Saya kira sih tidak perlu diambil satu bentuk budaya tionghoa yang sama
untuk semua. 

Budaya tionghoa (Indonesia) seharusnya diartikan bukan sebagai satu bentuk
budaya tunggal dan homogen, tapi sebagai kumpulan budaya-budaya yang memang
beragam, berasal dari berbagai daerah di tiongkok yang kemudian
terakulturasi dengan lingkungan setempat (i.e Indonesia). Nah, bentuk
budaya-budaya ini bisa berbeda-beda dari daerah satu ke daerah lain, tapi
kesemuanya bisa dikategorikan sebagai budaya tionghoa (yang kemudian bisa
dimasukkan lagi dalam kelompok besar sebagai bagian dari budaya Indonesia). 

Tidak perlu mengambil satu budaya (baca: aturan/adat-istiadat/dll) tertentu
yang di-klaim sebagai "budaya tionghoa". 

Begitu saja, ya kan? 

Prometheus
 

-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
Sent: Sunday, 1 June, 2008 11:00 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam
Hubungannya dengan Tiongkok

rasanya yg namanye kebudayaan tionghoa jg terbagi2 kok.

Contohnya kebudayaan asal org khek yg ada di singkawang pasti beda ama
kebudayaan org tiociu di medan.

So yg namanya kebudayaan tionghoa jg nantinya berdasarkan budaya suku
asal mrk di daratan tiongkok sono.

contoh ya, kayak gw keluarga asal khek, gak ada tradisi sembayang
Thian tiap tanggal 9 bulan 1 imlek, biar dah 3 generasi disini, tetep
gak ada sembayang itu, malah keluarga ngai ditempat ngai tinggal itu
kalu bulan Maulud itu ngadain selamatan di rumah, undang2 tetangga.
Itu bisa jadi khas di pulau Jawa en gak semua tionghoa ngadain
kegiatan itu. Kayaknya di Jakarta gak ada kegiatan kayak getu jg gak
semua daerah di Jawa Barat ada kegiatan getu dikalangan Tionghoa.

Di Kalimantan jg gak ada rasanya kegiatan kayak getu, misalnya di
Pontianak getu.

So jadinya yg kayak gimana budaya Tionghoa di Indonesia ? Based on org
Hokian punya culture ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Prometheus"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tulisan Thung Ju Lan tampaknya adalah analisa sosio-politik. 
> 
> Dalam kutipan yang dikomentari dibawah, ada kemungkinan Thung Ju Lan
hanya
> bermaksud membedakan antara kebudayaan yang berasal dari RRC (yang dia
> definisikan ke dalam istilah 'kebudayaan cina') , dan kebudayaan yang
> berasal dari RRC yang sudah mengalami akulturasi (yang dia
definisikan ke
> dalam istilah 'kebudayaan tionghoa'). 
> 
> Pembedaan ini wajar saja, dan  harus tetap dilihat dalam konteks
pembedaan
> jenis kebudayaan. Pembedaan ini bukanlah karena (atau diartikan sebagai)
> semata-mata mencampurkan politik dengan budaya, tapi tentunya memang
karena
> alasan historis, antropologis dan geografis, kebudayaan yang berakar
dari
> suatu tempat dapat mengalami perubahaan atau menjadi berbeda satu
sama lain,
> dalam perkembangannya.  
> 
> Usulan atau pendapat sdr. Yongde untuk tidak mengaitkan antara
berkebudayaan
> cina (atau tionghoa) dengan berpolitik pro RRC adalah sangat baik. Tentu
> saja, semakin banyak yang berpandangan seperti yang dikatakan Yongde,
> prejudice dan tudingan yang mengait-ngaitkan haluan politik dan pilihan
> seseorang dalam mengadopsi kebudayaan (baik itu budaya RRC,
Tionghoa, Barat,
> Melayu, Jepang, dll, atau campurannya) dapat berkurang. Walaupun,
memang ini
> bukanlah hal yang mudah, karena dalam seni berpolitik, kebudayaan juga
> merupakan salah satu alat yang digunakan :)
> 
> Seperti yang pernah dilontarkan oleh Lee Kuan Yew pada masa awal
berdirinya
> Singapore, bahwa Singapore boleh saja "chinese-based" tapi bukan
> "China-based". Sebuah demarkasi yang tegas memang harus ditarik. 
> 
> 
> Prometheus
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
> Sent: Saturday, 31 May, 2008 11:00 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam
> Hubungannya dengan Tiongkok
> 
> Mengutip dari yang di bawah:
> 
> [3] `Kebudayaan Cina' yang dimaksud di sini juga lebih mengacu kepada
> kebudayaan asal yang dibawa oleh berbagai suku bangsa yang datang ke
> Nusantara, seperti suku Hokkian, suku Khe atau Hakka, Hokcia, Hokciu
> dan Teociu. Dalam hal ini tidak bisa disebut sebagai `kebudayaan
> Tionghoa', karena secara historis dan antropologis yang bisa disebut
> sebagai kebudayaan Tionghoa adalah hasil akulturasi kebudayaan  yang
> dibawa dari negeri Cina dengan kebudayaan setempat.
> 
> Komentar saya:
> 
> Pertama apakah ini pembahasan dalam lingkup politik atau lingkup
> budaya ? Karena banyak yang tidak bisa membedakan dan mencampuradukkan
> keduanya. Setelah saya baca, salah satu kesan saya adalah adanya
> ketakutan akan diidentifikasikan sama dengan negara Cina terutama
> dalam bidang politik. Apakah sang penulis tidak melihat satu
> alternatif lain bahwa budaya dan politik bukanlah suatu hal yang harus
> dipertentangkan ?
> 
> Satu saran saya buat yang menyetujui pola pikir seperti diatas. Buang
> suku kata "TIONG" dalam Tionghoa. Karena Tiong itu mengacu ke Tiongkok
> yang sangat ditakuti. Sebaiknya pakai saja "orang Hua Indonesia" atau
> kalau mau lebih keren pakai "inhoa" (minnan) / "yinhua" (pinyin). 
> 
> Kalau pendapat "kebudayaan Tionghoa" dibilang mengacu khusus ke
> Indonesia, maka ini benar-benar mencoba membatasi budaya dengan garis
> politik. Atau sekalian saja langsung bilang ke orang-orang di Cina
> sono, hoi anda-anda tidak berhak pakai "Zhonghua Wenhua", karena
> Zhonghua / Tionghoa itu khusus buat kami-kami di Indonesia. 
> 
> Dewasa ini saya melihat banyak sekali ahli-ahli bidang lain yang
> mencoba masuk ke khazanah budaya Tionghoa tetapi tidak pernah berusaha
> mencari lebih lanjut mengenai kebenaran teorinya. Hipotesis saya
> adalah karena mereka dibatasi oleh bahasa. Kalau saja yang menulis
> tahu arti kata Tionghoa, barangkali pendapat seperti di atas tidak
> akan pernah keluar.
> 
> Memang kebudayaan kita di sini sudah pasti berbeda dengan di Cina
> sana. Bahkan di Cina sana sendiri, setiap daerah juga budayanya
> berbeda. Akan tetapi bagaimana pun berbedanya, konsep inti pemikiran
> dan filosofinya tetap bisa ditelusuri ke hulu yang sama. Karena itulah
> yang kemudian mendasari bentuk-bentuk konkrit budaya yang timbul.
> Kecuali seseorang itu sudah sama sekali tidak tahu akan pemikiran dan
> filosofi "Tionghoa".
> 
> Jadi bisakah kita semua membedakan antara berbudaya Tionghoa dengan
> haluan politik pro Cina ?
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@> wrote:
> >
> > Paper untuk Seminar Sehari Universitas Petra, "Positioning Etnis
> Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok", Surabaya, 16
> Mei 2008. 
> > 
> >  
> > 
> > Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia 
> > 
> > dalam Hubungannya dengan Tiongkok
> > 
> >  
> > 
> > Thung Ju Lan
> > 
> >  
> -------------- dipotong -------------
> 
> 
> ------------------------------------
> 
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
> 
> .: Pertanyaan? Ajukan di
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG. 
> Version: 8.0.100 / Virus Database: 269.24.4/1475 - Release Date:
30/5/2008
> 2:53 PM
>



------------------------------------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links



No virus found in this incoming message.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.100 / Virus Database: 269.24.6/1481 - Release Date: 3/6/2008
7:31 PM

Reply via email to