi), tetapi, ditijau dari
> > fungsi peribadatan, banyak klenteng ditutup dirubah menjadi vihara.
> > Vihara adalah rumah ibadah khusus untuk agama Buddha, bukan Ru-Shi-Dao
> !
> > Nah, ini secara rohani yang lama ditutup diganti dengan yang baru.
> > 
> > Sekian ! Sanzai !
> > Dari Indarto.Tan
> >
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG Free Edition.
> Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.4/1277 - Release Date:
> 2/13/2008 8:00 PM
> 
> 
> 
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG Free Edition. 
> Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.4/1277 - Release Date:
> 2/13/2008 8:00 PM
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke