Semarang, 03-03-2009.
 
Saya tidak pernah membaca polemik posting mengenai agama, maka saya terlebih 
dahulu mohon maaf terlebih dulu kepada teman-teman yang tersinggung atas 
tulisan saya ini.
 
Saya dahulu juga pernah mengalami proses "Kristenisasi" oleh teman-teman dari 
agama Kristen, namun semua itu kembali lagi kepada diri kita sendiri, kita mau 
terima ajaran itu atau tidak ??? Kalau mau pindah agama / kepercayaan karena 
terbujuk oleh orang lain, ya sudah, anggap saja memang anda berjodoh dengan 
ajaran itu, tetapi kalau anda bisa berpegang teguh pada ajaran anda maka itu 
juga menunjukkan keteguhan iman dan kematangan berpikir / pribadi anda dari 
godaan orang luar.
 
Saya sendiri pernah " berkelana " ke ajaran lain, namun tambatan iman terakhir 
tetap kembali ke " jalan yang benar " ( menurut saya pribadi lho ya ). Orang 
mau mengatakan saya tersesat ke dalam ajaran gelap segala macam, silahkan. 
Karena diajaran ini saya benar-benar mendapatkan pertolongan ketika saya 
benar-benar membutuhkan uluran tangan dari yang saya percayai.
 
Sebaliknya, meski saya bukan orang Kristen, saya pernah mendorong teman saya 
untuk menjadi pendeta. Teman saya itu sekarang sudah menjadi pendeta di Gereja 
Isa Almasih, namun beliau tidak pernah sekalipun mencoba untuk mengkristenkan 
saya, karena masing-masing tahu posisi.
 
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang pendeta Gereja Kristen Indonesia, 
beliau mengatakan, semakin tinggi keiimanan seseorang maka dia akan berbuat / 
bertingkah laku / bertindak dengan elegan sehingga orang lain menjadi 
pengagumnya. Bukan dengan proses member get member dalam meningkatkan jumlah 
pengikutnya, seperti layaknya bisnis MLM.
 

Tenggang rasa dan saling menghormati, adalah dasar dari keharmonisan antar 
keluarga. 
 
Proses kristenisasi orang Tionghoa itu mempunyai sejarah yang cukup panjang dan 
alasan tertentu, memang kita harus akui bersama, kebanyakan orang Tionghoa yang 
beragama Kristen itu sudah tidak menjalankan adat istiadat Tionghoa lagi. Namun 
juga perlu dicermati, itu akibat ketidak adaan bahan / sumber pencerahan bagi 
mereka. 
 
Sekarang daripada bertengkar, bagaimana kalau kita orang Tionghoa yang masih 
tahu adat istiadat Tionghoa memberika pencerahan / pengajaran kepada 
teman-teman yang tidak tahu. Sehingga mereka tetap dapat menjalankan adat 
istiadat Tionghoa meskipun sudah beragama lain.
 
Semoga .... tulisan usil ini bermanfaat. Jika tidak....sekali lagi mohon maaf.
 
Salam dari Semarang ( kota harmonis )
Irawan R
 
 


      

Kirim email ke