Intinya memang di sini :
 
Jika HTS tidak ber-pura2, bagaimana dia bisa mempertahankan pamor dan 
pengaruhnya di tengah masyarakat Tionghoa? 
 
Jika dia terus terang dengan konsep asimilasi totalnya, apa masih ada pasarnya?
 
Kita di sini berkoar koar tujuan utamanya jelas bukan untuk mengadili HTS, Tapi 
lebih untuk mengingatkan kawan2 yang belum kenal sosoknya, agar tak terkelabui 
oleh ke pura2an dia, Jangan sampai terjebak oleh perangkapnya, nanti dijual 
juga tak sadar.
 
ZFy


--- On Fri, 9/26/08, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: King Hian <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, September 26, 2008, 3:51 PM











LY:
Jadi maksud anda kita harus membenci HTS?
 
 
KH:
Saya tidak bermaksud demikian. 
Untuk menjelaskan maksud saya, kita sederhanakan permasalahannya. 
Anggap Tionghoa Indonesia terdiri dari dua kelompok: yang pro integrasi dan 
yang pro asimilasi.
 
Dulu HTS adalah tokoh LPKB yang program utamanya melaksanakan asimilasi total 
terhadap orang2 Tionghoa di segala bidang, terutama dalam bidang: politik, 
kultural, ekonomi, sosial, dan perkawinan.
Menurut konsep asimilasi agar orang Tionghoa tidak menjadi minoritas dan loyal 
kepada negara, mereka harus meleburkan diri, melepaskan budaya/adat istiadat 
Tionghoanya dan menjadi orang Indonesia asli. 
 
Sekarang ketika zaman berubah, HTS berperilaku (seakan2) 'mendukung' budaya 
Tionghoa. 
 
Banyak orang yang dahulu pernah mengalami hal2 yang tidak menyenangkan karena 
konsep asimilasi, terkagum-kagum melihat sikap HTS sekarang. Karena banyak dari 
mereka yang tidak tahu atau menderita amnesia sejarah.
 
Saya sama sekali tidak tahu (dan tidak perduli) apakah HTS benar2 
berubah, telah mendukung budaya Tionghoa atau dia hanya berpura-2. Tetapi, 
menurut saya, kalau HTS memang berubah, seharusnya dia mengakui bahwa 
pandangannya tentang konsep asimilasi dulu itu salah. Sebaliknya, jika HTS 
masih berpikir seperti dahulu, seharusnya dia menunjukkan tampang yang 
sesungguhnya, tidak perlu berpura-pura. 
Gitu aja.
 
KH



--- On Fri, 9/26/08, Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote:

From: Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED] co.id>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Friday, September 26, 2008, 8:19 PM





    Jadi maksud anda kita harus membenci HTS?
 
 
 

----- Original Message ----- 
From: King Hian 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Thursday, 25 September, 2008 09:37
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI






Banyak yang bilang bangsa Indonesia adalah bangsa pelupa. Banyak penjahat yang 
dulu malang melintang, setelah keadaan berubah, sim salabim! Si penjahat 
berubah menjadi pahlawan. Dan orang2 yang dulu di-injak2 oleh si penjahat telah 
lupa, mereka ikut mengelu-elukan sang pahlawan baru.
Tidak heran kalau hal ini juga terjadi dalam masyarakat Tionghoa Indonesia. 
Banyak Cina yang berganti baju menjadi Tionghoa. Dan Tionghoa penderita amnesia 
berteriak2 betapa hebatnya si Cina ini.
 
Cape deh
 
KH
 

--- On Thu, 9/25/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Thursday, September 25, 2008, 9:09 AM






Ulysee <[EMAIL PROTECTED] com.sg> wrote: 
To: <tionghoa-net@ yahoogroups. com>
From: "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED] com.sg>
Date: Thu, 25 Sep 2008 08:36:31 +0700
Subject: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI

Iya Broer, Maap kemarin kaga nyempet. Sekarang gue lanjutin deh.

Sebelonnya gue udah penasaran kayak apa sih Harry Tjan Silalahi (HTS)
ini? 
Bukan bentuknya, kalau tampang khan bisa gue cari, tapi gue pengen tahu
bagaimana gayanya bicara, apa pendapatnya, bagaimana caranya
menyampaikan pendapat. 
Kalau dari milis milis, kesannya Harry Tjan itu gimana banget, terutama
kemarin di milis tetangga, huehehehehe. .... karena penasaran gue cukup
antusias menyimak apa yang dikatakan HTS ini. 

Shockingly, pembukaan HTS adalah mengenai media, kayak bahasan kita di
T-net kemarin, mengenai Nama Tionghoa. 
Itu lhooooh, yang katanya kalau JASA enggak disebut, tapi kalau DOSA
nama tionghoa nya digede-gedein. 
As if HTS juga mengeluhkan hal yang sama dengan yang setiap kali gue
dengar di milis. 
Gue masih belum jelas, apakah HTS ini nyindir keluhan2 semacam itu, 
ataukan dia ikut mengeluhkan hal hal tersebut??? 
Dalam persepsi gue tentang HTS dari milis harusnya HTS ini nyindir,
seperti YHG tiap kali nyindir sinis sama yang complaining tentang itu, 
tapi kok kemarin kesannya HTS yang ngeluh??? nah lantaran persepsi gue
kayaknya tidak sesuai dengan kesan yang gue tangkap, maka gue makin seru
nyimak. 

Berikutnya HTS mempermasalahkan judul buku. Istilah Tionghoa dalam
"cengkraman" punya konotasi seolah olah tionghoa itu ditindas dimana,
padahal enggak segitunya. Dipersulit, iya, tapi enggak sampai tertindas
gimana. 
Jadi sama seperti bang Martin, HTS juga menganggap judul bukunya agak
terlalu hiperbolis. Begitu kira-kira kesan yang gue tangkap. 

Berikutnya HTS membahas soal SBKRI. Surat bukti Kewarganegaraan
dibutuhkan semua negara dimanapun. SBK sebagai kata generik adalah hal
yang biasa, tetapi di Indonesia SBKRI ini HANYA dikenakan kepada
keturunan Tionghoa sehingga tidak diterima dan dianggap sebagai unsur
diskriminasi.
Lalu Harry Tjan cerita soal adiknya yang Kolonel. Sebagai Kolonel,
tentara, yang membela RI tapi waktu anaknya mau masuk sekolah diminta
SBKRI nya. Dia (Kolonel itu) bilang "ASEM!" Sakit hatilah dia karena
sebagai tentara pejuang pembela RI masih ditanya SBKRI nya. 
Apakah ini masalah politis, politik diskriminasi? atau suatu kebodohan
karena ketidaktahuan? ?

HTS beranggapan hal SBKRI ini adalah suatu kebodohan, dan PEMANFAATAN
kebodohan dan ketidaktahuan tersebut yang semakin berkembang jadi
masalah. 
(Ini menarik, karena bertentangan dengan pendapat penulis buku, ntar gue
cerita di belakang)

Lalu HTS juga mengajukan bahwa cara mengatasi kebodohan dan pemanfaatan
ketidaktahuan ini dengan cara memperjuangkan di tataran Sosial Formal
dan Sosial Politis. Dua istilah yang gue sih nggak ngerti maksudnya apa
hehehehe. 

Habis itu HTS juga ada menyebutkan bahwa Tionghoa belum diterima secara
penuh oleh Indonesia
( pendapat yang lagi-lagi enggak sesuai dengan persepsi gue tentang HTS)

Bagaimanapun, kata HTS, keadaan Tionghoa SAAT INI lebih baik daripada 10
tahun yang lalu, dan keadaan 10 tahun yang lalu itu pun masih daripada
50 tahun yang lalu, jadi bisa diharapkan keadaan tionghoa 10 tahun yad
akan lebih baik lagi. 

Setelah itu HTS ada menyebut tentang Yap Tjwan Bing, yang ironisnya mati
sebagai stateless. (gara gara urusan SBKRI???) lalu ada menyebutkan
bahwa orang tionghoa punya langkah ke 12, kalau ada apa-apa bisa CAO.
Yang jadi masalah, sebagian besar yang nggak bisa CAO ini gimana. nah
bagian yang sini gue agak agak ribet mencatat dan kurang menyimak, masih
berusaha mengingat ingat, Yap Tjwan Bing itu siapa ya???

Berikutnya HTS cerita tentang Undang undang kewarganegaraan no 12 tahun
2006. Yang bikin gue kayak tersengat listrik - lalu ragu ragu apakah gue
nangkepnya bener atau nggak - adalah komentar HTS bahwa undang-undang
ini adalah langkah awal, step by step menuju DWI KEWARGANEGARAAN.
Padahal, untuk saat ini gue sangat kontra kalau menyoal Dwi
Kewarganegaraan Indonesia. HTS bilang ini adalah pertimbangan
praktis.... apa nya yang praktis gue nggak jelas. 

Dari UU Kewarganegaraan balik lagi ke SBKRI, HTS bilang ini dalam
proses, ini sebuah perjuangan, tapi jangan djadikan seolah olah ini
adalah masalah kekejaman. SBKRI ini masalah kebodohan, YA. masalah
ketidakperluan, YA. Tapi masalah HAM dan kekejaman? BUKAN. 
Tapi karena banyak orang yang nggak ngerti undang undang, jadi banyak
salah kaprah dan salah paham. Yang belajar hukum aja kadang nggak gitu
ngerti soal SBKRI , apalagi orang awam.

Pejabat pemerintahnya aja jarang yang ngerti undang undang. Misalnya
sekarang daerah-daerah bikin UU sendiri yang sesuai Syariat Islam bukan
sesuai UUD 45, dan pemerintah nggak melarang. Ini menunjukan STUPIDITY
pemerintah soal hukum. Misalnya ada hukum staatblaad yang salah cabut
karena pejabatnya nggak ngerti bahasa Belanda. yah, apa mau diharapkan
kalau menteri kehakimannya Panglima CENG HO. 
( Nah disini gue bengong, siapa sih panglima Ceng Ho??? Yusril??? ) 

Lalu bagaimana donk menyikapi SBKRI ini? Ada dua hal yang biasanya
dilakukan tionghoa. satu menolak. Dua sama sama berjuang memperbaiki.
Gimana memperbaiki, yaaa misalnya dengan memperjuangkan peraturan
peraturan, yang bisa menindak kesewenangan pejabat. Misalnya waktu itu
menggolkan undang undang yang bisa mem PTUN kan pejabat yang
sewenang-wenang.
Dengan buku TDC ini dimana banyak disisipkan aturan dan UU, diharapkan
lebih ngerti, kalau ada pejabat yang bikin-bikin masalah, bisa
ditunjukin, tapi menurut aturan ini kan gini lhoh pak, kalau dia masih
mempersulit, bisa dilaporkan saja atau PTUN kan, begitu.
( BTW PTUN itu apa sih??)

Terakhir, HTS menutup dengan bilang, Indonesia itu negara Multiminority,
banyak masalahnya, yang bisa diatasi dengan saling terbuka. 

Naaaah, setelah acara selesai, gue khan obrol obrol sama pengarang buku.
Yah, sebetulnya karena gue dateng telat, kaga kebagian buku yang
diberikan gratis untuk acara ini. Tapi puji Tuhan, gue ketemu kawan
dari JTM, yang rela hati bukunya dikasihkan ke gue, heheheh, kamsiah ya
LEX. 
Jadi gue bisa minta tandatangan yang ngarang, tyus obrol2 sebentar.
Dimana yang ngarang buku bilang, HTS khan bilang permasalahan SBKRI itu
soal kebodohan, sedangkan pengarang bukunya berpendapat, SBKRI itu
masalah diskriminasi. 

Kalau gue, gue setuju pendapat masalah utama menyoal SBKRI itu banyakan
dari kebodohan dan ketidaktahuan itu. Tapi itu hal yang paaaanjaaang dan
laaaaamaaaa untuk dibahas. Baca dulu bukunya, nanti bisa dibahas bedah
buku, ya....heheheheh. 
masalahnya, gue belon habis baca bukunya, udah dibajak lagi sama orang
lain yang berminat, hihihi. Ini namanya karma, 
Gue bajak buku si Alex, eee.... itu buku langsung dibajak lagi ama
orang, wahahahaha.. .......

Tar gue tanyain deh kalau mau beli itu buku dimana getoh ya...... 
Broer Chan..... mau gue kirimin sebuah??? hohohhohohoho. ........

-----Original Message-----
From: tionghoa-net@ yahoogroups. com [mailto:tionghoa- [EMAIL PROTECTED] com]
On Behalf Of ChanCT
Sent: Tuesday, September 23, 2008 9:52 PM
To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
Subject: Re: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam
Cengkeraman SBKRI


Ya bagus neng Uli, sekalipun terlambat sejaman, tapi tetap bisa ikutin
apa yang dibicarakan dedengkot Harry Tjan. Selayang pandang lanjutan,
tetap gue tunggu, lho. Sehabis makan ikan goreng yang gosong. Cepetan,
ya! Hehehehee, ....

Salam,
CHanCT








 














      

Kirim email ke