Dear Agoeng Set yang baik, 

di paragraf saya itu, saya bilang kontex
di tahun-tahun 50-an. ketika sekolah-sekolah
Tionghoa dibredel oleh Pemerintah Indonesia. 
bukan di masa tahun 80-an ke atas di mana
anda bersekolah dari TK-SMA di sekolah
katolik di saat yg bersamaan adalah masa-masa
emas katolik di Indonesia. Karena "masa 
kejayaan", maka pihak Katolik tidak perlu
menerapkan kebijakan "masuk katolik" bagi
si cina. 

sebabnya adalah:
1. Sudah tidak ada kompetisi bagi pangsa
pasar umat Tionghoa. Sekolah Tionghoa atau
Sekolah Baperki sudah diberedel oleh penguasa
Orde Baru. 

2. Sekolah Negeri memiliki kualitas ancur-ancuran
dgn pola lingkungan tidak sehat bagi si anak
Tionghoa. Kafir-mengkafirin akan selalu 
didenger oleh si anak Tionghoa apabila dia
dimasukan ke sekolah negeri. 

3. Sekolah Madrasah tentu bukan sekolah untuk
Tionghoa. 

4. Sekolah Budhis masih sedikit, kualitasnya
masih parah sekali. sekalipun sudah lebih
baik dari sekolah negeri. 

kondisi-kondisi tentu saja membuat pihak
Katolik di Indonesia berada di atas angin. 
sehingga tidak perlu lagi menerapkan kebijakan
"masuk katolik" bagi si anak didik dan 
keluarganya.

Tetapi, cobalah bertanya kepada angkatan
tua. Dari beberapa pengakuan orang-orang tua
yg saya dapat, mengatakan bahwa ketika sekolah
Tionghoa dibredel oleh Pemerintah Indonesia, maka
dibukalah pintu sekolah katolik untuk menampung
mereka dgn syarat anak-anak dan orang tua si
calon murid menjadi katolik. 

so, Agoeng harap hati-hati mereply sebuah
posting. next time i won't reply to this
kind of re-explanation. 


best regards,


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agung setiawan 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> 
> > 
> > Di bidang pendidikan, jelas Katolik "berjasa"
> > (ha ha ha) yaitu ketika sekolah Tionghoa ditutup
> > oleh Pemerintah Indonesia kemudian sekolah
> > Katolik membuka pintu bagi anak-anak Tionghoa
> > yg terlantar akibat kebijakan Pemerintah Indonesia
> > yg represif itu. Tapi sebelum masuk ke sekolah
> > Katolik, si orang tua dan si anak harus masuk
> > agama katolik terlebih dahulu sebelum diterima.
> > kalau tidak masuk katolik, maka sudah barang
> > tentu tidak akan diterima. Ini jasa hebat dari
> > orang-orang Katolik Indonesia. 
> > 
> > Karena keuntungan itu, saya kira orang Katolik
> > pastinya mendukung kebijakan pemerintah Indonesia
> > untuk menutup sekolah-sekolah berbahasa Indonesia.
> > Ini cuma asumsi saya yg awam, bukan tuduhan.
> > Kalo tidak benar ya tolong "dimaafkan". 
> > 
> > 
> 
> Sorry bang, g didikan katolik dari tk sampe sma, engga
> pernah tuh dipaksa ganti agama jadi katolik. ortu juga
> engga pernah ganti agama jadi katolik. cuma dipaksa
> milih agama di formulir pendaftaran doank. n
> terpilihlah buddha. hehehehe
> tp emang disekolah dicekokin dokrin katolik secara
> terus menerus yg bisa membuat org berubah agama lagi.
> tp yah itu konsekwensi sekolah di sekolah katolik. n
> buat org yg secara sadar memilih sekolah itu dari awal
> tentu tau akan konsekwensinya. bukannya kayak banyak
> org yg triak suruh sekolah katolik or "agama" sedia
> fasilitas n guru agama diluar yg diajarkan sekolah.
> kasarnya seh begonya elo aja, udah tau masuk sekolah
> katolik masa minta disediain vihara, pura or mushola,
> emangnya sekolah negeri. ( sekolah negeri aja agama
> buddha n hindu suka digabung n suka jadi jam bebas
> karena engga ada gurunya).
> 
> 
>       
_____________________________________________________________________
_______________
> Looking for last minute shopping deals?  
> Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?
category=shopping
>


Reply via email to