Sdr.Liquid,

di kantor Imigrasi tetap diminta SBKRI.

Dan yang menjadi korban bukan hanya Tionghoa yang "nasionalis".

Tapi menggelitik sekali tulisan anda tentang nasionalis ini.

Coba anda cari majalah Tempo terbaru dan bacalah pernyataan seorang
raja di Jawa Tengah ketika ditanyakan masalah pencurian arca purbakala.
Setelah itu anda renungkan nasionalis seperti apa ?

Mudahnya bagi saya, mereka yang merasa dirinya WNI harus memiliki
loyalitas terhadap Indonesia, tidak perlu ditekankan "etnis".
Jangan sampai keluar pernyataan etnis A yang nasionalis, etnis B yang
nasionalis.



Hormat saya,


Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Liquid Yahoo" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
>     Ruwet itukan jaman dulu bu, waktu jaman kuda gigit besi,
sekarang kalo 
> masih diberlakukan apa masih etis?
> 
>     SKKRI / K1 itu penting karena itu adalah Surat Ketetapan
Kewarganegaraan 
> Indonesia, tapi SBKRI itu untuk apa? Apa yang harus di Buktikan lagi
kalo 
> uda punya KTP?! Takut palsu, ya ditakutin aja semuanya, terus
korbanin deh 
> tuh para TiongHua yang nasioanalis....
> 
>     Nanti terus SBKRI juga takut dipalsuin terus bisa keluar surat yang 
> harus di sahkan President, yaitu SBKBBWNKRI (Surat Bukti Kalau
Bener-Bener 
> Warga Negara Kesatuan Repuplik Indonesia)....
> 
>     Terus nanti takut di palsuin juga, hehehehehe....
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Sent: Monday, 29 September, 2008 08:52
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman
SBKRI ==> 
> Uli
> 
> 
> > Hooh Kang. Bukannya gue pro dengan adanya SBKRI, ladang pungli itu.
> > Gue juga sama kheksim nya. Tapi mikirin cengli aja lah, gue
> > menganggap bahwa SBKRI itu muncul saking ruwetnya ngurusin Tionghoa
> > Asing yang menurut ZFY waktu itu jumlahnya cukup "signifikan".
> >
> > Bener, Engga beda sama Malaysia yang kelimpungan kebanjiran
> > sama 'pendatang haram' yang jumlahnya signifikan sehingga jadi
> > potensial masalah dalem negri, getoh khan?
> >
> > Bukan mendingan ngurusin WNI lebih banyak atau WNA lebih banyak, tapi
> > lebih pada kejelasan STATUS HUKUM, ini orang diperlakukan sebagai WNI
> > atau WNA? Atas dasar apa?
> > Nah saat itu banyak yang statusnya nggak jelas, sebab dengan stelsel
> > pasif tionghoa2 ini jadi WN Indonesia juga, jadi WN RRC juga.
> > Kalau ada apa-apa, bingung, yang tanggung jawab Indonesia atau RRT?
> >
> > Untuk itu sampai perlu perjanjian dwi-kewarganegaraan Indonesia-RRT.
> > yang tujuannya untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan ini
> > dan jangan sampai kejadian lagi, caranya mending gimana, pasif, atau
> > aktif, begetoh khan?
> >
> > Bedanya, yang waktu itu yang menolak yang harus aktif menolak nolak,
> > sesudah taon 50, yang mau ngambil yang kudu aktif ambil ambil. dua
> > duanya juga butuh aktif aktif kok, masalahnya siapa yang disuruh
> > aktif aktif.
> >
> > Stelsel pasif memudahkan admin?? hihihi enggak juga tuuuuuuh, mau
> > aktip mau pasif sama aja admin lieur. Yang beda, dengan stelsel pasif
> > tionghoa2 yang nggak ngerti urusan banyak yang dobel
> > kewarganegaraannya,
> > dengan stelsel pasif, tionghoa2 yang nggak ngurus  banyak yang jadi
> > stateless.
> >
> > Mendingan mana? ya nggak ada mendingnya, tetep aja kudu diurus,
> > heheheh.
> >
> > Keamanan negara, kali maksudnya negara nggak mau direpotin sama
> > pendatang haram itu kali, bukan keamanan dalam hal ribut ribut atau
> > rusuh rusuh kali ya. Tanya aja ama yang ngomong, apa maksudnya tuh
> > keamanan negara.
> >
> >
> >
> >
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <gsuryana@>
> > wrote:
> >>
> >>
> >> http://indolobby.blogspot.com
> >>   ----- Original Message ----- 
> >>
> >>   Neng Uli yb,
> >>   Alasan keamanan negara, ... dan oleh karena perlu dikeluarkan
> > SBKRI, menurut saya juga satu alasan yang dibuat-buat. Coba pikirkan,
> > demi keamanan negara, lebih baik ngurusin WNI lebih banyak atau
> > ngurusin WNA lebih banyak? Orang ketika berhak dan diberi kebebasan
> > memilih WNI atau WNA, yang jadi masalah yang satu stelsel pasif, akan
> > lebih banyak TIonghoa jadi WNI. Sedang yang lain stelsel aktif, akan
> > lebih banyak Tionghoa jadi asing atau stateless, karena mereka tidak
> > ambil pusing dengan keharusan memilih untuk miliki SBKRI.
> >>
> >>   Kalau yang stelsel pasif sesuai dengan UU No.3/1946, semua
> > Tionghoa yang lahir di Indonesia serempak menjadi Bangsa Indodnesia,
> > kecuali mereka yang menolak dengan gunakan hak repudiatie 2 X 2 tahun
> > yang diberikan. Dan masalah kaewarganegaraan RI sudah dinyatakan
> > selesai di tahun 50. Bagi mereka yang oleh bung Martin sekalipun
> > dikatakan buuaaanyak yang ingin jadi WNA, ya bisa gunakanlah hak
> > repudiatie itu untuk tetap jadi WNA. Dengan stelsel pasif demikian
> > ini, tentu sangat memudahkan bagi admin pemerintah ketika itu yang
> > masih terbelakang.
> >>
> >>   Sebaliknya, setelah dirubah jadi stelsel aktif, TIonghoa baru
> > menjadi WNI setelah menolak WN-Tiongkok dan sumpah setia pada RI
> > didepan pengadilan, ... akan membuat lebih buuuaaaanyaaak Tionghoa
> > seketika jadi asing atau diperlakukan stateless. Yang menjadi WNA
> > tetap juga harus melapor dan dapatkan STDM (Surat Tanda Melapor Diri,
> > pertahankan WN-Tiongkok), sedang bagi yang mau jadi WNI jadi lebih
> > repot, harus lebih dahulu menolak WN-Tiongkok dan sumpah setia pada
> > RI didepan Pengadilan Negeri untuk dapatkan SBKRI. Dan, ... kenyataan
> > selama 1/2 abad ini telah menghantui banyak TIonghoa, sekalipun sudah
> > 3 X tidak diberlakukan tetap saja Tionghoa dirongrong SBKRI.
> >>   +++++++
> >>
> >>   Agar permasalahan SBKRI bisa dilihat dengan jernih, mau tidak mau
> > kita harus melihat beberapa faktor.
> >>
> >>   Sejak jaman Belanda tatacara ketatanegaraan sudah terbagi dalam
> > beberapa kelompok ( rasialis dan diskriminasi ), hal ini tidak
> > terjadi di Indonesia saja, sampai tahun 66 an seorang Bruce Lee
> > merasakan diskriminasi di Amerika, sampai di tendang kiri kanan ( di
> > kelompok imigran Tionghoa ditendang karena dianggap membuka rahasia
> > ilmu bela diri RRT, di bule kena depak karena mata sipit ).
> >>   Di Indonesia bisa dibilang sedikit berbeda, dimana pada awalnya
> > Indonesia menjadi salah satu tempat pelarian imigran dari RRT
> > sehingga tidak sedikit WNA masuk ke Indonesia.
> >>   Dan untuk mengatasi ini, sistim pendataan warganegara mau tidak
> > mau diciptakan, dengan salah satunya SBKRI.
> >>   Hal ini masih terus berlangsung sampai setelah keluarnya PP10,
> > dimana imigran dari RRT masih terus berdatangan ke seantero negara
> > karena kondisi di RRT yang masih tidak stabil.
> >>   Dan bertambah parah ketika gang 4 menguasai pemerintahan RRT,
> > sehingga imigran Tionghoa masih terus keluar mencari kehidupan yang
> > lebih baik, salah satu negara yang masih menarik adalah Indonesia,
> > dimana imigran gelap masih terus berdatangan ( beda dengan manusia
> > perahu Vietnam yang masih mampu diatasi dengan disediakan fasilitas
> > di pulau Galang, maka imigran Tionghoa masuk kebanyak wilayah
> > Indonesia dan sulit di data keberadaannya, karena ada nya dukungan
> > dari Tionghoa Indonesia yang sudah menjadi warga negara Indonesia. )
> >>   Sampai tahun 80-an bisa dibilang imigran RRT masih terus menyebar
> > ke banyak wilayah di dunia, dan begitu terjadi perubahan drastis di
> > RRT ditambah kondisi Indonesia yang masih merangkak ber reformasi,
> > maka imigran dari RRT bisa dibilang sudah berkurang banyak ( yang
> > datang malah imigran perempuan untuk menjadi......).
> >>   Jadi SBKRI bukan saja salah satu solusi untuk menahan pendatang
> > gelap dari RRT, juga untuk menangkal masuknya Komunis melalui imigran
> > ( dalam hal ini mau tidak mau SBKRI menjadi salah satu faktor yang
> > harus dilakukan pemerintah untuk menahan Komunisme ala Tiongkok ).
> >>
> >>   Bagi etnis Tionghoa Indonesia baik yang sudah memiliki SBKRI
> > maupun yang tidak punya, umumnya tidak mau tahu dan tidak mau sadar
> > melihat sudut pandang pemerintah pada saat itu.
> >>
> >>   Saat ini karena Indonesia masih merangkak, maka SBKRI dalam kurun
> > waktu 10 tahun mengalami perubahan mendasar, dimana hasilnya
> > adalah 'pemerintah' mengalah dengan merubah tatacara mendapatkan
> > SBKRI.
> >>   Apakah dengan yang sudah dilakukan oleh pemerintah saat ini (
> > 1999 sd 2008 ), masih juga dianggap melakukan diskrimasi ?, lalu
> > solusi apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk para
> > pendatang haram ?
> >>   Bagaimana dengan pendatang haram dari Afrika ( umumnya mangkal di
> > daerah Tanah Abang ), apakah SBKRI dianggap hanya alat diskrimasi
> > pemerintah  terhadap etnis Tionghoa Indonesia ?
> >>
> >>   Bagaimana nanti begitu Indonesia sudah stabil dan pendatang haram
> > masuk lagi ke Indonesia, apa Tionghoa Indonesia yang sudah lama rela
> > untuk di 'diskriminasi' lagi ?
> >>   Siapa yang peduli dengan Cina Peranakan semodel aku ?, di
> > Indonesia dianggap cina, sedang bagi RRT di sebut fankwie, siapa yang
> > mau membela aku ?
> >>
> >>   Mohon di ingat kasus SBKRI disebabkan pendatang haram dari RRT
> > setelah tahun 1900 an, dan bagi cina peranakan yang sudah lebih
> > dahulu datang dan ber baur akibatnya mengalami diskriminasi 2 kali,
> > alias dimata pemerintahan dianggap cina, sedang bagi Tionghoa
> > dianggap fankwie, siapa yang benar benar dirugikan oleh ada nya
> > SBKRI ?
> >>
> >>   Mohon jangan menulis bahwa Tionghoa totok tidak melakukan
> > diskrimasi kepada cina peranakan, saat ini di Binus ( Universitas
> > cukup populer ) saja masih ada rasialisme yang dilakukan oleh
> > mahasiswa Tionghoa, putriku masih mengalaminya belum lama ini, dimana
> > karena masuk sastra Jepang sedang Tionghoa Indonesia masuk sastra
> > Mandarin dan mengejek fankwie ke  pada teman putriku. ( aku sampai
> > menyuruh gaplok semua mahasisa Tionghoa yang seenaknya mengatai teman
> > putriku ), dan bila sampai naik kepermukaan aku tinggal minta tolong
> > pak JS yang punya banyak balad/hopeng :op
> >>
> >>   Sekali sebuah negara berdaulat tidak memiliki tameng untuk
> > menahan imigran gelap, maka pada akhirnya akan hilanglah kedaulatan
> > negara tersebut.
> >>
> >>   Dan bagi Tionghoa Indonesia yang tidak memiliki SBKRI ( jujur
> > saja jumlahnya bisa juta an jiwa ), apakah mereka di tindas ?, bila
> > memang di tindas mengapa tidak ada berita semodel falun gong ?, FG
> > saja yang di tekan RRT dan di tuduh sudah melanggar hak asasi manusia
> > sampai 300 ribuan sudah mendunia, mengapa Indonesia yang men
> > diskriminasi kan juta an Tionghoa Indonesia tidak banyak yang
> > peduli ? ( malah yang peduli lebih fokus ke kasus perkosaan Mei yang
> > akibatnya kasus Mei menjadi tertutup untuk di proses hukum ).
> >>
> >>   Indonesia yang memiliki masyarakat heterogen, masih menapak maju,
> > sedang Amerika saja yang sudah mapan masih dipusingkan oleh imigran
> > Meksiko, demikian juga dengan Malaysia yang sudah mapan dipusingkan
> > oleh imigran melayu Indonesia yang jumlahnya jutaan, apakah Malaysia
> > tidak boleh membuat peraturan yang berbau diskrimasi terhadap
> > pendatang haram dari Indonesia ?....
> >>
> >>   Haiyyaaaaaaa........................kasihan si SBKRI, sejak dulu
> > selalu jadi kerikil, sepertinya harus ada ruwatan nasional untuk di
> > baptis ulang dan ganti nama menjadi SKBPH ( Surat Keterangan Bukan
> > Pendatang Haram )
> >>
> >>   sur.
> >>
> >
> >
> >
> > ------------------------------------
> >
> > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> >
> > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
> >
> > .: Pertanyaan? Ajukan di
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> >
> > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> >
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
>


Kirim email ke