bio atau kelenteng di asia tenggara dan chinatown dinegara lainnya memiliki 
fungsi yg unik yaitu SENTRA KOMUNITAS, makanya gak aneh kalu bio yg dibangun 
ame org zhang zhou bisa ada dewa lain yg masuk yg bukan dewa org zhang zhou. Jg 
buat agama lain seperti misalnya Buddha/Kwan Im bisa masuk berdampingan dgn 
Taishang Laojun/Xiantian Shangdi dsbnya.

Mereka yg dibio jg gak mikir pangkat dewanya itu sederajat or tidak getu, but 
yg jelas ada pakem yg STANDAR !!!!!
biar itu dewa kelas rendah kayak toapekong tapi kalu itu tuan rumah, mo dewa 
setinggi langit jg minggir disampingnya.
itu namanya menghormati !!!!!! bukan AROGAN !!!!!

itu sekilas sebagian inti budaya kelenteng yg ada !!!!!!!
sayangnya gw bukan sapa2 huehehehehehe jadi ya suara gw gak kedengeran bang 
jokkkkkkkkkkkkkk


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Joao Kho" <joao....@...> wrote:
>
> Saya coba kembalikan Judul postingan ke Timbulnya perpecahan umat Tridharma 
> yang kurang cocok diganti dgn kalangan tionghwa.
>
> Sebenarnya perubahan / perpecahan itu memang tidak perlu dikuatirkan, karena 
> sesuai dengan perumpamaan: Bersatu lama akan terpecah, Terpecah lama akan 
> bersatu kembali.
>
> Tetapi pointnya bukan disana, didalam kasus ini banyak kelompok yang 
> mempunyai kepentingan, dan memciptakan berbagai masalah yang sudah tidak 
> sehat lagi.
>
> Kedua, saya rasa inti ajaran dari KHC, Dao dan Budha tidaklah sama walaupun 
> menghasilkan tujuan yg bisa kita katakan sama.
>
> Ketiga, sesuai dengan semangat budaya tionghua, rasa kekeluargaan dan 
> toleransi seharusanya hal tersebut memang sudah seharusnya diselesaikan 
> dengan musyawarah dan toleransi. Tetapi faktanya dilapangan tidaklah 
> demikian, sebagai contoh: di satu cetiya/bio yang hampir 100% pengurus dan 
> umat pengen kembalikan yayasan ke naungan MATAKIN, tetapi dilaporkan oleh 
> yayasan buddhis ke aparat hukum dgn alasan banyak suara yang menolak 
> keputusan tersebut, dan menyuruh sekelompok orang tak dikenal didaerah 
> tersebut untuk ikut campur dalam rapat pengurus cetiya/bio. Jadi permainannya 
> sudah mulai kasar.
>
> Keempat, ini bukan hanya masalah agama sebagai alat transportasi, tetapi 
> sudah ketingkat elit (politik/pempinan) pusat yang sedang beradu kekuatan 
> untuk menarik massa maupun sumber rezeki.
>
> Sebenarnya masalah tersebut tidak berpengaruh terhadap umat awam dalam jangka 
> pendek, karena toh kepercayaan adalah hak masing2 orang. Dan di bio yang sama 
> mereka tetap bisa melakukan penghormatan kepada Buddha dan Dewata yang di 
> yakininnya. Tetapi dalam jangka panjang, maupun melihat kembali ke topik 
> "Dewata dipaksa pindah Agama". Dan tindakan lebih lanjut di daerah 
> sekitarnya.. sudah terjadi pemaksaan tertentu .....????
>
> Salam damai,
> Joao Kho
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Karna Hasim <hasimculang@> wrote:
> >
> > Menurut saya perpecahan di kalangan Tiong Hwa tidak perlu ditakutkan, 
> > karena nanti juga akan menemukan titik keseimbangan yang baru yang akan 
> > menuju harmoni.
> >
> > Perubahan nama dari Bio, Kelenteng menjadi Vihara terjadi karena campur 
> > tangan pemerintah yang dulu yang ingin menghapuskan kebudayaan tiong Hwa 
> > dari bumi Nusantara yang kita cintai ini. Tapi menurut saya inti ajaran 
> > dari KHC, Dao dan Budha adalah sama yang berbeda hanya ritualnnya saja. 
> > Juga dengan agama2 yang lain jika diambil intisarinya akan menuju ke satu 
> > kesimpulan yaitu mencari kebahagiaan lahir & batin, dunia & akhirat.
> > Jadi menurut saya tidak perlu dipertengkarkan & dicari2 perbedaannya.
> >
> > Ibarat orang yang ingin menyeberangi sungai, agama adalah alat 
> > transportasinya, ada yang menggunakan perahu besar, ada yang menggunakan 
> > kano atau malah ada yang ingin berenang, pilihan bebas ditangan individu 
> > masing2., yang penting jangan merasa paling benar dan menyalahkan yang lain.
> >
> > Salam bahagia
> > Namastee
> >
>


Kirim email ke