Dik Dewi, Tidak ada studi yang mengatakan demikian, kalau menurut saya tergantung orangnya saja. Ada orang dari golongan manapun yang lebih mementingkan keluarganya sendiri daripada keluarga isterinya, bukan khas kelompok Kheq. Pertanyaan kedua, memang ada gejala demikian, ini disebabkan orang tua selalu khawatir akan terjadi benturan budaya. Telah saya jelaskan beberapa kali, Kheq, Hokkian, Konghu dll adalah dari suku yang sama suku Han. Hanya karena tempat tinggal yang jauh dan transportasi yang sulit, akhirnya berkembang agak berbeda, baik dialeknya, kebiasaannya, adat istiadatnya dll. Tambahan lagi percampuran budaya dengan suku minoritas setempat, misalnya orang Yao, orang She. Sampai sekarang banyak dari suku bangsa She yang berdialek Kheq, artinya hubungan antara mereka dengan orang Kheq sangat dekat, karena itu percampuran budaya tak dapat dihilangkan. Dengan demikian logis kalau antara orang Kheq dan orang Hokkian terjadi perbedaan. Perkawinan campuran, sering menimbulkan bentrokan budaya, itulah yang ditakutkan orang tua, bisa antara kedua suami isteri, bisa antara menantu dan kedua mertua. Orang tua cenderung lebih konservatif terhadap budayanya. Tapi kalau kedua pihak bisa saling toleransi, hal ini tak menjadi masalah. Contohnya banyak anak yang sekolah di negara barat pulang membawa isteri orang putih. Mereka akur saja, begitu dibawa pulang tinggal bersama dengan orang tuanya mulai terjadi benturan budaya. Orang putih tak biasa tinggal dengan mertua, rasa menolak sudah mulai ada. Wanita putih yang sudah menikah tidak aneh kalau pergi dengan pria lain, sang mertua tak bisa terima mantunya begitu. Lalu benturan mulai terjadi. Si suami jadi bingung, buang isteri atau buang orang tua. Biasanya orang tua yang dibuang, ini budaya barat. Beberapa hari yang lalu di milis ini ada yang menceritakan orang tua menderita, karena meskipun anaknya banyak dan berhasil dalam bisnisnya, orang tuanya tinggal di rumah jompo. Ini biasa, karena meniru budaya barat. Anda semua akan mengalami itu kalau anak-anak dididik budaya barat tapi membuang budaya Konghucu, di mana kewajiban anak merawat orang tua menjadi salah satu yang wajib. Simon Peres, presiden Israel memuji tinggi sekali akan budaya Tionghoa dan ajaran Khong Hu Cu. Salam Liang U
--- On Sun, 11/9/08, Dewi Chandra <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Dewi Chandra <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Pria suku khe To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, November 9, 2008, 10:44 AM Hi all, Mau sharing aja, saya mendengar banyak cerita teman2x saya bahwa pria suku khe bila menikah dengan wanita suku "chinese" yang lain (misalnya hokkian ) lebih mengutamakan keluarganya sendiri.Tidak begitu peduli kelurga pihak istrinya Apa betul? Apa betul, orang khe akan lebihmenghargai/ lebih senang bila anaknya punya mantu suku khe juga?? Terima kasih Dewi Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!