Rekan-rekan, 

Belakangan ini banyak rekan-rekan yang mulai mencoba mencari nama leluhur, ada 
juga yang mencari bantuan untuk bisa menuliskan huruf Tionghoa dari namanya 
atau nama anaknya dll. 
Hal ini menunjukkan, bahwa orang mulai sadar akan pentingnya jati diri. 

Pernah saya usulkan, agar semua orang Tionghoa minimal mempunyai catatan huruf 
Tionghoanya dari nama sendiri dan keluarga. 

Prof. Leo Suryadinata, ahli Asia Tenggara di Singapore, yang juga kelahiran 
Indonesia, menganjurkan segera kembali mengenal sne atau marganya sendiri. Sne 
tak dapat diganti, karena itu menunjukkan diri kita yang benar, dari mana kita 
berasal? Jadi harus dikembalikan duluan sebelum nama. Misalnya orang yang sne 
Tan, nama Indonesianya Suryana, maka kembalikan dulu menjadi Suryana Tan, kalau 
mengganti nama seluruhnya masih was-was, karena hari depan yang kurang menentu. 

Secara umum diantara kita banyak yang mampu menulis huruf Tionghoa, jadi hal 
itu akan sangat mudah. Tapi dari segi teknik harus hati-hati, karena seperti 
telah saya katakan dalam nama Tionghoa apalagi sne Tionghoa  yang penting 
huruf. Kalau si penulis sembarangan, akan terjadi kekeliruan fatal. Sne yang 
besar akan semakin banyak, sne yang sedikit akan semakin habis. Lebih celaka 
menyuruh orang mengakui leluhur orang lain. Mengapa?

Contohnya ada orang yang mengaku sne Li/Lie, orang langsung ingat sne Li yang 
umum, beberapa waktu  yang lalu apalagi, ketika itu sne Li sedang jaya.  
Perdana Menteri Singapore Lee Kuan Yew sne Li, presiden Taiwan Lee Teng-hui, 
sne Li, dan perdana menteri RRT Li Peng sne Li.  Si pembantu yang diminta 
bantuan tanpa banyak tanya langsung menuliskan Li dari ketiga tokoh politik 
tersebut. Karena sne Li merupakan sne nomor satu dengan populasi terbanyak di 
Tiongkok, tentu saja kemungkinan benarnya cukup tinggi, tapi apakah pasti benar 
masih tanda tanya?

Sdr. Ophoeng pernah mengirim foto dari aliansi lima sne, salah satu dari pada 
lima sne itu adalah sne Li. Nah, kalau tidak hati-hati ini adalah sne Li yang 
berbeda. Sne Li yang hurufnya terdiri dari dua kou (mulut) bertumpuk 吕 (GB 
simplified 2312), bukan Li yang banyak itu, Li ini bukan Li yang banyak seperti 
disebut di atas, tapi Li yang Mandarinnya Lv, oleh OKT ditulis Lu dengan titik 
dua di atasnya, jadi tepat seperti Hanyu Pinyin sekarang, yaitu bunyi dalam 
Mandarin. Oleh Gan KL ,kalau tak salah, ditulis Li jadi sama dengan Li yang 
banyak, ada lagi penulis yang menulis Lu (mungkin saya salah ingat, bisa 
terbalik Gan KL Lu yang lain ada yang Li, Pak Ahmad mungkin bisa memberi 
membetulkan), salah satu sne Lv dalam cerita silat yang t erkenal adalah Lv Su 
Nio, zaman kaisar Yongceng. Nama dia sering ditulis Lu Si Nio, Li Su Nio, Lv Su 
Nio dll. yang dimaksud adalah sama,  Lv adalah Mandarin, Lu Hokkian logat 
Xiamen, dan Li Hokkian logat Zhangzhou,
 Leu adalah Hokkian logat Quanzhou. Eu nya dibaca eu seperti bahasa Sunda. 
Seperti pernah saya katakan, orang sne Lv ini tak perduli, mau ditulis apa 
selama huruf Tionghoanya benar 吕。 Demikian juga orang sne Li yang banyak, bisa 
Li, bisa Lie, bisa Lee, masa bodoh asal huruf Tionghoanya benar 李。 
Ini justru kekhususan nama Tionghoa. 

Ada contoh lain, di Tiongkok ada sne Tju, hanyu Pinyin Zhu 朱,yang kalau dibaca 
secara bunyi Mandarin, bunyinya maupun nadanya sama dengan zhu babi. Ada lagi 
sne Gou dalam Mandarin 苟,yang bunyinya maupun nadanya sama dengan gou anjing.  
Meskipun demikian sampai sekarang orang tak pernah ada yang mengejek snemu babi 
dan snemu  anjing. Sebab ejekan begitu bagi orang yang tahu, menunjukkan si 
pengejek yang bego. Tidak bisa menulis huruf Tionghoa!

Beberapa bulan yang lalu di surat kabar berbahasa Inggeris Straits Times 
Singapore ada berita, bahwa ratusan penduduk suatu kecamatan di Tiongkok, 
sepakat mengganti snenya menjadi Jing (Hokkian King) yang berarti hormat 敬, 
dengan menambahkan sedikit pada bagian belakang sne Gou yang asal. 

Alasan mereka mengganti itu bukan karena bunyi, tapi karena dulunya mereka sne 
Jing, tapi kebetulan leluhur sne Jing ini pernah dianggap melanggar oleh 
kaisar, maka dihukum dengan memenggal snenya dari Jing menjadi Gou. Karena 
sekarang, zaman sudah berubah , hukuman lamapun tak berlaku lagi, mereka 
ramai-ramai mengganti kembali snenya dari Gou ke Jing.

Saya tak pernah menemukan sne Gou di Indonesia, tapi sne Zhu/Tju banyak sekali. 
Meskipun demikian di Tiongkok barat banyak. Saya kenal keluarga sne Gou, ketika 
saya tanya mengapa tidak menjadi Jing, ia bilang dari dulu sne Gou itu sudah 
ada, karena hukuman ada  orang Jing menjadi Gou, sekarang mereka balik kembali 
itu urusan mereka, kami yang sne Gou asli tidak akan merubah sne kami. 

Ini suatu contoh, bahwa merubah sne itu tak dapat diterima, bahkan ada kaisar 
yang menghukum orang untuk mengganti sne, itu adalah penghinaan seluruh leluhur 
dan turunan, bukan hanya yang bersangkutan saja. 

Mencoba mendokumentasikan makam leluhur yang biasanya ada huruf Tionghoanya 
adalah hal yang baik, sebagai bahan untuk menelusur, marga anda yang benar. 

Semoga bermanfaat

Salam

Liang U






      

Kirim email ke