Yang sangat menarik adalah peristiwa Lao Zi keluar melalui gerbang lembah Han / Hangu Guan. Menurut catatan sejarah "resmi" gerbang di lembah Han baru dibangun sekitar 2 abad setelah masa yang diyakini sebagai masa peredaran Laozi.
Geografi di daratan Tiongkok terbagi-bagi oleh pegunungan yang menyulitkan hubungan antar daerah. Lembah Han adalah akses utama dari daerah timur (sekitar Hebei, Henan, Shandong sekarang) ke daerah barat (Shanxi dan seterusnya). Karena itu lembah Han sangatlah strategis dari sisi militer. Gerbang di lembah Han itu katanya dibangun oleh raja Qin, kakek atau kakek buyutnya kaisar Qin Shi Huang (saya lupa persisnya). Jadi benarkah ada gerbang di lembah Han ketika Laozi melewatinya ? Atau apakah benar memang Laozi melalui lembah Han, lebih parah lagi benarkah Laozi orangnya pernah ada ? Semua pertanyaan ini sifatnya nyeleneh, tidak berguna. Karena yang seharusnya dikejar (atau justru tidak dikejar) adalah Dao, bukannya Laozi. Mohon maaf bagi penganut Taoisme yang mungkin tersinggung oleh kata-kata di atas. Tidak ada maksud pelecehan di sini. Untuk peristiwa interaksi Kongzi dan Laozi, di buku Lunyu ada setidaknya 2 ayat yang mencatatnya, tetapi tidak spesisik menyebutkan kata Laozi. Salah satunya kalau tidak salah adalah mengenai Kongzi mengalami masalah tentang budaya yang tidak bisa dia pecahkan, maka dia akan pergi ke Zhou (maksudnya ibukota resmi dinasti Zhou), ke perpustakaan istana Zhou dan berkonsultasi dengan "Dan" atau Lao Dan. Lao Dan ini dikatakan adalah pustakawan Zhou. Sima Qian di Shiji (catatan sejarah) menuliskan bahwa yang dimaksud dengan Lao Zi ini ada kemungkinan beberapa orang. Salah satunya yang mungkin dimaksud Laozi adalah si Lao Dan ini, pustakawan yang memberikan konsultasi ke Kongzi. Persisnya seperti apa kedua ayat itu saya tidak hafal. Menurut beberapa pandangan / teori, isi ajaran Kongzi juga berubah setelah masa tuanya, mungkin setelah dia berkonsultasi dengan Lao Dan. Mungkin dia terpengaruh kata-kata Lao Dan yang konon mengatakan bahwa apa yang diajarkan Kongzi adalah hal-hal yang diturunkan dari jaman dulu. Lao Dan konon berpandangan agar kita hendaknya janganlah kaku akan aturan-aturan masa lalu. Karena di masa yang lalu itu boleh jadi aturan-aturan yang kita pegang secara kaku sangat mungkin adalah aturan-aturan baru yang diciptakan sesuai kondisi dan situasi jaman itu. Ini sejalan dengan prinsip dalam Dao De Jing, yang mati itu kaku, yang hidup itu lembut. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Kurniawan <kurniawan20062...@...> wrote: > > > Catatan: > > Di bawah ini kutipan yang sangat menarik tentang legenda kelahiran Lao Zi, Konfusius bertemu Lao Zi, dan bagaimana, seperti isi teks Tao Te Ching itu sendiri, Lao Zi kelihatan begitu tidak peduli betapa besar dampak pemikirannya untuk orang banyak. > > Kutipannya agak panjang, masih diambil dari buku Agama-agama Manusia, karangan Huston Smith, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, halaman 231: > > Sang Guru Tua > > Menurut tradisi, Taoisme berasal dari seorang yang bernama Lao Tzu, yang dikabarkan lahir kira-kira tahun 640 S.M. Beberapa sarjana menyatakan bahwa beliau hidup tiga abad kemudian dari tahun tersebut, sedangkan sarjana lainnya lagi bersikap ragu-ragu apakah beliau ini pernah benar-benar ada. Jika ia memang pernah hidup, kita hampir tidak tahu apa-apa mengenai hidupnya itu. Kita bahkan tidak tahu tentang namanya. Lao Tzu, yang dapat diterjemahkan sebagai "Putra Tua", "Sahabat Tua", ataupun "Sang Guru Tua", jelas sekali hanya merupakan suatu gelar kecintaan dan penghormatan. Apa yang kita ketahui adalah himpunan legenda. Beberapa di antara legenda itu hampir tidak dapat dipercaya: bahwa ia dilahirkan tanpa dosa sama sekali oleh sebuah meteor; dan dikandung oleh ibunya selama delapan puluh dua tahun; dan lahir sebagai seorang tua yang bijaksana dengan rambut yang sudah memutih. Bagian lain dari ceritera itu mempunyai nada yang lebih otentik: bahwa > pekerjaannya adalah sebagai pemelihara arsip di negara asalnya di sebelah barat China; dan bahwa dengan pekerjaannya itu ia hidup secara sederhana dan tidak banyak tuntutan. > > Perkiraan tentang kepribadiannya hampir seluruhnya didasarkan pada sebuah buku kecil yang dianggap ditulis beliau sendiri. Dari buku tersebut dianggap oleh beberapa orang pengamat bahwa beliau pasti seorang pertapa yang kesepian, yang hanyut dalam meditasi okultis personalnya; sedangkan yang lainnya menggambarkan beliau sebagai "tetangga abadi" yang sama cerdiknya dan sederhananya, dan mempunyai kodrat yang sama seperti Lincoln dengan perasaan humor dan keseimbangan pribadi yang juga sama seperti Lincoln. Sebuah gambaran dewasa ini yang sengaja disusun, hanya bicara tentang kesan teka-teki yang ditinggalkannya, perasaan bahwa di sini ada kedalaman yang menantang pemahaman kita yang lazim. > > Konfusius, yang tertarik oleh apa yang didengarnya mengenai Lao Tzu, pernah mengunjunginya. Gambaran yang diberikannya menunjukkan bahwa beliau juga bingung terhadap orang yang aneh itu, tetapi ia juga akhirnya menghormati beliau. "Mengenai burung," ujarnya kepada murid-muridnya, "saya tahu mereka punya sayap untuk terbang, tentang ikan, mereka punya sirip untuk berenang, tentang binatang, mereka punya kaki untuk lari. Untuk kaki ada jebakan, untuk sirip ada pukat, dan untuk sayap ada panah. Tetapi siapakah yang tahu bagaimana naga mengatasi angin dan awan menuju langit. Hari ini saya telah melihat Lao Tzu. Hari ini saya telah melihat sang naga." > > Sedih karena kecenderungan orang untuk mengambil manfaat kebaikan yang diajarkannya, dan berusaha mencari kedamaian pribadi yang lebih besar pada usianya yang semakin lanjut, akhirnya dikabarkan bahwa Lao Tzu menunggang seekor kerbau pergi ke arah barat, yaitu ke daerah yang sekarang disebut sebagai Tibet. Di Lembah Hankao, seroang penjaga gerbang yang merasakan watak luar biasa sang musafir itu berusaha membujuknya untuk kembali. Karena usahanya itu tidak berhasil, ia meminta kepada "Putra Tua" untuk setidak-tidaknya meninggalkan suatu catatan tentang apa yang dipercayainya bagi kebudayaan yang sedang ditinggalkannya itu. Hal ini disetujui oleh Lao Tzu. Ia beristirahat selama tiga hari dan kembali dengan sebuah buku kecil yang memuat 5.000 buah huruf China yang berjudul Tao Te Ching, atau "Jalan dan Kekuatannya". Buku itu merupakan suatu kesaksian dari keserasian manusia dengan alam semesta ini, dapat dibaca sampai selesai dalam waktu setengah jam > ataupun sepanjang hidup, dan sampai hari ini merupakan teks dasar bagi keseluruhan pemikiran Tao. > > Alangkah anehnya kehidupan demikian bagi seorang yang dipandang sebagai pendiri suatu agama. Beliau tidak berkotbah, beliau tidak mengorganisir sebuah Gereja, beliau hanya menulis beberapa halaman saja, berangkat menunggang seeekor kerbau dan sejauh ceritera tentang dirinya sendiri, di sanalah berakhir segalanya. Demikian besar bedanya dengan Buddha, yang dengan susah payah menyelusuri jalan-jalan berdebu India selama 45 tahun untuk menjelaskan ajarannya. Demikian berbeda dengan Konfusius yang mengunjungi berbagai ibu kota selama tiga belas tahun sambil berusaha untuk mendapatkan dukungan pemerintahan bagi filsafatnya. Di sini kita berhadapan dengan seseorang yang demikian kecil perhatiannya bagi keberhasilan pemikirannya sendiri, apalagi bagi kemasyhuran dan harta, sehingga ia tidak mau tinggal bahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dan, entah ceritera tentang hidupnya itu merupakan fakta ataupun hanya dongeng belaka, tetapi sesuai dengan > nilai-nilai Tao, ia akan menjadi bagian dari agama itu selama-lamanya. >