Haiyaaaa...... penjahat dan pahlawan itu khan dua sisi mata uang, 
yang kawan bilang pahlawan, 
yang lawan bilang penjahat, 
 
Mana yang lebih kelihatan?
tergantung pihak mana yang lagi diatas, pihak mana yang lagi menang. 
 
Iya toh? Jadi ngapain ributin pahlawan atau penjahat? 
yang penting....lu di pihak mana? kawan atau lawan? 
gitu kan??? hihihihi.......
 
* sambil dengerin lagu Ramadhan..... banyak orang suka damai, tapi
perang semakin ramai.......
bingung...bingung...semakin bingung....dung dung dung *
 

-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
Sent: Thursday, September 25, 2008 9:38 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI






Banyak yang bilang bangsa Indonesia adalah bangsa pelupa. Banyak
penjahat yang dulu malang melintang, setelah keadaan berubah, sim
salabim! Si penjahat berubah menjadi pahlawan. Dan orang2 yang dulu
di-injak2 oleh si penjahat telah lupa, mereka ikut mengelu-elukan sang
pahlawan baru.
Tidak heran kalau hal ini juga terjadi dalam masyarakat Tionghoa
Indonesia. Banyak Cina yang berganti baju menjadi Tionghoa. Dan Tionghoa
penderita amnesia berteriak2 betapa hebatnya si Cina ini.
 
Cape deh
 
KH
 

--- On Thu, 9/25/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, September 25, 2008, 9:09 AM




Ulysee <[EMAIL PROTECTED] com.sg> wrote: 

To: <tionghoa-net@ yahoogroups. com>
From: "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED] com.sg>
Date: Thu, 25 Sep 2008 08:36:31 +0700
Subject: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi
Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

Iya Broer, Maap kemarin kaga nyempet. Sekarang gue lanjutin deh.

Sebelonnya gue udah penasaran kayak apa sih Harry Tjan Silalahi (HTS)
ini? 
Bukan bentuknya, kalau tampang khan bisa gue cari, tapi gue pengen tahu
bagaimana gayanya bicara, apa pendapatnya, bagaimana caranya
menyampaikan pendapat. 
Kalau dari milis milis, kesannya Harry Tjan itu gimana banget, terutama
kemarin di milis tetangga, huehehehehe. ... karena penasaran gue cukup
antusias menyimak apa yang dikatakan HTS ini. 

Shockingly, pembukaan HTS adalah mengenai media, kayak bahasan kita di
T-net kemarin, mengenai Nama Tionghoa. 
Itu lhooooh, yang katanya kalau JASA enggak disebut, tapi kalau DOSA
nama tionghoa nya digede-gedein. 
As if HTS juga mengeluhkan hal yang sama dengan yang setiap kali gue
dengar di milis. 
Gue masih belum jelas, apakah HTS ini nyindir keluhan2 semacam itu, 
ataukan dia ikut mengeluhkan hal hal tersebut??? 
Dalam persepsi gue tentang HTS dari milis harusnya HTS ini nyindir,
seperti YHG tiap kali nyindir sinis sama yang complaining tentang itu, 
tapi kok kemarin kesannya HTS yang ngeluh??? nah lantaran persepsi gue
kayaknya tidak sesuai dengan kesan yang gue tangkap, maka gue makin seru
nyimak. 

Berikutnya HTS mempermasalahkan judul buku. Istilah Tionghoa dalam
"cengkraman" punya konotasi seolah olah tionghoa itu ditindas dimana,
padahal enggak segitunya. Dipersulit, iya, tapi enggak sampai tertindas
gimana. 
Jadi sama seperti bang Martin, HTS juga menganggap judul bukunya agak
terlalu hiperbolis. Begitu kira-kira kesan yang gue tangkap. 

Berikutnya HTS membahas soal SBKRI. Surat bukti Kewarganegaraan
dibutuhkan semua negara dimanapun. SBK sebagai kata generik adalah hal
yang biasa, tetapi di Indonesia SBKRI ini HANYA dikenakan kepada
keturunan Tionghoa sehingga tidak diterima dan dianggap sebagai unsur
diskriminasi.
Lalu Harry Tjan cerita soal adiknya yang Kolonel. Sebagai Kolonel,
tentara, yang membela RI tapi waktu anaknya mau masuk sekolah diminta
SBKRI nya. Dia (Kolonel itu) bilang "ASEM!" Sakit hatilah dia karena
sebagai tentara pejuang pembela RI masih ditanya SBKRI nya. 
Apakah ini masalah politis, politik diskriminasi? atau suatu kebodohan
karena ketidaktahuan? ?

HTS beranggapan hal SBKRI ini adalah suatu kebodohan, dan PEMANFAATAN
kebodohan dan ketidaktahuan tersebut yang semakin berkembang jadi
masalah. 
(Ini menarik, karena bertentangan dengan pendapat penulis buku, ntar gue
cerita di belakang)

Lalu HTS juga mengajukan bahwa cara mengatasi kebodohan dan pemanfaatan
ketidaktahuan ini dengan cara memperjuangkan di tataran Sosial Formal
dan Sosial Politis. Dua istilah yang gue sih nggak ngerti maksudnya apa
hehehehe. 

Habis itu HTS juga ada menyebutkan bahwa Tionghoa belum diterima secara
penuh oleh Indonesia
( pendapat yang lagi-lagi enggak sesuai dengan persepsi gue tentang HTS)

Bagaimanapun, kata HTS, keadaan Tionghoa SAAT INI lebih baik daripada 10
tahun yang lalu, dan keadaan 10 tahun yang lalu itu pun masih daripada
50 tahun yang lalu, jadi bisa diharapkan keadaan tionghoa 10 tahun yad
akan lebih baik lagi. 

Setelah itu HTS ada menyebut tentang Yap Tjwan Bing, yang ironisnya mati
sebagai stateless. (gara gara urusan SBKRI???) lalu ada menyebutkan
bahwa orang tionghoa punya langkah ke 12, kalau ada apa-apa bisa CAO.
Yang jadi masalah, sebagian besar yang nggak bisa CAO ini gimana. nah
bagian yang sini gue agak agak ribet mencatat dan kurang menyimak, masih
berusaha mengingat ingat, Yap Tjwan Bing itu siapa ya???

Berikutnya HTS cerita tentang Undang undang kewarganegaraan no 12 tahun
2006. Yang bikin gue kayak tersengat listrik - lalu ragu ragu apakah gue
nangkepnya bener atau nggak - adalah komentar HTS bahwa undang-undang
ini adalah langkah awal, step by step menuju DWI KEWARGANEGARAAN.
Padahal, untuk saat ini gue sangat kontra kalau menyoal Dwi
Kewarganegaraan Indonesia. HTS bilang ini adalah pertimbangan
praktis.... apa nya yang praktis gue nggak jelas. 

Dari UU Kewarganegaraan balik lagi ke SBKRI, HTS bilang ini dalam
proses, ini sebuah perjuangan, tapi jangan djadikan seolah olah ini
adalah masalah kekejaman. SBKRI ini masalah kebodohan, YA. masalah
ketidakperluan, YA. Tapi masalah HAM dan kekejaman? BUKAN. 
Tapi karena banyak orang yang nggak ngerti undang undang, jadi banyak
salah kaprah dan salah paham. Yang belajar hukum aja kadang nggak gitu
ngerti soal SBKRI , apalagi orang awam.

Pejabat pemerintahnya aja jarang yang ngerti undang undang. Misalnya
sekarang daerah-daerah bikin UU sendiri yang sesuai Syariat Islam bukan
sesuai UUD 45, dan pemerintah nggak melarang. Ini menunjukan STUPIDITY
pemerintah soal hukum. Misalnya ada hukum staatblaad yang salah cabut
karena pejabatnya nggak ngerti bahasa Belanda. yah, apa mau diharapkan
kalau menteri kehakimannya Panglima CENG HO. 
( Nah disini gue bengong, siapa sih panglima Ceng Ho??? Yusril??? ) 

Lalu bagaimana donk menyikapi SBKRI ini? Ada dua hal yang biasanya
dilakukan tionghoa. satu menolak. Dua sama sama berjuang memperbaiki.
Gimana memperbaiki, yaaa misalnya dengan memperjuangkan peraturan
peraturan, yang bisa menindak kesewenangan pejabat. Misalnya waktu itu
menggolkan undang undang yang bisa mem PTUN kan pejabat yang
sewenang-wenang.
Dengan buku TDC ini dimana banyak disisipkan aturan dan UU, diharapkan
lebih ngerti, kalau ada pejabat yang bikin-bikin masalah, bisa
ditunjukin, tapi menurut aturan ini kan gini lhoh pak, kalau dia masih
mempersulit, bisa dilaporkan saja atau PTUN kan, begitu.
( BTW PTUN itu apa sih??)

Terakhir, HTS menutup dengan bilang, Indonesia itu negara Multiminority,
banyak masalahnya, yang bisa diatasi dengan saling terbuka. 

Naaaah, setelah acara selesai, gue khan obrol obrol sama pengarang buku.
Yah, sebetulnya karena gue dateng telat, kaga kebagian buku yang
diberikan gratis untuk acara ini. Tapi puji Tuhan, gue ketemu kawan
dari JTM, yang rela hati bukunya dikasihkan ke gue, heheheh, kamsiah ya
LEX. 
Jadi gue bisa minta tandatangan yang ngarang, tyus obrol2 sebentar.
Dimana yang ngarang buku bilang, HTS khan bilang permasalahan SBKRI itu
soal kebodohan, sedangkan pengarang bukunya berpendapat, SBKRI itu
masalah diskriminasi. 

Kalau gue, gue setuju pendapat masalah utama menyoal SBKRI itu banyakan
dari kebodohan dan ketidaktahuan itu. Tapi itu hal yang paaaanjaaang dan
laaaaamaaaa untuk dibahas. Baca dulu bukunya, nanti bisa dibahas bedah
buku, ya....heheheheh. 
masalahnya, gue belon habis baca bukunya, udah dibajak lagi sama orang
lain yang berminat, hihihi. Ini namanya karma, 
Gue bajak buku si Alex, eee.... itu buku langsung dibajak lagi ama
orang, wahahahaha.. .......

Tar gue tanyain deh kalau mau beli itu buku dimana getoh ya...... 
Broer Chan..... mau gue kirimin sebuah??? hohohhohohoho. .......

-----Original Message-----
From: tionghoa-net@ yahoogroups. com [mailto:tionghoa- [EMAIL PROTECTED]
com]
On Behalf Of ChanCT
Sent: Tuesday, September 23, 2008 9:52 PM
To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
Subject: Re: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam
Cengkeraman SBKRI


Ya bagus neng Uli, sekalipun terlambat sejaman, tapi tetap bisa ikutin
apa yang dibicarakan dedengkot Harry Tjan. Selayang pandang lanjutan,
tetap gue tunggu, lho. Sehabis makan ikan goreng yang gosong. Cepetan,
ya! Hehehehee, ...

Salam,
CHanCT








 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.3 - Release Date: 9/25/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.3/1691 - Release Date:
9/25/2008 7:23 PM
 

Kirim email ke