Bung Tantono dan TTM BT semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Sorry, cuma nimbrung selintas kilas saja:

Selain muka, kepala mesti juga dijaga. Mereka pantang dipegang ke-
palanya. Sedekat bagaimanapun hubungan anda dengan mereka, an-
da diharap tidak pernah coba menyentuh kepalanya. Entah sekedar
bercanda atau serius, baik secara pribadi, apalagi di muka umum. 

Kata 'ngamuk', 'amok' cukup unik. Kata tsb menjadi entry dalam ka-
mus basa Inggris menjadi 'amok', 'run amok' dan memang berasal 
dari kata 'amuk' kita. Mereka anggap bahwa cuma 'koeli' saja yang 
bertabiat suka 'ngamuk' begitu. Padahal pan namanya emosi ya cu-
kup bersifat universal, sesiapapun bisa tiba-2 ngamuk tanpa sebab?

Dalam kamus mereka, istilahnya 'run amok' penjelasanya ya persis
seperti Bung Tantono tuliskan: "....mendadak mengamuk (amok) de-
ngan (menghunus) parang... membabi buta(?) membunuhi sesiapa 
saja yang ditemuinya". Bisa saja yang mereka anggap 'tanpa sebab'
itu adalah karena sudah menampar muka atau menyentuh kepala
seseorang toh ya?

Sila lihat di sini: http://en.wikipedia.org/wiki/Amok

Begitu ajah sih kira-kira.

Salam kompak selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

Ya, bagi orang Jawa jangankan memukul, menunjuk muka dengan telunjuk saja
sudah melanggar 'kehormatan", kalau menampar bisa fatal. Bila anda
membaca tentang "koeli" perkebunan tempo dulu, ada banyak cerita tentang
orang Jawa yang mendadak mengamuk (amok) dengan parang ketika ditampar
mukanya, karena muka adalah tempat "kehormatan" seseorang.  Salam, Tantono




Reply via email to