Dear Sdr John Siswanto,

Saya juga mempunyai misi yang sama dengan Saudara. Mudah-mudahan kita dapat 
saling sharing ilmu n pengetahuan plus update informasi yang lebih jauh tanpa 
dibatasi latar belakang apapun. 

Salam sukses!

Best Regards
HB




Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: John Siswanto <johnsiswa...@yahoo.com>

Date: Thu, 19 Feb 2009 10:02:42 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [OOT] Re: KKG???   (Re: [budaya_tionghua] Re: Jualan BBM, Pemerintah 
Untung Rp 1,3 Trilliun=>Agoeng_set)


Bung Hendra Bujang (HB) yth,
 
Terima kasih atas pencerahannya yang baik, salah satu alasan saya joint di 
milis-milis sejak beberapa tahun yang lalu memang bertujuan mencari teman dan 
menimba ilmu... khususnya dari orang-orang seperti bung, yang ulasannya 
bermutu...
Salam,
JS
 


--- Pada Rab, 18/2/09, hendra_buj...@yahoo.com <hendra_buj...@yahoo.com> 
menulis:

Dari: hendra_buj...@yahoo.com <hendra_buj...@yahoo.com>
Topik: Re: KKG??? (Re: [budaya_tionghua] Re: Jualan BBM, Pemerintah Untung Rp 
1,3 Trilliun=>Agoeng_set)
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 18 Februari, 2009, 9:44 AM






Indonesia sudah announce sebagai net importer. Statement ini diiringi dengan 
sikap keluar dari OPEC. Masalah subsidi BBM dari dulu menjadi "Misteri" bagi 
publik dan menjadi "buah bibir" bagi siapapun yang memerintah. Ada beberapa 
krusial point yang harus diperhatikan perihal subsidi minyak (Seandainya Sdr JS 
berhasil menjadi wakil rakyat, tolong diperjuangkan hal-hal berikut):
1) Transparasi perhitungan cost of production per barrel n normal capacity Vs 
actual capacity. Dari perhitungan komparasi ini, kita akan tahu seberapa 
efisiensi Pertamina n "actual" Cost of Goods Sold mereka. Justru hal-hal 
seperti ini tidak pernah diungkap ke publik!!!! Dari sini kita akan tahu apakah 
ada korelasi n dampak kenaikan/penurunan harga minyak dunia terhadap biaya 
produksi n harga jual minyak domestik!!!! !! Jadi nanti bisa ketahuan, siapa 
yang bohong....

2) Transparasi perhitungan n pengawasan (monitoring n controlling) jalur rantai 
distribusi, mulai dari hulu ke hilir (disinyalir banyak kebocoran dan maling2 
di jalan yang pada akhirnya justru menambah Cost Price!!!!!)

3) Pembangunan refinery2. Seharusnya Indonesia mempunyai refinery tersendiri, 
sehingga minyak produksi dalam negeri tidak perlu diekspor n lalu diimpor 
kembali. Hal ini sangat penting! Mengapa?
- Selisih ekspor n impor sendiri berpotensi menimbulkan rugi selisih kurs yang 
akan membebani keuangan Pertamina yang pada akhirnya akan menambah Cost Price 
Minyak dan keuangan Negara
- Fluktuasi IDR yang dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum keuangan tertentu! 
Mengapa? Jika pertamina memborong USD di market, IDR akan rontok karna akan 
banyak Treasury, Hedge Fund n Spekulan yang ikut memborong USD. Nah potensi 
"kerugian negara" disisi ini sudah jelas! Sudah sewajibnya juga Pertamina tidak 
boleh membeli langsung di pasar akan tetapi diatur khusus langsung ke Negara 
mengingat posisinya yang strategis!!! !!
- Dengan adanya ekspor impor minyak karna tidak ada refinery, yang akan 
diuntungkan adalah kontrak sewa kapal-kapal tanker minyak. Nah sudah sewajibnya 
Pertamina juga men"disclose" ke publik, berapa besar total cost-nya!!!! ! 
Tentunya akan lebih menguntungkan jika dari dulu Pertamina mengalokasikan dana 
utk pembangunan refinery ketimbang membayar sewa tanker!!!

4) Berapa besar jumlah cadangan minyak indonesia dalam jumlah barrel n berapa 
lama cadangan tersebut diperkirakan habis jika diukur dengan tingkat konsumsi? 
Data-data seperti harus diungkap ke publik, sehingga publik pun dapat melakukan 
kalkulasi tersendiri atas kemampuan Pertamina n mendeteksi potensi-potensi 
kebocoran yang ada!!!!!

5) Mengapa Pertamina hanya jago kandang? Mengapa Pertamina tidak bisa seperti 
Petronas yang aktif ekspansi ke luar negeri untuk mengembangkan skala 
perusahaan agar dapat lebih inovatif n efisien????? Padahal dulu petronas 
justru belajar dari Pertamina!!! !! Tentunya hal ini menjadi tantangan 
profesional akan kemampuan n kapasitas manajemen ke depan!!!!!

Nah, seandainya hal-hal diatas bisa diungkap ke publik, saya yakin kita sudah 
bisa menghitung biaya produksi per barel n liter, tanpa harus mengacu kepada 
parameter luar (MOPS) mengingat cost of production lebih cenderung bersifat 
semi variable cost (Economics of Scale) bukan variable cost.......

Sangat disayangkan bahwa Indonesia ini sebenarnya negara yang kaya sekali akan 
sumber daya alam namun hanya segelintir pihak yang menikmati kekayaan tersebut. 
Bukankah pemerataan kemakmuran harus dilakukan agar negara menjadi kuat?????

Best Regards
HB


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: Fy Zhou
Date: Wed, 18 Feb 2009 23:51:24 +0800 (SGT)
To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
Subject: Re: KKG??? (Re: [budaya_tionghua] Re: Jualan BBM, Pemerintah Untung Rp 
1,3 Trilliun=>Agoeng_set)





Yang tak pernah gamblang diutarakan pemerintah adalah: kita ini sebenarnya 
negara eksportir atau negara importir minyak? makanya polemiknya tambah ruwet: 
yang satu ngitung biaya impor, yang satu ngitung biaya produksi....
 
Kalau ada ekspor (minyak mentah) dan juga ada impor (minyak hasil kilang) 
sekaligus, seharusnya bisa dihitung selisih laba atau ruginya, tak melulu 
berpatokan harga impor. misalnya, biaya produksi minyak mentah dlm negeri 20, 
diekspor seharga 30, kita impor lagi minyak hasil kilang seharga 40, berarti 
biaya akhir yg kita keluarkan adalah 20-30+40=30, ditambah biaya distribusi dlm 
negeri misalnya 5, kita jual ke konsumen dng harga 35 berarti sudah impas, 
meski harga dalam negeri dibawah harga internasional, seharusnya tak boleh lagi 
disebut disubsidi pemerintah. perkara keuntungan penjualan minyak mentah yang 
10 itu mau dimasukkan sbg anggaran pembangunan pemerintah, itu persoalan lain, 
tak bisa dipakai sbg alasan dalam perhitungan harga modal.. Saya kira, cara 
penerangan pemerintah ke rakyat yang tak gamblang dan pemakaian istilah subsidi 
yang mengaburkan masalah inilah yang selalu digugat KKG. angka2nya boleh saja 
dia salah, tapi intinya benar.
 
Lantas ada lagi persoalan lain, pemerintah RI meskipun diatas kertas untung 
dari ekspor minyak mentah, tapi tak bisa sepenuhnya menikmati keuntungan itu, 
karena sebagian (besar /kecil?) ladang minyaknya telah dikuasai oleh perusahaan 
asing, mereka tentu tak mau keuntunganya ini disetor ke pemerintah.. .. lha ini 
yang celaka... lantas, apakah pemerintah siap menerangkan hal2 seperti ini ke 
Rakyat? ......bisa ribut semua! maka lebih baik main kabur mengabur 
saja.....asal harga lokal lebih rendah dari harga internasional, sebut saja itu 
Subsidi, beres! tak usah hitung2an yang akan membuka borok sendiri....
 
ZFy 
 





From: Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo. net.id>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, February 18, 2009 10:02:41 PM
Subject: KKG??? (Re: [budaya_tionghua] Re: Jualan BBM, Pemerintah Untung Rp 1,3 
Trilliun=>Agoeng_set)





----- Original Message -----
From: agoeng_...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, February 18, 2009 5:50 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Jualan BBM, Pemerintah Untung Rp 1,3 
Trilliun=>Agoeng_set
 
> Masa seh blom pernah denger2 dr jaman mega
> mau naekin bbm aja KKG dah triak2 kok
 
Kwik Kian Gie itu ekonom dan politisi paling bodoh dan munafik.
Dia anggota kabinet dengan jabatan yang paling menentukan, tapi tidak 
mengerjakan tugasnya, melainkan cari popularitas sendiri dengan bikin sensasi 
teriak-teriak di luar!
Eh, teriakan-teriakanny a pun salah lagi...
 
 
> Coba tanya ke dia supaya jelas detailnya.
> Cuma klo mau gampang mah logikanya itu harga produksi
> diatas harga jual itu = rugi, nah ruginya itu ditutupin
> ma pemerintah itu yg disebut subsidi.
> Nah menurut itungan KKG n beberapa ekonom
> yg dukung teori dia (g jg setuju)
 
Naif banget, detailnya gak tahu, koq bisa bilang setuju?
Lantas yang disetujuin itu apanya?
 
 
> harga produksi itu harus diitung benar2 merupakan
> ongkos produksi, bukan harga MOPS, internasional dll
> yg dianggap oportunity lost oleh pemerintah.
> Faktor itu harus dikeluarin, jd klo biaya produksi cuma $ 5
> yah jual $6 aja udah untung,
> klo selama ini kan ongkos produksi itu berdasarkan
> harga internasional.
> Klo MOPS di sing itu $20 yah ditambah biaya2 laen
> baru ketemu tuh harga bbm.
> Padahal biaya produksi jauh dibanding MOPS.
 
Ha ha ha.. ketahuan deh, rupanya memang naif, nggak tahu apa-apa, tapi 
belum-belum sudah bilang setuju sama teori Kwik Kian Gie.
 
Kita kan beli sebagian besar BBM (refined products) dari luar, karena kapasitas 
produksi kilang-kilang penyulingan (refineries) kita tidak cukup besar untuk 
memenuhi kebutuhan BBM nasional.
Harga pembelian dari luar negeri itu ya tentu saja sesuai MOPS!!
Nah, kalau kita impor BBM $20 dan dijual di dalam negeri $6, lalu bilang nggak 
rugi, yah itulah KKG-nomics, ha ha ha...
 
Terus bolak-balik menyebut "harga produksi", "ongkos produksi", "biaya 
produksi", itu maksudnya production cost di kilang-kilang kita itu ya?
Tahu nggak bahwa minyak mentah yang diproses di kilang-kilang kita itu pun 
dibeli dari luar?? Karena kapasitas E & P kita kita tidak cukup besar untuk 
memenuhi kebutuhan pengilangan nasional.

Harga pembelian crude oil dari luar negeri itu ya tentu saja sesuai MOPS!!
Nah, kalau kita impor crude oil $20 dan jual refined products-nya di dalam 
negeri $6, lalu bilang nggak rugi, yah itulah KKG-nomics, ha ha ha...
 
Wasalam.
















      Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Reply via email to