Ini tulisan cantik, danke ya -------- Original-Nachricht -------- > Datum: Sat, 20 Sep 2008 14:15:13 -0000 > Von: "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]> > An: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Betreff: [budaya_tionghua] Re: Salah Kaprah Nomenklatur Makanan (Was: makanan > Filipina - Indonesia)
> Wahhh saya harus kotau sedalamnya untuk pengetahuan anda dalam ilmu > rahasia kullinaria. > > Memang istilah bakwan itu membuat saya tujuh keliling. Di Jogya ada > warung spesialis per-bakso-an, lalu menawarkan bakwan. Saya tanya, > apa itu mas, dia jawab bakso yang separuhnya tenggelam dalam tahu, > dan digoreng. Saya, yang asal jawa tengah, tak pernah mau ikut campur > soal dapur orang Jawa timur. Saya mulai menggali ingatan saya yang > sering sudah lemah (bukan lemah ingatan lho), lalu terkenang, bahwa > kalau ibu saya perintahkan si mbok masak bakwan, yang muncul dari > dapur adalah verkedel jagung, yang ternyata spesialisasi orang > Minahasa, dan selalu ada di setiap resto Minahasa. Mereka > menamakannya, korek, perkedel jagung. > > Istri saya katakan, waktu dia kecil, orang Jawa Timur yang jual bakso > di Minahasa menamakannya nyuknyan. Ada yang tahu dari bahasa apa > pula ini? > > Beberapa tukang jual bakso asal Malang menamakan jajaan mereka itu > bakwan, yang buat dia synonim dengan bakso, tapi saya malas debat > debatan dengan tukang bakso. > > Terasi, di Philippina memang dipanggil baagong. Di Minahasa juga > dinamakan belacan. Hanya, hati hati, belacan ini dari ikan. Di > Philippina juga dibuat dalam bentuk sauce untuk masakan mereka, > namanya anchovy sauce. Di Jawa Timur, dilahan yang hampir kelelep > dengan lumpurnya Bakri brothers, Sidoardjo, dibuat dari udang. > Nah, apa yang orang Philippina sebut pangsit, adalah noodle alias > mie. Celaka tidak? > > Mengenai kue lapis, memang yang asli dari tepung beras, tapi yang > enak - menurut saya - dari tepung hunkwee. Di Minahasa namanya > balapis, dan selalu ada disetiap resto Manado. Mereka juga punya kue > dadar, yak tak lain dan tak bukan, adalah gulung dari dadar diwarnai > hijau tajam, isinya daging kelapa yang diparut dalam gula Jawa. Istri > katakan, ini asli Minahasa, tapi saya katakan, sejak kecil saya > temukan disetiap toko makanan Tionghoa di Jawa. > > Anda boleh percaya atau tidak, dikalangan komunitas Tionghoa yang > jadi teman teman dekat kami, mereka anggap bak adalah babi. Tapi > diakui, tak seorangpun dari mereka yang menguasai bahasa Mandarin. > Mereka katakan pada saya " kami ini OCBC". Hah, apa itu? tanya saya > (saya tahunya OCBC adalah singkatan dari Overseas Chinese Banking > Corporation), ehhh nggak tahunya mereka plesetkan jadi "Orang China > Bukan China". Dasar blo'on! > > Yang namanya lumpia, di daerah berbahasa Jerman > bernama "Fruehlingsrolle", yang artinga rol musim semi, entah mengapa > demikian, adalah makanan muka standard di Jerman, Austria dan Swiss. > Kalau tak salah di Inggris juga dibaptist menjadi spring roll. Dia > besar sekali, gepeng, dan digoreng crispy, isinya kol putih dirajang > bersama bawang bombay dan daging cacah. Bule bule sangat ter-gila > gila. Saya lebih pilih wantan soup, alias sup pangsit. Wantan ini > bahasa apa yah? > > Salam kullinaria > > Danardono > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ophoeng" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Bung KH, Bung Danardono dan TTM semuah, > > > > Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)? > > > > Ikut nimbrung dikit ya... > > > > Bener bahwa 'bak' artinya 'daging' secara umum, mungkin padanannya > > hampir sama dengan 'iwak' di Jawa. Hanya saja, 'iwak' rada salah > kaprah > > sebab arti semula iwak = ikan. > > > > Yang unik itu para penterjemah film teve. Di Singapura orang banyak > > yang suka makan baso (bakso) ikan. Yang dalam bahasa Inggris dise- > > butnya 'fish ball', kalau daging (sapi) namanya 'meat ball'. Nah, > pernah > > ada film jenaka buatan Singapura, ttg keluarga pedagang baso ikan, > > sudah jelas pan film ada gambarnya itu baso ikan, eh, dasar penter- > > jemahnya cuma berdasarkan textbook, tidak lihat gambar, maka sub- > > title yang muncul di layar adalah: bola ikan. Ndak salah sih, ball > = bola. > > > > > > Bak yang agak rancu itu dengan 'bak' seperti pada 'bak-kut', sebab > ini > > bisa saja dari 'bak' = daging, tapi bisa juga dari 'bai' yang 'i'- > nya luluh > > menjadi 'ba-kut' yang tadinya 'bai-kut', dengan arti 'tulang > berbaris, > > aka tulang iga. Ada yang menuliskan 'bak-kut' untuk tulang > berdaging. > > Jadi kalau 'ba-kut', bisa berarti tulang iga, bisa juga daging + > tulang. > > Atau jangan-jangan yang 'daging-tulang' itu yang salah kaprah ya? > > > > > > Bakso itu saya curigai justru asli Indonesia, dengan pengaruh Hok- > kien. > > Kenapa? Sebab nama sebenarnya untuk 'bakso' atau 'baso' kalau yang > > 'asli' Hok-kien adalah yang biasa disebut saudara-2 kita di > Surabaya, > > yakni 'bak-wan'. Bak = daging, wan = bola-bola (seperti pil bulat- > 2). > > Coba anda cari 'so' itu dari bahasa Hok-kien apa? Kayakanya ndak > ada. > > > > > > Bakwan yang kita kenal sekarang, justru itu salah kaprah. Bakwan > udang > > atau bakwan jagung, misalnya. Pan kedua bakwan ini tidak bulat > bentuk- > > nya, tapi bundar dan pipih. Bakwan udang atau ote-ote(?) masih > luma- > > yan dinamai sendiri, yang kalau di Semarang jadi 'gimbal' (aneh > lagi, se- > > bab 'gimbal' itu seperti rambut yang saling melekat gitu, pada > kambing > > yang disebut kambing gimbal). Bakwan jagung itu, mestinya disebut > se- > > bagai 'perkedel' jagung, sebab sebenanrnya dia lebih mirip > perkedel, wa- > > lau tidak bulat lonjong, kalau dilihat secara adonannya. > > > > Bak diartikan sebaga pendekan untuk ba(k)bi, memang suatu salah ka- > > prah yang sulit dihilangkan. Padahal banyak makanan berawalan 'bak' > > sudah kadung diserap menjadi nama makanan di Indonesia: bakpao, > > bakphia, bakwan, bakmoi, bakcang. Orang suka salah anggap bahwa > > itu makanan bernama 'bak' mestilah berdaging babi, kecuali tentu ka- > > lau ada kata sandang 'si' menjadi si-mbak, jelas ini sih dari Jawa. > > > > > > Kalau nama kue-kue kita, contohnya kue lapis, sekarang > naik 'derajat' > > menjadi kue lapis legit, sedang kue lapis yang 'asli', yang terbuat > dari > > tepung beras, dibuat berlapis-lapis, selang-seling warnanya, > sekarang > > lebih dikenal sebagai kue 'pepe' (Jakarta?). Memang sih keduanya > sama > > proses pembuatannya, dibuat selapis demi selapis. Sehingga orang ba- > > rat menyebutnya sebagai 'layer cake'. Orang Semenanjung (Malaysia > > dan Singapura) biasa menyebutnya sebagai 'spice cake' juga, sebab > me- > > mang ada bumbu (spice) khusus untuk pembuatan kue lapis legit itu. > > > > Nagasari pernah ada yang iseng coba menterjemahkan dalam bahasa > > Inggris sebagai 'dragon essence'. Terasa sangat jauh, nagasari > kayak- > > nya is nothing to do with the 'essence' (sari) of the dragon. Di > Cirebon > > kue nagasari (kue pisang) disebutnya kue pipis. Entah kenapa, tetapi > > mestinya tiada ada hubungannya dengan 'pis' (kencing). > > > > > > Lumpia, kalau menurut wiki memang susah dibilang mana yang 'asli', > > yang memakai rebung-kah atau yang bukan rebung. Sebab tiap dae- > > rah (dan wilayah regional) punya andalan center fill (isi) masing-2 > ya. > > Dan, seperti juga produsen kecap, tentu menyebutnya dialah yang > asli. > > > > Di Vietnam memang isinya cuma bihun, tokol (toge) mentah dan udang, > > dengan kulit yang transparan tanpa digoreng, dimakan dengan rajangan > > cabe rawit, daun ketumbar dan saus tauco. Togenya masih mentah. > > > > Di Indonesia, versi Semarang tentu pakai rebung, telur dan udang > (ada > > yang coba inovatip: pake daging kepiting), bisa pilih goreng atau > basah > > (maksudnya ndak digoreng kulitnya), sausnya berupa tepung kanji di- > > campur air dimasak, kental, diberi kecap, berwarna soklat muda, > diberi > > parutan bawang putih mentah, kondimennya acar cabe rawit dan timun, > > dan bawang daun kecil (lok-kio?). > > > > Lunpia (lumpia) Surabaya mirip Semarangan, bisa basah atau goreng, > ha- > > nya beda di sausnya dibuat dari campuran tauco, mirip lunpia > Vietnam. > > > > Tapi, di Bogor dan Jakarta beda lagi. Bogor pake bengkuang, tahu, > hebi > > dan telur sebagai campuran isinya, juga toge. Lalu kulitnya tidak > digo- > > reng, dibungkus seperti amplop aja, tidak dibuat bundar panjang > seper- > > ti umumnya lunpia, dimakan dengan saus cabe gerus. Isinya dadak go- > > reng telur dengan racikan yang pre-cooked. Yang Jakarta bedanya di > > cara bungkus yang dibuat bulat panjang, sudah pre cooked isinya, di- > > digoreng, dimakan dengan saus kacang + cabe gerus. Entah mengapa, > > memang orang Jakarta sukanya makan pake bumbu kacang: sate kam- > > bing ajah pake bumbu kacang. Sama seperti orang Yogya (Jawa tengah?) > > yang suka makan apa-apa pake kubis (kol): tongseng, sate, bakso > kuah. > > > > > > Kalau bicara makanan, tentang nama-namanya, rasanya koq ndak ilok > > kalau disebut siapa yang "nyolong" dari siapa. Agak susah, sebab > kon- > > sep makanan (apalagi orang Asia) adalah guyub, saling baku tukar re- > > sep tidak ada yang ditutupi, tidak ada rahasia. Mungkin budaya Asia > > yang lebih ramah dan terbiasa kepada tetangga saling berbagi resep? > > Beda misalnya ama konsep Amrik (dan barat?) yang apa-apa serba di- > > pateni (dibuat paten-nya), serba rahasia, hak cipta. > > > > Kalau soal hak cipta makanan sih sebenernya ndak gitu masalah, lha > > orang Jepang itu pemegang paten bumbu kari (juga tempe?) di dunia, > > tapi kita semua tahunya bumbu kari itu dari india, dan memang India > > katanya sih produsen bumbu kari terbesar di dunia. Yang penting pan > > siapa yang bisa memanfaatkannya menjadi duwit gede, jeh! > > > > Kayak nasi goreng ajah, contohnya. Sudah jelas itu nasi > goreng 'asli' > > nya dari Tiongkok, tapi saya pernah makan di satu resto besar di sa- > > tu kota industri di Fujien, Quan-chow(?), ada menu 'nasi goreng In- > > donesia', dengan isi: sate ayam, ayam goreng, kerupuk udang, acar > > timun dan bawang merah. Sebab memang acar timun + bawang ra- > > sanya bukan 'asli' Tiongkok(?), makanya mereka menyebutnya gitu. > > > > Yang unik tentu nama 'carrot cake' di Singapura, sebab beda dengan > > konsep 'carrot cake' di barat. Yang Singapura, carrot-nya itu bukan > > 'carrot' = bortel yang oranye warnanya, tapi dari lobak (masih > berso- > > dara ama bortel/wortel) yang putih, juga arah rasanya cenderrung > > 'savory' (gurih, asin, non sweet), kadang dimasak seperti anda ma- > > sak kwetiauw, diberi sayur dan daging. Jadi, 'cake'nya di situ bukan > > berarti kue atau tart yang kita kenali. Kalau orang barat, carrot > cake > > ya menunjuk cake yang manis dibuat dari carrot, bortel oranye itu. > > > > Kalau bicara Filipina, lumpia di sana kalau tak salah juga disebut > > sebagai 'lumpiang', pangsit kalau tak salah disebut juga 'pancit'. > > Mirip-mirip sih sebenernya, sebab memang 'akar' asal muasalnya > > ya sama-sama dari perantau Tionghua yang kebanyakan Hokkien > > (daerah pantai di Tiongkok?). Banyak juga mestizo Chinese di Fi- > > lipina yang berasal dari Hok-kien (termasuk Corry Aquino?), jadi > > ndak usah heran kalau banyak makanan Filipina yang bernama > > mirip-mirip nama-2 makanan Indonesia (berasal dari Tiongkok). > > > > Yang unik lagi adalah 'terasi', orang semenanjung menyebutnya > > belacan (juga Riau dan Medan?), Filipina menyebutnya bagoong, > > Thailand dan Vietnam tentu punya nama sendiri, bahasa inggris- > > nya selalu disebut sebagai 'shrimp paste'. Ini tentu mestinya buat > > kita salah kaprah, sebab kita punya terasi tidak berbentuk pasta > > (paste) melainkan seperti 'cake' kering, paling juga nyemek cen- > > derung garing. Yang berbentuk pasta pan kita punya sendiri, ya- > > itu 'petis'. Nah, apapun namanya, kalau anda coba bandingkan > > terasi di mana-mana saja di Asia, aroma (bau)nya sama semua! > > Rupanya aroma terasi itu cukup universal ya? > > > > Begitu ajah sih kira-kira ya cuap-cuap mongge nan kosong ini ya. > > Kalau ada yang salah, tolong dikoreksi, ada kurang sila ditambah. > > > > > > Salam makan enak & sehat bermanfaat, > > Ophoeng > > BSD City, Tangerang > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian <king_hian@> > wrote: > > > > Pak Danardono Yth, > > > > Koreksi dikit Pak, "bak" dalam bakso itu artinya "daging". > > > > Penulisan 'bak' seperti ini juga hanya cocok untuk lidah orang > Jawa, orang Sunda akan > > salah mengucapkan, karena mengucapkan dengan 'k' yang jelas. > Padahal "bak" harus > > diucapkan dengan 'a' pendek. Dalam ejaan yang diusulkan di milis > ini, "bak" ditulis dengan > > "baq". > > > > > > daging babi: ti baq (Mandarin: zhu rou) > > daging sapi: gu baq (niu rou) > > daging kambing: yno baq (yang rou) > > daging ayam: ke baq (ji rou) > > > > salam, > > KH > > > > ps. nanti kalo kumpul2 lagi kita makan bakso aja Pak, he he > > > > --- On Sat, 9/20/08, RM Danardono HADINOTO <rm_danardono@> wrote: > > > > From: RM Danardono HADINOTO <rm_danardono@> > > Subject: [budaya_tionghua] Re: (makanan Filipina - Indonesia) > Pengaruh budaya tionghua > > kah? > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Date: Saturday, September 20, 2008, 9:25 AM > > > > > > Getuk, onde onde, nagasari, kue lapis, klepon, semua dikenal di > > Philippina. Juga merata di Malaysia. Siapa yang "nyolong" dari > siapa, > > entahlah ha ha ha. > > > > Mengenai lumpia, numpang tanya, apakah lumpia berisi rebung itu > yang > > orisinil? Apakah keistimewaan lumpia Semarang? Di Vietnam lumpianya > > tidak digoreng, dan isinya samasekali lain. > > > > Yang aneh itu bakso. Abang abang dengan sangat PD mutar mutar > dengan > > gerobak menjajakan bakso. Daging kah, urat kah. Kalau > ditanya "daging > > apa"? Lalu automatis dijawab "Ya sapi to Pak". Saya jawab "kok > > gitu?" "Kan bak itu artinya daging babi"? Dia bingung. > > Dia kira bakso itu bahasa jawa kali ya? > > > > Salam > > > > Danardono > > > > > > ------------------------------------ > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. > > Yahoo! Groups Links > > >