Pak Suryasmoro,
Terima kasih atas informasinya, nanti saya coba cari buku tsb.
 
Salah satu informasi tentang Pater Beek ini ada di buku <Tionghoa dalam Pusaran 
Politik> tulisan Benny G. Setiono, di situ dituliskan:
 
{begin}      "... Ternyata dalam aksi-aksi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI 
menentang PKI dan kemudian Presiden Soekarno, besar sekali peranan seorang 
rohaniawan Katolik (Pater) yang bernama Joop Beek. Pater Beek menurut 
pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi otak dan konseptor 
pendongkelan Presiden Sukarno karena ia sangat membenci komunisme. Menurutnya 
sebagai orang Katolik ia sangat membenci komunisme, karenanya seluruh 
sekutu-sekutu komunis dan unsur-unsur kiri harus dilawan dan dihancurkan, 
termasuk Presiden Sukarno yang dianggapnya sangat dekat dengan PKI. Jadi tujuan 
akhirnya adalah penggulingan Presiden Sukarno, melalui aksi-aksi mahasiswa dan 
kerja sama dengan militer.
     Malahan menurut Jos Hagers dalam artikelnya di harian Belanda De Telegraaf 
tanggal 20 Juli 1993, Pater Joop Beek adalah otak kudeta 1965 yang bertujuan 
untuk memancing perebutan kekuasan oleh Jendral Soeharto dan memungkinkan 
pendongkelan Presiden Sukarno.
     Selanjutnya dinyatakan bahwa Pater Beek mempunyai pengaruh besar terhadap 
kalangan mahasiswa. Apapun akan ditempuhnya asal Indonesia tidak jatuh ke 
tangan komunis. Ia juga yang kelak berperan mendirikan CSIS dan menjadi 
otaknya. Namun sejak 1981 Pater Beek mulai kehilangan peranannya dan kemudian 
tersingkir. Kepada Oei Tjoe Tat, Pater Beek juga mengaku terus terang, bahwa ia 
sangat menyesal dan kecewa ikut mendongkel Presiden Sukarno, karena 
pemerintahan penggantinya yang dipimpin Soeharto ternjata jauh lebih jelek dari 
perkiraannya, bahkan lebih jelek dari pemerintahan Sukarno. Itu sebabnya ia 4 
kali ziarah ke makam Bung Karno untuk mohon ampun atas segala dosa-dosanya. 
Setelah sakit keras Pater Beek meninggal dunia pada 1983 di Singapura.
...
   Sementara itu para tokoh peranakan Tionghoa yang pada umumnya berkerumun di 
sekitar Partai Katholik/PMKRI/LPKB di bawah koordinasi Pater Beek dan dukungan 
Mayjen Ali Moertopo dan Mayjen Soedjono Hoemardani - keduanya pimpinan Operasi 
Chusus (Opsus) dan Asisten Pribadi (Spri/Aspri) Presiden Soeharto - pada 1 
September 1971 mendirikan Centre for Strategic and International Studies 
(CSIS). Lembaga inilah yang dijadikan "think tank", peletak dasar konsep 
pemerintahan dan kebijaksanaan politik Orde Baru. ...''   {end}
 
Dari tulisan di atas, tidak jelas apakah Pater Beek, selain membenci 
komunisme, juga membenci kebudayaan Tionghoa. Mungkin saja ia juga membenci 
kebudayaan Tionghoa. Atau mungkin ia bergabung dengan kelompok agama dan 
tentara (yang kurang suka kebudayaan Tionghoa), karena mempunyai musuh yang 
sama (kelompok komunis).
 
Yang sering dipermasalahkan di sini adalah konsep asimilasi yang didukung oleh 
orang2 LPKB versus integrasi yang didukung oleh Baperki. Masalah ini juga yang 
"sedang diributin" sekarang ini.
 
Konsep asimilasi dianggap 'menghilangkan budaya Tionghoa' sehingga banyak orang 
yang menganggap orang2 LPKB (termasuk orang2 CSIS) anti kebudayaan Tionghoa.
Berikut adalah beberapa item dalam Piagam Asimilasi 16 Jan 1961 (perhatikan 
yang diketik dengan huruf besar):
 
{begin}  Dalam hubungan masalah WNI "Keturunana Tionghoa" asimilasi berarti 
masuk dan diterimanya orang-seorang yang berasal keturunan Tionghoa ke dalam 
tubuh bangsa (nation) Indonesia tunggal sedemikian rupa sehingga akhirnya 
GOLONGANNYA SEMULA YANG KHAS TAK ADA LAGI.
...
Bertekad untuk menyatukan diri dengan rakyat Indonesia keseluruhannya sebagai 
orang Indonesia sejati dan patriotik, tidak menyetujui dan menghilangkan sikap 
dan tindakan yang bertentangan dengan tekad ini.
Konsekwensinya adalah MENINGGALKAN GOLONGAN KETURUNAN TIONGHOA DAN TIDAK INGIN 
MEMPERTAHANKAN GOLONGAN TERSEBUT SEBAGAI GOLONGAN. {end}
 
"Kekesalan" terhadap orang2 CSIS (dan Pater Beek) juga terjadi pada teman2 
Muslim. Berikut adalah contoh tulisan tentang Pater Beek:
http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M
 
Juga ada tulisan (yang katanya) ditulis oleh George J. Aditjondro:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/03/06/0161.html

salam,
KH
 

--- On Fri, 10/3/08, suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan 
pemberangusan budaya/agama tionghoa ?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 10:30 PM











Sahabat, saya sangat senang dengan topik Pater Beek ini. Saya sungguh berterima 
kasih bila teman-teman membeberkan bagaimana sejarahnya sehingga Pater Beek ini 
disebut otak dibelakang pemberangusan budaya tionghoa. 
Sekedar informasi, saya mengikuti milis lain bernama Roh Merto. Milis ini 
berisi para pastor (pendeta katolik) dan mantan calon pastor yang pernah studi 
di seminari (sekolah calon pastor) Mertoyudan, Magelang. Yang menarik, di milis 
ini sekarang juga sedang membicarakan Pater Beek, tapi dari sisi 
"kepahlawanannya" . Ditulis di milis itu:..... "Telah terbit dan telah 
diluncurkan buku Biografi Pater Joseph Beek SJ ( 1917-1983 ) "LARUT TETAPI 
TIDAK HANYUT ", yang ditulis oleh kawan kita alumni Merto JB. Sudarmanta. Buku 
telah diluncurkan bertepatan dengan peringatan 25 tahun wafatnya Pater Beek SJ 
di Girisonta tanggal 19 September 2008 yang disaksikan oleh sekitar 650 orang 
yang datang dari berbagai kota termasuk ujung barat nusantara yaitu Medan dan 
ujung timur dari Papua. Sebagai penanggap dan komentar buku biografi Pater Beek 
SJ; Romo Ageng Marwata SJ, Rektor / Kepala Yayasan Kolese de Britto Yogya/ Sek. 
eksekutif Sanata Dharma; Trias Kuncahyono dan
 Harry Tjan Silalahi. Siapakah Pater Beek dan apakah Khasebul ? Silahkan baca 
dan miliki buku Biografi Pater Joseph G. Beek SJ yang diterbikan oleh Penerbit 
Obor Jakarta..... " 
    Sahabat, karena aku peneliti, kesaksian teman-teman tionghua yang merasa 
menjadi korban Pater Beek sangat bermakna bagiku. Saya sangat mendukung bila 
teman dari milis budaya tionghua ikut meresensi buku itu baik di milis ini 
maupun di media. Jadi, mohon diskusinya dilanjutkan. ..
Terima 
 

 

. 
 














      

Reply via email to