Menurut ulama Buddhisme jawabannya adalah bahwa Buddhisme tidaklah identik 
dengan India. Maka di mana Buddhisme masuk, selalu mengadopsi budaya setempat. 
Tidak memaksakan budaya tempat asal sebelumnya. (sst... denger-denger di 
Indonesia beberapa dekade ini justru ada yang menekan budaya orang lain alias 
cuci otak paksa, just in this beloved country ?).

Menurut para kutu buku adalah karena di awal-awal masa masuknya ke Tiongkok 
dianggap sebagai ajaran aneh dan asing. Jadi dalam rangka pemasaran, 
konsep-konsep lokal harus diadopsi dan kalau bisa dirubah. 

Contoh: hungry ghost festival yang lebih banyak dikenal orang sebagai festival 
Ulambana, dianggap sebagai festival Buddhisme dengan kisah Mulianjian/Maha 
Maugdyalana menyelamatkan ibunya dari neraka. Ini adalah kisah sukses "adopsi" 
karena di kitab Liji jelas-jelas tercatat bahwa bulan 7 tanggal 15 adalah saat 
persembahan ke leluhur, alias ini aslinya adalah festival Tionghua yang 
kemudian berhasil diadopsi oleh Buddhisme.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia <chiamel...@...> wrote:
>
> Tapi umumnya semua chinese yg dirumahnya ada kwan im
> mengklaim si dewi dari turunan nenek moyang,tapi kenapa
> dikasih 1 titik item di jidatnya???????mirip org india,namun bermata
> sipit.
>  
> 


Reply via email to