Di daerah Sumatera bagian utara yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau
(termasuk Kepulauan Riau) ada akulturasi budaya antara orang Tionghoa
dan Melayu yang melahirkan budaya Kopi-tiam. Budaya ini juga populer
di negeri jiran Malaysia dan Singapura.

Nama Kopi-tiam sendiri adalah perpaduan antara bahasa Melayu "kopi"
(yang diadopsi dari bahasa eropa, sepertinya Portugis) dan bahasa
Minnan / Hokkian "tiam" yang artinya bisa berupa kedai/warung/toko.
Jadi kopi-tiam adalah warung/kedai kopi :) Di Jakarta, kopi-tiam bisa
dijumpai di kantong-kantong masyarakat Tionghoa asal Sumatera seperti
di Duta Mas, Jelambar, Pluit dan Muara Karang. 

Di kopi-tiam ini minuman utama yang disajikan, sesuai namanya, adalah
kopi seduh. Bisa berupa kopi murni ataupun dicampur susu. Ceret kopi
yang dipakai di kopi-tiam adalah ceret yang bertangkai panjang.
Sepertinya ceret kopi ini diadopsi dari ceret warung teh di Tiongkok. 

Metode menyeduh kopinya sangat unik dan enak ditonton. Kopi yang
diseduh adalah dalam bentuk kopi gilingan kasar. Bubuk kopi ini
ditampung di saringan flanel yang panjangnya bisa setengah meter
lebih. Untuk menyeduhnya, air panas dituangkan ke saringan kopi itu
dan ditampung. Air hasil tampungan yang masih panas itu kemudian
diseduhkan lagi ke saringan tadi berulang kali sesuai dengan
kekentalan kopi yang diinginkan. 1 saringan kopi yang panjang itu bisa
menampung sekitar setengah sampai satu kilogram bubuk kopi. Dan bubuk
kopi itu biasanya tahan dipakai untuk menyeduh berjam-jam.

Selain kopi seduh, minuman khas lainnya adalah teh tawar kental panas
dengan nama teh-tong di Medan & Aceh / teh-o di Riau, Malaysia dan
Singapura. Kalau ditambah es, namanya disebut menjadi teh-pai-leng di
Medan & Aceh, teh-o-peng di Riau, Malaysia dan Singapura. Selain teh
tawar, juga ada teh yang ditambahi gula. 

Cara meminum teh/kopi tadi juga unik. Karena panas, gelas minuman
selalu ditatakin sebuah piring kecil. Dan banyak yang menuangkan
minuman ke piring tersebut untuk mendinginkannya. Minumnya ? Langsung
dari piring itu !

Di samping teh dan kopi, di kopi-tiam biasanya juga ada teh kembang,
es jali-jali dan es kacang hijau. 

Untuk makanan khas kopi-tiam, setiap daerah ada perbedaannya. Namun
roti tawar yang diolesi selai "kaya" umum dijumpai di semua kopi-tiam.
Selai kaya  terbuat dari santan, telur bebek atau ayam, daun pandan
dan gula. Roti ini juga bisa dipanggang. Di Medan sekitarnya, roti
panggang ini juga ditaburin coklat butiran, kacang butiran dan gula
pasir. Di daerah saya, Aceh Tamiang, makanan khas kopitiam adalah
martabak telur. Martabak ini diadopsi dari masakan Tamil oleh orang
melayu Tamiang. Citarasanya sudah jauh berbeda dan benar-benar harum
karena berlimpah dengan margarin serta tidak memakai kuah kari kambing.

Kopi-tiam umumnya ramai di kala pagi hari. Segala sarapan khas
Tionghoa biasanya mudah dijumpai di kopi-tiam. Namun di beberapa
daerah ada juga kopitiam yang justru ramainya di malam hari sampai
tengah malam. Biasanya tempat-tempat ini adalah tempat sosialisasi di
daerah yang belum tersentuh hiburan malam modern. Di kopi-tiam kita
bisa menjumpai acek-acek (encek) yang saling bergosip ria sambil
bermain catur ataupun xiangqi. 

Pengunjung kopi-tiam juga bukan hanya sebatas orang Tionghoa saja.
Banyak juga yang non-Tionghoa saling berbaur. Hal ini terutama terjadi
di Indonesia. Kalau di Malaysia dan Singapura pengunjungnya lebih
homogen. Warna lain yang ada paling cuma orang Tamil.

Jadi, mari kita "lim kopi" bersama, regardless of colours.

Hormat saya,

Yongde
------
catatan: saya dengar di daerah Singbebas (Singkawang, Bengkayang,
Sambas) budaya kopi-tiam ini juga ada, kalau ada yang dari situ
bolehlah dibagi sedikit cerita kopi-tiam nya


Kirim email ke