Oh jelas ada, wong saya sempat sekolah di sana, namanya SMP Confucius di 
Surakarta alias Solo! Bahkan diajari nyanyian2 pujaan untuk Sang nabi segala 
kok.
 
ZFy

--- On Thu, 9/25/08, ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: ardian_c <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Suatu Himbauan : Khong Kauw Hwee yang patut dibanggakan Re: 
[budaya_tionghua] Khong Kauw Hwee
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, September 25, 2008, 8:46 AM






seinget aye yg belon pernah skul di skul khc, gak ada itu tuh
pelajaran agama khc diajarin diskulnya malah semua agama diajarin.
paling yg diajarin itu sopan santun budi pekerti en so on semodel dizi
gui getuuuuuuuuuuuuuuuu uuu.

emang sejak kapan skul khc ajarin agama khc di indonesia ? ada yg tau?

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebenarnya mendirikan sekolah Tionghoa bukan untuk membuktikan apa2,
Dari dulu sewaktu sekolah Tionghoa eksis, sekolah Khatolik bukanlah
saingan yang berarti. kwalitas lulusan sekolah Tionghoa tak pernah di
bawah mereka, kalau bukan malah diatasnya! Bukan sombong, saya pernah
masuk sekolah Tionghoa, sekolah Khonghucu, dan juga sekolah Khatolik,
maka saya bisa membandingkan ke tiga2nya dari pengalaman pribadi.
>  
> Sekolah Khatolik membesar sejak tutupnya sekolah Tionghoa. ini tak
usah dipungkiri.
>  
> Tapi saya lebih setuju mendirikan sekolah Tionghoa, bukan sekolah
Khonghucu.. bedanya sekolah Tionghoa menanamkan pendidikan budaya
lewat bahasa yang utuh, bukan lewat salah satu ajaran/agama yang lebih
sempit. mengenai bentuknya ya tak perlu mengulang sekolah tionghoa
zaman dulu. bentuk sekolah 3 bhs saya kira paling ideal.
>  
> Salam budaya
> ZFy 
>  
> 
> 
> --- On Thu, 9/25/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] >
> Subject: Suatu Himbauan : Khong Kauw Hwee yang patut dibanggakan Re:
[budaya_tionghua] Khong Kauw Hwee
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, September 25, 2008, 2:28 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Inilah yang saya bilang patut dibanggakan.  Bagaimana suatu karya
nyata diujudkan.  Kalau ada Khong Kauw Hwee di Semarang kapan ada di
Jakarta, atau ada di daerah Benteng Tangerang dimana banyak Tionghua
yang tidak bersekolah ?.  Mulai dari TK dulu, mungkin patungan, lalu
beringsut jadi SD, SMP dan mungkin juga Sekolah Kejuruan.  Dengan
demikian orang akan tertarik melihat Budaya Tionghua sebagai budaya
yang mencerahkan, dan mendidik manusia yang berbudaya.  Kita buktikan
kepada HTS, kepada Sekolah Katholik bahwa orang Tionghua juga mampu,
dan bila Mulyawan Lie bilang kambek maka ia dapat menunjuk dimana
belajar Budaya Tionghua.  Mampukah kita ?.  Pertanyaaannya lebih
kepada "Maukah Kita" ?.  Semasa kecil saya pernah belajar dari papah
saya : Menolong jiwa satu orang lebih mulia dari membangun tujuh
pagoda, dan membangun jembatan berpahala lebih tinggi daripada
membangun vihara.  Menyekolahkan orang ?.  Saya kira pahalanya akan
sangat besar
> karena disamping melestarikan budaya Tionghua kita juga memberikan
"pancing" kepada Tionghua yang miskin.  Dana dari mana ?.  Iuran atau
bikin Kursus yang Bayar lalu sebagian dana disisihkan untuk bangun
sekolah.  Kalau perlu kerjasama dengan luar negeri.  Susah, jelas
dong, lebih susah daripada cuap-cuap di milis.  Tapi kalau tidak
sekarang kapan lagi ?. Salam, Tantono
>

 














      

Kirim email ke