Mang Ucup nyang bae....:-) Yang namanya garam, dari sono-nya udah asin....en yang namanya gula juga dari sono-nya manis....nah, kalo jadi gado-gado apa garam jadi manis en gula jadi asin?....ya enggak 'kan? Justru karena gula en garam 'bekerjasama' maka gado-gado jadi nikmat!.....idealnya, begitu juga dengan umat manusia, mang....tapi manusia bukan garam ato gula....karena manusia punya 'kuasa' berupa 'kehendak'.....cuma saja amat sangat disayangkan manusia ini gak luput...meski pun kulitnya putih, kuning item, ato merah sekali pun....yaitu punya 'hobi' menyenangkan egonya....ego diri ato pun ego kelompok....mang Ucup bangga dengan ke-tionghoa-an mang Ucup, silakan! Bangga sebagai warga Indonesia? Monggo! Mungkin 'baik' karena 'ingat budi'....budi kepada leluhur dari mana kita bersumber....dan ingat budi kepada 'tanah' dimana kita dibesarkan en dipeliharakan.....hanya saja jangan di'provokasi'kan....mang Ucup jadi provokator dong!.....kriminal namanya!:-)
Permasalahannya sih tetap itu ke itu juga.....'satu jalan dipake rame-rame'....aturan udah ada....kita boleh taat aturan, tapi kalo ada yang nyelonong? Gak urung 'tabrakan' juga, iya gak?.....maafkan aza lah....tokh 'maaf' itu gak perlu beli, bukan?....tapi dilupakan? Ya, jangan lah! Masa kudu 'ditabrak' berkali-kali dulu baru 'pinter'?.....hobi kaleee....:-) Apakah Indonesia 'boleh' melupakan kalo pernah 'dijajah' Londo? Ya, enggaklah karena itu sejarah....tapi apa kudu 'sakit hati' sama Londo karena pernah 'dijahatin'? Ya, enggak juga lah....bukankah itu masa lalu....dalam lingkup inilah yang dikatakan 'yang terpenting adalah masa kini'!....apa yang sebaiknya kita lakukan demi 'kepentingan bersama' bangsa Indonesia saat ini en di masa depan.....Kalo ambil dari kisah Mahabarata sih ini yang 'membedakan Kresna dengan Sengkuni....keduanya sama lihay en liciknya...tapi Kresna 'menggunakan' potensinya demi kesejahteraan bersama sementara Sengkuni memakai potensinya demi 'kenyamanan diri en kelompoknya'!.....dan ini seperti halnya Gak Hui dan Cin Kwee, bukan?.....antara menteri setia dengan menteri dorna, kalo di cerita-cerita Tionghoa klasik.....dan justru karena ada 'pertentangan' yin dan yang maka kegiatan manusia jadi 'hidup en dinamis'.....gak aneh 'kan kalo ajaran Lao-tze mengarah ke Wu Wei....sementara Khong Hucu menekankan jin-gie-lee-te-sin......perikemanusiaan-budi luhur-tatakrama-semangat... untuk mencapai pembaharuan(?).....hehehe...saya juga kurang ngerti, mang! Mohon rekan yang lebih pakar untuk menjelaskan, please!....yang penting mang Ucup gak perlu pesimis....tetap bersemangat, ok?:-) salam damai, tda On Thu, 17 Apr 2008, mangucup88 wrote: > Tulisan ini di ilhami oleh emailnya dari hopeng saya sdr. Liang U. > > Pertanyaan: "Apakah salah apabila saya merasa bangga, karena > memiliki leluhur orang Tionghoa? Apakah dengan rasa bangga tersebut, > berarti saya telah menghianati tanah tempat lahir saya Indonesia ?" > > Mang Ucup dilahirkan sebagai orang Tionghoa, karena pada saat saya > dilahirkan pada tahun 1942 Negara Indonesia belum diproklamasikan, > bahkan saya diakui sebagai wong Londo oleh pemerintah Belanda. Sejak > 40 tahun saya memiliki WN Jerman, dan sudah 10 tahun bermukim di > Belanda. Mantan istri saya yang pertama orang Jerman tulen sedangkan > Wied istri saya yang sekarang orang pribumi asli asal Semarang. > > Dari pernikahan saya yang pertama saya mendapatkan tiga orang putera > dan delapan cucu. Semua putera saya lahir dan besar di Jerman, > bahkan hidup di Jerman, tetapi mereka tidak pernah merasakan sebagai > orang Jerman tulen. Tanpa adanya keinginan khusus dari saya, mereka > memberikan nama Tionghoa kepada semua cucu saya, rupanya di dalam > sanubari putera-putera saya; rasa bangga sebagai orang Tionghoa > tetap mengalir terus. > > Begitu juga dengan diri saya, walaupun lebih dari 40 tahun hidup di > Eropa, saya tidak pernah merasa jadi Wong Londo ataupun Wong Jerman. > Kemanapun saya pergi; pertama saya merasa tetap sebagai orang > Indonesia. Merekapun memperlakukan saya demikian, saya selalu dicap > sebagai orang asing ? Auslaender, Allochtoner, Foreigner, tidak > pernah bisa diakui sebagai Bule tulen. > > Walaupun demikian tidak bisa dipungkiri rasa bangga dilahirkan dari > ras Tionghoa tetap ada dan ini tidak mungkin akan bisa dihilangkan. > Saya mengakui bahwa saya ini termasuk wong Dunguk bin Guoblok, > sehingga walaupun dilahirkan dari suku Tionghoa, tetapi kenyataannya > tidak menguasai bahasa Mandarin dan juga tidak mengetahui tentang > Budaya Tionghoa. Rasa bangga inilah yang mendorong saya untuk > bergabung di milis Budaya Tionghoa, karena ingin mempelajari budaya > Tionghoa, bahkan kalau bisa sekalian bahasa Mandarin. > > Perlu saya tekankan juga disini bahwa paman saya Nio Tiam Seng > adalah Pilot Huakiaw pertama yang gugur ketika perang membela > Tiongkok melawan Jepang. Bagi mereka yang tertarik gutingan koran > dari tahun 1937 yang berjudul "Kabar-kabar dari aviateur baba" masih > saya miliki dan bisa saya kirimkan per japri. Begitu juga saya > merasa bangga memiliki keponakan seperti Alm. Soe Hok Gie. > > Kalau ditanya apakah mang Ucup ini orang Indonesia ataukah orang > Tionghoa, maka saya akan jawab orang Indonesia keturunan Tionghoa > alias Nonpri. Perbedaan Pri dan Nonpri tidak bisa dipungkiri akan > tetap ada terus, dan hal ini selalu di ingatkan terus-menerus oleh > berbagai macam media masa, pada saat terjadi kejahatan yang > dilakukan oleh pihak Nonpri, maka nama julukan Nonpri lengkap dengan > nama Tionghoanya selalu dicantumkan dengan jelas. Tetapi > kebalikannya pada saat dimana juara bulu tangkis Nonpri yang > memenangkan piala bagi Indonesia, tidak pernah dicantumkan kata > Nonpri maupun nama Tionghoa nya mereka, karena mereka telah diakui > sebagai Pri tulen. Begitu juga tidak akan bisa dipungkiri luka, rasa > sakit dan pedihnya atas kejadian huru-hara Mei 1998 tidak akan bisa > terlupakan. Seperti juga bangsa Yahudi dimana mereka > mengucapkan: "We can forgive, but not forget!" > > Walaupun demikian Tanah Air dan Tempat Lahirku adalah Indonesia, hal > ini tidak bisa dipungkiri, maka dari itulah saya selalu merasa > kangen dan rindu untuk selalu pulang ke Indonesia Tanah Airku jadi > bukannya pulang ke Tiongkok. > > Apakah jalan pemikiran maupun pandangan saya ini salah ? Apakah ada > sesuatu yang tidak beres di dalam pikiran maupun batin saya ? Mohon > pencerahannya. > > Nio Tjoe Siang alias Mang Ucup > Email: [EMAIL PROTECTED] > Homepage: www.mangucup.org > > > > > > > > > > > >