Untuk menghargai Ibu Rina sebagai "pihak tamu". Untuk menghormati Gramedia sebagai "pihak luar". Dan untuk menghormati diri kita sendiri sebagai orang Tionghoa yang beradab dan bukan biadab, mungkin seharusnya topik mengenai buku Chinese Black Magic ini dikaji ulang dan ditempatkan pada perspektifnya yang lebih tepat.
Dan hal ini berarti menjadikan diskusi ini menjadi diskusi yang didasarkan pada "nalar" dan "fakta-fakta" dan bukan hanya didasarkan pada "naluri" atau "perasaan suka dan tidak suka" yang "asal bunyi". Hal penting pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan secara jelas apa sebenarnya yang menjadi keberatan kita dalam penerbitan buku ini. Selama ini alasannya masih simpang siur, ada yang mengesankan karena bukunya kurang bermutu (banyak kesalahan), ada yang mengesankan topiknya akan meningkatkan hujatan terhadap budaya Tionghoa, bahkan ada yang terkesan cuma mau "memfitnah" pihak Gramedia sebagai pihak yang secara sadar ingin merugikan orang/budaya Tionghoa. Jadi sebelum berusaha memperbaiki masalah yang seolah-olah hanya ada di pihak luar (dalam hal ini pihak Gramedia) sebaiknya kita mencoba memperbaiki diri kita sendiri lebih dulu, dan memikirkan secara jelas, apa sebenarnya alasan keberatan kita terhadap rencana penerbitan buku Chinese Black Magic ini. Misalnya alasannya adalah: Buku tentang black magic tidak mendidik, jadi buku black magic apapun apakah Chinese, Japanese, Vietnamese, Burmese dsb sebaiknya tidak diterbitkan Atau: Buku ini isinya fitnah, karena dalam budaya Tionghoa tidak ada black magic, yang ada hanya white magic, sweet magic, good magic, lovely magic dsb dst. Atau: Tema Chinese Black Magic-nya sendiri tidak apa-apa, tapi buku karangan Ong Hean-Tatt itu banyak errornya. Jadi sebaiknya menerbitkan buku Chinese Black Magic lain yang lebih terpercaya, atau semacam ensikopledia Chinese Black Magic lengkap dan akurat yang bisa dijadikan pegangan bagi para praktisi Chinese Black Magic dan bisa mendorong pertumbuhan Chinese Black Magic di Indonesia Atau: Penerbitan buku ini akan merugikan orang Tionghoa, karena akan meng-ekspose praktek black magic dalam lingkungan kami, padahal kami sedang gencar-gencarnya menipu diri sendiri dan menipu semua orang lain bahwa sama sekali tidak ada praktek black magic dalam lingkungan budaya kami. Atau: Penerbit sekaliber Gramedia seharusnya menerbitkan buku-buku yang isinya hanya menjilat sepatu orang Tionghoa saja sehingga bisa ikut meningkatkan pamor kami. Kalau isinya kurang menjilat, berarti buku-buku tersebut sampah dan mau sengaja memusuhi orang Tionghoa. Dan sebagainya dan seterusnya. Alasan ini perlu dirumuskan secara logis, jelas, dan transparan sebelum melakukan tindakan nyata ke luar, seperti mengirimkan surat protes ke Gramedia. Kalau surat protes dikirim asal saja tanpa alasan yang jelas, jangan-jangan hanya akan mencoreng muka kita sendiri, karena isinya hanya memamerkan sisi munafik orang Tionghoa. Ini saran saya. Dan buat yang mau mengalihkan topiknya dari "menghujat Gramedia" menjadi "menghujat Kurniawan", boleh marah-marah atau mencaci maki, tapi tolong saya jangan di-black magic. Atau kalau mau di-black magic, tolong tunggu sampai Gramedia sudah menerbitkan buku cara menangkalnya.