Bung Dhanis,

Setuju bahwa pendewasaan dan pencerahan itu perlu (dan milis
seringkali memfasilitasi hal tersebut, walau tidak selalu).
'Pendewasaan' dan 'pencerahan' tersebut baru bisa terjadi bila
pihak-pihak yang berdiskusi mau berpikir terbuka, menanggalkan
buruk-sangka (prejudice) maupun kecurigaan, dan dilandasi semangat
untuk berbagi informasi/pengetahuan (bukan untuk mencari 'kebenaran
absolut', karena 'absolut' itu cuma ada di alam sebelah hehehehe).

Nah yg 'diprotes' beberapa rekan adalah posisi anda yg langsung
memberikan label 'ngeri', 'menyeramkan', 'neraka' pada suatu hal tanpa
melalui proses diskusi/tukar informasi dan pemahaman budaya yg anda
labeli tersebut. Jadi, kalo saya membaca dengan benar sinyal2 dari
rekan2, alih-alih 'berdiskusi' (yg tidak akan nemu karena ada pihak yg
sudah menutup diri, malah nanti jadi panas/emosi) mereka memilih untuk
undur diri.

Apakah mereka mutung? mungkin saja. Tetapi apakah mutung mereka itu
salah? menurut saya, tidak. Malah lebih baik mereka menarik diri
daripada memasuki arena diskusi yg ujung2nya saling berantem.

Sekedar menegaskan saran bung Tantono dan Dada, tidak ada gunanya
membentur2kan agama dan budaya. Lah wong 'agama' dan 'budaya' itu
ranah pribadi kok.


salam,
jimmy
NB: coba untuk melihat2 dulu barang seminggu, baru ikut terjun posting
ini itu; agar anda mengerti bagaimana rupa kancah 'peperangan' di
milis hehehehe.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lho kok jadi aneh begitu, sebuah milis itu dibuat untuk pendewasaan
dan pencerahan dari orang-orang yang ada di dalamnya. Kalo belum
apa-apa sudah mutung begitu, wah malu saya kecampuran darah tionghoa.
Adanya milis itu untuk menyelamatkan anggotanya dari kepunahan makanya
ada kelompok-kelompok tersebut. Perbedaan adalah rahmah dari Tuhan
kita semua. fyuh, baru 1 hari masuk di milis ini, salam kenal.
> 
> Dhanis

Reply via email to