Narasumber dari sisi Muslim silakan baca:

"Orde Baru, Freemason dan Pater Beek

35 Tahun Sejarah Latar Belakang Politik dan Intelejen Indonesia di 
bawah Soeharto (Orde Baru) oleh John Helmi Mempi - Umar Abduh"

http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M

Salam

Danardono






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Pak Suryasmoro,
> Terima kasih atas informasinya, nanti saya coba cari buku tsb.
>  
> Salah satu informasi tentang Pater Beek ini ada di buku <Tionghoa 
dalam Pusaran Politik> tulisan Benny G. Setiono, di situ dituliskan:
>  
> {begin}      "... Ternyata dalam aksi-aksi mahasiswa yang tergabung 
dalam KAMI menentang PKI dan kemudian Presiden Soekarno, besar sekali 
peranan seorang rohaniawan Katolik (Pater) yang bernama Joop Beek. 
Pater Beek menurut pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi 
otak dan konseptor pendongkelan Presiden Sukarno karena ia sangat 
membenci komunisme. Menurutnya sebagai orang Katolik ia sangat 
membenci komunisme, karenanya seluruh sekutu-sekutu komunis dan unsur-
unsur kiri harus dilawan dan dihancurkan, termasuk Presiden Sukarno 
yang dianggapnya sangat dekat dengan PKI. Jadi tujuan akhirnya adalah 
penggulingan Presiden Sukarno, melalui aksi-aksi mahasiswa dan kerja 
sama dengan militer.
>      Malahan menurut Jos Hagers dalam artikelnya di harian Belanda 
De Telegraaf tanggal 20 Juli 1993, Pater Joop Beek adalah otak kudeta 
1965 yang bertujuan untuk memancing perebutan kekuasan oleh Jendral 
Soeharto dan memungkinkan pendongkelan Presiden Sukarno.
>      Selanjutnya dinyatakan bahwa Pater Beek mempunyai pengaruh 
besar terhadap kalangan mahasiswa. Apapun akan ditempuhnya asal 
Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Ia juga yang kelak berperan 
mendirikan CSIS dan menjadi otaknya. Namun sejak 1981 Pater Beek 
mulai kehilangan peranannya dan kemudian tersingkir. Kepada Oei Tjoe 
Tat, Pater Beek juga mengaku terus terang, bahwa ia sangat menyesal 
dan kecewa ikut mendongkel Presiden Sukarno, karena pemerintahan 
penggantinya yang dipimpin Soeharto ternjata jauh lebih jelek dari 
perkiraannya, bahkan lebih jelek dari pemerintahan Sukarno. Itu 
sebabnya ia 4 kali ziarah ke makam Bung Karno untuk mohon ampun atas 
segala dosa-dosanya. Setelah sakit keras Pater Beek meninggal dunia 
pada 1983 di Singapura.
> ...
>    Sementara itu para tokoh peranakan Tionghoa yang pada umumnya 
berkerumun di sekitar Partai Katholik/PMKRI/LPKB di bawah koordinasi 
Pater Beek dan dukungan Mayjen Ali Moertopo dan Mayjen Soedjono 
Hoemardani - keduanya pimpinan Operasi Chusus (Opsus) dan Asisten 
Pribadi (Spri/Aspri) Presiden Soeharto - pada 1 September 1971 
mendirikan Centre for Strategic and International Studies (CSIS). 
Lembaga inilah yang dijadikan "think tank", peletak dasar konsep 
pemerintahan dan kebijaksanaan politik Orde Baru. ...''   {end}
>  
> Dari tulisan di atas, tidak jelas apakah Pater Beek, selain 
membenci komunisme, juga membenci kebudayaan Tionghoa. Mungkin 
saja ia juga membenci kebudayaan Tionghoa. Atau mungkin ia bergabung 
dengan kelompok agama dan tentara (yang kurang suka kebudayaan 
Tionghoa), karena mempunyai musuh yang sama (kelompok komunis).
>  
> Yang sering dipermasalahkan di sini adalah konsep asimilasi yang 
didukung oleh orang2 LPKB versus integrasi yang didukung oleh 
Baperki. Masalah ini juga yang "sedang diributin" sekarang ini.
>  
> Konsep asimilasi dianggap 'menghilangkan budaya Tionghoa' sehingga 
banyak orang yang menganggap orang2 LPKB (termasuk orang2 CSIS) anti 
kebudayaan Tionghoa.
> Berikut adalah beberapa item dalam Piagam Asimilasi 16 Jan 1961 
(perhatikan yang diketik dengan huruf besar):
>  
> {begin}  Dalam hubungan masalah WNI "Keturunana Tionghoa" asimilasi 
berarti masuk dan diterimanya orang-seorang yang berasal keturunan 
Tionghoa ke dalam tubuh bangsa (nation) Indonesia tunggal sedemikian 
rupa sehingga akhirnya GOLONGANNYA SEMULA YANG KHAS TAK ADA LAGI.
> ...
> Bertekad untuk menyatukan diri dengan rakyat Indonesia 
keseluruhannya sebagai orang Indonesia sejati dan patriotik, tidak 
menyetujui dan menghilangkan sikap dan tindakan yang bertentangan 
dengan tekad ini.
> Konsekwensinya adalah MENINGGALKAN GOLONGAN KETURUNAN TIONGHOA DAN 
TIDAK INGIN MEMPERTAHANKAN GOLONGAN TERSEBUT SEBAGAI GOLONGAN. {end}
>  
> "Kekesalan" terhadap orang2 CSIS (dan Pater Beek) juga terjadi pada 
teman2 Muslim. Berikut adalah contoh tulisan tentang Pater Beek:
> http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M
>  
> Juga ada tulisan (yang katanya) ditulis oleh George J. Aditjondro:
> http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/03/06/0161.html
> 
> salam,
> KH
>  
> 
> --- On Fri, 10/3/08, suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang 
gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Friday, October 3, 2008, 10:30 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Sahabat, saya sangat senang dengan topik Pater Beek ini. Saya 
sungguh berterima kasih bila teman-teman membeberkan bagaimana 
sejarahnya sehingga Pater Beek ini disebut otak dibelakang 
pemberangusan budaya tionghoa. 
> Sekedar informasi, saya mengikuti milis lain bernama Roh Merto. 
Milis ini berisi para pastor (pendeta katolik) dan mantan calon 
pastor yang pernah studi di seminari (sekolah calon pastor) 
Mertoyudan, Magelang. Yang menarik, di milis ini sekarang juga sedang 
membicarakan Pater Beek, tapi dari sisi "kepahlawanannya" . Ditulis 
di milis itu:..... "Telah terbit dan telah diluncurkan buku Biografi 
Pater Joseph Beek SJ ( 1917-1983 ) "LARUT TETAPI TIDAK HANYUT ", yang 
ditulis oleh kawan kita alumni Merto JB. Sudarmanta. Buku telah 
diluncurkan bertepatan dengan peringatan 25 tahun wafatnya Pater Beek 
SJ di Girisonta tanggal 19 September 2008 yang disaksikan oleh 
sekitar 650 orang yang datang dari berbagai kota termasuk ujung barat 
nusantara yaitu Medan dan ujung timur dari Papua. Sebagai penanggap 
dan komentar buku biografi Pater Beek SJ; Romo Ageng Marwata SJ, 
Rektor / Kepala Yayasan Kolese de Britto Yogya/ Sek. eksekutif Sanata 
Dharma; Trias Kuncahyono dan
>  Harry Tjan Silalahi. Siapakah Pater Beek dan apakah Khasebul ? 
Silahkan baca dan miliki buku Biografi Pater Joseph G. Beek SJ yang 
diterbikan oleh Penerbit Obor Jakarta..... " 
>     Sahabat, karena aku peneliti, kesaksian teman-teman tionghua 
yang merasa menjadi korban Pater Beek sangat bermakna bagiku. Saya 
sangat mendukung bila teman dari milis budaya tionghua ikut meresensi 
buku itu baik di milis ini maupun di media. Jadi, mohon diskusinya 
dilanjutkan. ..
> Terima 
>  
> 
>  
> 
> .
>


Kirim email ke