Ya, kalau kita pikir-pikir kembali, ditahun-tahun 60-an itu, sebelum G30S tahun 65 , begitu dekat dan akrabnya persahabatan kedua rakyat, Indonesia dan Tiongkok, saya sampai terheran-heran pertama kali menginjakkan kaki di Beijing September tahun 65, saat pertunjukan kesenian seringkali kita bisa dengar penyanyi setempat menyanyikan "Rayuan Pulau Kelapa", "Sing Sing so", "Butet", "Ayo Mama", "Burung Kaka-tua", ... tapi sekarang malah tiada lagu-lagu populer Indonesia yang dikenal. Mengapa, ya?
Salam, ChanCT ----- Original Message ----- From: Edith Koesoemawiria To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 07, 2008 7:02 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Hendarmin Susilo - Kecintaannya Pada Musik Khas Indonesi > Masyarakat setempat tanpa diduga telah mengenal beberapa lagu khas daerah, kerna memang > pernah dibawakan pada saat acara pertukaran budaya masa pemerintahan Presiden Soekarno. > Siapa yang menduga, sudah ada 99 lagu-lagu khas daerah Indonesia yang sudah diterjemahkan ke > dalam bahasa Mandarin pada waktu itu. Tambahan cerita kecil ttg ini: tahun lalu seorang teman Tionghua tiba2 mendatangi saya dan bercerita mau pulang kampung jenguk ortunya. Dia ingin bawakan oleh2 yang khas. Lalu karena dia tahu saya tahun kemarin beruntung bisa banyak pulang ke indonesia. dia titip koleksi lagu indonesia. saya tak terbayang musik indonesia yang gimana, kan banyak macamnya dan minta dia nyanyikan beberapa. ternyata lagunya itu: bengawan solo, halo2 bandung dalam bahasa dia. dia cerita, ibunya dulu waktu dia kecil, kalau me-nimang2 dia suka menyanyikan lagu2 itu. isinya mungkin beda, tapi lagunya sama. dia bilang, ibunya tahun 55 ikut delegasi ke indonesia dan belajar lagu2 itu.:-) -------- Original-Nachricht -------- > Datum: Tue, 7 Oct 2008 17:24:21 +0800 > Von: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED]> > An: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED]> > Betreff: [budaya_tionghua] Hendarmin Susilo - Kecintaannya Pada Musik Khas Indonesi > Hendarmin Susilo > > Kecintaannya Pada Musik Khas Indonesia Menjadikan Seorang Pengusaha > > > > Begitu Besar perhatian pada lagu-lagu dan karya cipta para seniman > Indonesia.. > > > > Bagi mereka yang mempunyai hobby terhadap satu hal, mungkin ada baiknya > belajar dari seorang Hendarmin Susilo. Bagaimana tidak, dari hobby yang > dilakukannya, kini menuai kesuksesan. Apa hobby-nya hingga bisa seperti sekarang > ini, SINERGI INDONESIA beberapa waktu lalu sempat berbincang-bincang > dengannya. > > "Memang sudah sejak masih remaja saya sangat gemar mendengarkan musik, > apalagi musik tradisionil Indonesia,"cerita Hendarmin tentang hobby yang > dilakukannya. Kemudian dirinya berpikir, kira-kira apa yang bisa dilakukan > dari hobby. > > Pada tahun 1970, dirinya mencoba dengan mendirikan perusahaan rekaman > musik bernama Hins Collention. Langkah awal yang dilakukan dengan merekam lagu > rakyat Indonesia, keroncong dan lagu perjuangan. > > Kenapa lagu demikian? Karena dalam pandangan Hendarmin, lagu-lagu > tersebut mempunyai arti dan kesan yang mendalam untuk dirinya, juga karena rasa > prihatinnya pada lagu-lagu daerah yang susah didapatkan. Walaupun dirinya > sekolah Tionghoa, pelajaran kesenian diberikan, dengan membawakan lagu-lagu > cinta tanah air (lagu Perjuangan). > > "Saya masih ingat betul bagaimana guru mengajarkan sikap kita dalam > membawakan dan menghayati sebuah lagu," demikian Hendarmin pria kelahiran > Jakarta menceritakan kenangan masa kecilnya. > > Dalam perjalanan waktu, pada tahun 1982, selesai membuat album rekaman > perdana Idris Sardi dan Marini, yang tak lain sahabat karibnya. Dari > persahabatan dengan Idris Sardi, membawa Soe Sien Ming, nama Tionghoa Hendarmin, > untuk lebih serius dalam usaha bisnis rekaman. > > Kepada sahabatnya ini, ia menceritakan keinginan yang belum terwujud, > yaitu agar lagu-lagu Indonesia di kenal di mancanegara dan musik keroncong > dapat menjadi duta musik khas Indonesia. > > Maka atas saran Idris Sardi, perusahaan berganti nama menjadi Gema Nada > Pertiwi (GNP). Nama ini cocok sekali dengan cita-citanya. > > Dua tahun kemudian, GNP merekam lagu Gesang, yang sebelumnya sudah > mengadakan pendekatan dan mengunjungi seniman ini sejak tahun 1980. > > Kesuksesan > > Untuk meraih kesuksesan akhirnya muncul juga. Ini berawal ketika pada > tahun 1996, kenalannya yang bernama Yao Zhong, dari Shanghai Singer Club, > menyampaikan undangan pemerintah Tiongkok untuk mengadakan show di Shanghai. > Dengan penuh keyakinan, undangan itu tidak ditampik. Untuk menyukseskan acara > show, Hendarmin menggandeng Gesang, Waljinah, Iin, Harry dan beberapa > penyanyi lainnya, dengan mengusung tema "Malam Bengawan Solo". > > (Hendarmin Susilo Bersama Gesang dan Waljinah. Foto: dok.pri) > > > > Ternyata acara yang berlangsung selama 2 hari tersebut, mendapat sambutan > luar biasa dari masyarakat di Shanghai. Masyarakat setempat tanpa diduga > telah mengenal beberapa lagu khas daerah, kerna memang pernah dibawakan pada > saat acara pertukaran budaya masa pemerintahan Presiden Soekarno. Siapa > yang menduga, sudah ada 99 lagu-lagu khas daerah Indonesia yang sudah > diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin pada waktu itu. > > Dari Shanghai, membuka peluang bagi sosoknya untuk terus berkarya, karena > menurut pandangan anak sulung dari 4 bersaudara ini, musik adalah bahasa > Universal antar berbagai ras dan bangsa yang berbeda. Semua orang dapat > menikmatinya, walau pun kadang tidak mengerti maksud dan lirik lagu tersebut. > > Keuntungan vs Idealis > > Keuntungan dan kerugian selalu menyertai di dalam bisnis, namun Hendarmin > mempunyai pemikiran bahwa berkarya dengan dilandasi semangat idealisme dan > keyakinan adalah sebuah tabungan dan warisan budaya untuk anak cucu. > Apalagi jika melihat pemerintah yang belum menyediakan wadah bagi kegiatan yang > mendorong berkembangnya lagu-lagu nasional. > > Tak salah kiranya bagi pria kelahiran tahun 1945 ini untuk kembali membuat > lagu-lagu perjuangan yang bernuansa pratriotisme dan nasionalisme ini ke > dalam bahasa Mandarin, yang lalu membagi produknya dalam beberapa kategori. > > Dalam mengembangkan bisnisnya, dirinya menerapkan pola subsidi silang > yakni dari karya dan produk yang menghasilkan keuntungan, dengan proyek > idealisnya yang mendapat dukungan penuh dari jajaran direksi GNP. > > Penghargaan > > Buah kerja keras dari Hendarmin ternyata tidak sia-sia. Kepeduliannya pada > musik khas Indonesia dihargai berbagai kalangan. > > Karya-karya suami dari Herlina ini membuahkan penghargaan baik dari dalam > negeri maupun mancanegara. Tercatat antara lain Pengharagaan Rekor Muri > dalam kategori memecahkan rekor paduan suara sebanyak 1400 orang; Album > rekaman Gesang, yang diakui sebagai seniman tertua usia 85 tahun ini, masuk dapur > rekaman; Membuat serial Komponis Nasional Gesang, lengkap dengan not angka > dan not balok dalam bahasa Jawa dan Indonesia; Lagu Bengawan Solo dibuat 4 > album dalam berbagai versi; Penerbit Musik Pertiwi yang membukukan 44 > karya lagu dan kisah dibalik lagu tersebut dilengkapi dengan foto-fotonya; > Penghargaan dari Perpustakaan Nasional, HNMKRI Jawa Tengah, Yogyakarta; > Penganugerahan gelar bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat, dengan nama > KRT Langen Hartono, diberikan kepada Hendarmin, yang sekarang duduk sebagai > Presiden Komisaris GNP, atas sumbangsihnya terhadap seni dan budaya asli > Indonesia (Jawa). Serta Penghargaan International Award (Budapest) dari Arab > Trophy, dan lain-lain. > > Satu karya lainnya adalah mengkolaborasikan dua Orkestra dari dua benua > dari bangsa yang berbeda, yaitu Shanghai Opera Academy Chorus dengan Yogya > Academy orchest, pimpinan Moordiana. > > > > (Hendarmin Susilo Bersama Raja Keraton Solo. Foto: dok.pri) > > > > Disamping menjalankan roda bisnisnya, Hendarmin juga aktif di beberapa > organisasi dan kegiatan sosial. Salah satu kegiatan sosial misalnya dapat > menyelesaikan permasalahan perselisihan di Asiri, dengan mengupayakan agar buah > karya para seniman dihargai atau dapatkan royalti Gesang dari pemerintahan > Jepang, juga mendirkan Yayasan Gesang. > > Sejak awal tahun 2008, bersama putrinya Sufeni membuat lagu untuk > anak-anak, dengan memperkenalkan kembali pada lagu-lagu khas daerah dan lagu > perjuangan. Hal ini dilakukan karena Herdarmin merasa prihatin, sekarang tidak > terdengar lagi lagu-lagu Bangun Tidur, Satu-satu, Pelangi. Justru ada > anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa seperti lagu kelompok band Ungu, Peterpan > dan sebagainya. > > Kini setelah kurang lebih 38 tahun bergelut dalam dunia rekaman, tanggung > jawab perusahaan di pegang oleh putri pertamanya Sufeni dan adiknya. Kakak > beradik ini telah merampungkan sebuah album Cinta Tanah Air, yang > dinyanyikan oleh artis dari tiga generasi. > > Semangat, dedikasi dan kerja kerasnya dalam berbisnis, tak sedikit yang > memandang sinis terhadap dirinya. Tapi hal itu tidak melunturkan semangat > kakek dari 5 orang cucu ini untuk terus berkarya. Dirinya sangat bersyukur > dapat memberikan sumbangsihnya bagi negeri ini, yang merupakan bagian dari > visi dan misi dalam hidupnya. Sukses selalu Pak ! (MAM) > > > > > > ------------------------------------ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 2008/10/3 _U__ 06:17