Ini moderatornya ketiduran lagi yah? ini khan masalah basi, sudah diambil kesepakatan tidak membahas masalah tibet lagi.... kata kata sudah makin panas dan pedas nih Pak Moderator. yang di tibet sudah sibuk dengan cari makan sehari hari, yang di China sudah sibuk dengan persiapan olimpiade...disini masih masih ribut issue yang sudah di ban oleh moderator, yang satu pihak ngotot bahwa dia lah yang paling tahu sejarah, yang lain pihak juga merasa paling benar... saya yang bukan dilahirkan di tibet juga nggak pernah hidup di China di jaman dalai lama melarikan diri dari tibet jadi bingung mendengar perdebatan dari orang orang ini yang mungkin saksi sejarah dan pernah tinggal di tibet ( walah tua banget yah ...hati hati dengan kesehatan jantungnya cim / kong...)...lebih baik tanam budi baik seperti kata leluhur dengan ucapan dan perbuatan yang real..atau kalau nggak punya kerjaan lain, latihan taichi atau meditasi aja lebih berguna daripada unjuk pengetahuan sejarah yang punya versinya masing masing ( jangan jangan kedua versinya salah lagi).Gitu aja...no offense loh....peace..damai di bumi dan di surga...salam damai....semoga semua mahluk berbahagia....oum shanti shanti oum.....bungkus mang.........!!!!!!
Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mungkin Pak ABS harus lebih teliti membaca: Sejarah yang disebarkan oleh kaum anti komunis di negeri barat adalah: Tibet dicaplok Tiongkok sejak berdirinya RRT ! inilah yang menyesatkan. Dalam sebuah pameran foto tentang tibet, bahkan ada yang membuat catatan pengantar begini: pada tahun sekian, Tibet yang merdeka telah diduduki oleh tentara Mao Zedong! Ketika Tibet di bawah kekuasaan Qing atau Jiang Kaisek, tak ada sedikitpun protes dari dunia Internasional! Tapi setelah RRT berdiri, mereka mulai merekayasa sejarah. hal2 seperti inilah yang saya tolak! orang mau mendukung separatisme sih ok ok saja, India saja bis jadi tiga, negeri Cekoslavia saja bisa jadi dua, Tapi janganlah membelokkan sejarah, mengaburkan fakta dng memakai istilah2 yang bias! Contoh yang aktual adalah Taiwan, partai nasionalis tak mau bergabung dng RRT, dng dalih ideologi dll, itu masih bisa diterima akal, tapi lain halnya Chen Shui Baian, dia berusaha memanipulasi rakyat, dengan membangun citra bahwa bangsa Taiwan itu bukanlah bangsa Tionghoa, bahasa Taiwan itu bukan bahasa Tionghoa dsb dsb, inilah yang banyak diprotes, bahkan oleh sebagian rakyat Taiwan sendiri. Argumen Timor Timur tak tepat dipakai di sini, karena Timor Timur baru saja menjadi bagian dari Indonesia.. Mungkin yang lebih pantas adalah membandingkan dengan Aceh! Bagaimana jika ada yang mendukung Aceh Merdeka dengan kalimat seperti ini:" "Indonesia telah mencaplok tanah orang! " "Bangsa Indonesia janganlah menyebabkan bangsa lain sengsara!" dsb dsb? apakah istilah2 yang dipakai disini tidak terasa ganjil dan bias? Boleh2 saja mendukung Aceh merdeka, dng dalih pembangunan sosial ekonomi yang tak layak dsb dsb, tapi jangan memanipulasi sejarah, memberi kesan seolah2 Aceh itu negeri meredeka yang baru saja dicaplok RI, bangsa Aceh adalah bangsa asing diluar bangsa Indonesia! Di sini, bangsa Indonesia yang didalamnya termasuk berbagai suku dan etnis, (termasuk etnis Tionghoa tentunya,) dihadapkan dengan Aceh sebagai bangsa yang benar2 asing! apa tidak lucu? Jika pakai argumen sosial ekonomi pun, kita juga harus tahu benar kondisi yang sebenarnya! Sebelum berucap" jangan membuat orang lain sengsara", sebaiknya uraikan dulu apa benar "orang lain" itu sengsara. jangan langsung tembak! ini baru cara diskusi yang sehat. --- On Mon, 8/4/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Gerakan Anti Olimpiade tgl 7 Agustus To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, August 4, 2008, 5:21 PM Saya tidak pro atau anti kemerdekaan Tibet. Tetapi sebetulnya suatu wilayah itu merdeka atau tidak adalah resultante dari beragam dinamika parameter geopolitik (termasuk sejarah). Dan bermacam-macam argumen bisa lantas menjadi tidak ada artinya. Coba saja kita cermati semua argumen yang Zhou-heng sebutkan untuk Tibet, sepert "tidak mencaplok", "sejarah Tibet", "kondisi ekonomi sebelum RRT", "bukan bangsa lain" "masa lalu di bawah rezim". Lalu ganti kata "Tibet" dengan kata "Timor Leste", ganti kata "RRT" dengan kata "RI", dan ganti frasa "masa lalu di bawah Theokrasi" dengan frasa "masa lalu di bawah Portugis". Kan persis sama jadinya!! Kesamaannya bahkan lengkap juga dengan argumen Zhou-heng tentang kacamata bias anti komunis, dalam hal ini kacamata bias dari pemerintah yang anti komunis Indonesia pada konteks Timor Leste. Tetapi apa yang terjadi dalam sejarah? Sekarang Timor Leste negara yang merdeka! Karena dinamika parameter geopolitik kebetulan mendorong terjadinya hal itu. Jadi suatu saat bisa saja hal itu terjadi pada Tibet. Jangan diremehkan, dinamika parameter geopolitik itu memang bisa aneh-aneh resultantenya. Lihat saja Taiwan. Negara yang orangnya 'jauh lebih' Han daripada orang Tibet, nyatanya secara de facto merupakan negara merdeka yang pemerintah RRT pun diam-diam mengakui fakta itu. Lihat lagi Mongolia. Di situ ada suatu etnis yang juga bisa diperdebatkan apakah Cina atau bukan seperti halnya kita memperdebatkan etnis Tibet apakah Cina atau bukan. Nyatanya sekarang sebagian jadi bangsa Cina, sebagian lagi bangsa merdeka. Dengan pengakuan penuh dari pemerintah RRT. Wasalam. ============ ========= ========= === ----- Original Message ----- From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Monday, August 04, 2008 10:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Gerakan Anti Olimpiade tgl 7 Agustus > Pernyataan anda ini jelas lahir dari kacamata bias, > karena kacamata yang dipakai adalah kacamata "anti > komunis": semua yang dikatakan komunis adalah > bohong, yang dikatakan lawan komunis adalah benar > adanya. > > Sebelum anda membuat pernyataan, sebaiknya simak > dulu, apakah yang anda pakai sebagai dasar untuk > menghakimi itu fakta atau bukan! > > "mencaplok tanah orang"? , apakah tanah Tibet itu > tanah orang? apakah anda sudah mempelajari sejarah > Tibet? > > "tanpa menyebabkan bangsa lain sengsara"? apakah > anda sudah mempelajari kondisi sosial ekonomi Tibet > sebelum dan sesudah RRT? > > " bisa menghargai budaya Bangsa lain seperti budaya > nya sendiri." ? yang dimaksud bangsa lain itu siapa ya? > Tibet itu bukan bangsa lain, melainkan salah satu suku > di Tiongkok! Lantas, budaya Tibet yang mana yang > anda tahu tak dihargai? apakah budya perbudakan > yang dijalankan pemerintahan theokrasi Dalai Lhama > sebelum RRT berdiri???