Sebenarnya mendirikan sekolah Tionghoa bukan untuk membuktikan apa2, Dari dulu sewaktu sekolah Tionghoa eksis, sekolah Khatolik bukanlah saingan yang berarti. kwalitas lulusan sekolah Tionghoa tak pernah di bawah mereka, kalau bukan malah diatasnya! Bukan sombong, saya pernah masuk sekolah Tionghoa, sekolah Khonghucu, dan juga sekolah Khatolik, maka saya bisa membandingkan ke tiga2nya dari pengalaman pribadi. Sekolah Khatolik membesar sejak tutupnya sekolah Tionghoa. ini tak usah dipungkiri. Tapi saya lebih setuju mendirikan sekolah Tionghoa, bukan sekolah Khonghucu.. bedanya sekolah Tionghoa menanamkan pendidikan budaya lewat bahasa yang utuh, bukan lewat salah satu ajaran/agama yang lebih sempit. mengenai bentuknya ya tak perlu mengulang sekolah tionghoa zaman dulu. bentuk sekolah 3 bhs saya kira paling ideal. Salam budaya ZFy
--- On Thu, 9/25/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Suatu Himbauan : Khong Kauw Hwee yang patut dibanggakan Re: [budaya_tionghua] Khong Kauw Hwee To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, September 25, 2008, 2:28 AM Inilah yang saya bilang patut dibanggakan. Bagaimana suatu karya nyata diujudkan. Kalau ada Khong Kauw Hwee di Semarang kapan ada di Jakarta, atau ada di daerah Benteng Tangerang dimana banyak Tionghua yang tidak bersekolah ?. Mulai dari TK dulu, mungkin patungan, lalu beringsut jadi SD, SMP dan mungkin juga Sekolah Kejuruan. Dengan demikian orang akan tertarik melihat Budaya Tionghua sebagai budaya yang mencerahkan, dan mendidik manusia yang berbudaya. Kita buktikan kepada HTS, kepada Sekolah Katholik bahwa orang Tionghua juga mampu, dan bila Mulyawan Lie bilang kambek maka ia dapat menunjuk dimana belajar Budaya Tionghua. Mampukah kita ?. Pertanyaaannya lebih kepada "Maukah Kita" ?. Semasa kecil saya pernah belajar dari papah saya : Menolong jiwa satu orang lebih mulia dari membangun tujuh pagoda, dan membangun jembatan berpahala lebih tinggi daripada membangun vihara. Menyekolahkan orang ?. Saya kira pahalanya akan sangat besar karena disamping melestarikan budaya Tionghua kita juga memberikan "pancing" kepada Tionghua yang miskin. Dana dari mana ?. Iuran atau bikin Kursus yang Bayar lalu sebagian dana disisihkan untuk bangun sekolah. Kalau perlu kerjasama dengan luar negeri. Susah, jelas dong, lebih susah daripada cuap-cuap di milis. Tapi kalau tidak sekarang kapan lagi ?. Salam, Tantono