Kalau boleh tahu dimana saya bisa mendapatkan penjelasan tentang kata
'karma' dalam bahasa Indonesia kontemporer yang bisa dipakai acuan
yang *credible
*,?"

Siapa tahu dalam pepesan kosang ini ada tersisa kepala ikan peda, lumayan
buat isi perut orang lapar. Kepala peda dan nasi masih lebih baik dapi pada
perut laparkan?

Anehnya ya setiap membahas ini kok ada isue pemurnian ya? Siapa juga yang
mau dimurnikan, kalu terlalu murni semuanya juaga ga enak dimakan .

Jus buah enak segar, karena ada berbagai rasa masam, manis, sedikit sepat,
harum dll. Kalu dimurnikan tinggal asam atau manis saja , tinggal makan gula
dan cuka kan ga  enak ya?????????????????

Tolong lah di forum ini kita berusaha untuk bertukar pikiran mencari
pencerahan dan saya punya prinsip belajar tak akan berhenti sampai dipantek
paku empat?

Kon sensitip dan mengarah ke fanatisme itu menutup intelektualitas kita
semua, dan mubazir jadinya forum ini.

Siapa bilang pepesan kosong percuma dan tak berguna? Paling tidak masih bisa
jadi kompos dan pupuk tanaman yang bisa dimakan dan bisa membantu kinerja
otak kita kan?!

2009/6/14 Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo.net.id>

>
>
>  Sebetulnya masalahnya adalah kita membicarakan penggunaan kata asing yang
> diserap menjadi kata bahasa Indonesia.
> Sehingga artinya menjadi berbeda daripada arti awalnnya dalam bahasa
> aslinya.
>
> Contoh nyata adalah kata "fitnah".
> Kata ini berasal dari bahasa Arab, dan sekarang jelas-jelas menjadi
> kata bah. Indonesia.
> Tetapi dalam bah. Arab kata "fitnah" sebetulnya berarti "perbuatan
> kekerasan".
> Lalu setahu kenapa, ketika menjadi kata bah. Indonesia, kata "fitnah"
> berubah arti menjadi "tidak/bukan A, tetapi dianggap sebagai A". Jadi sangat
> jauh beda artinya.
> Karena itu ayat Quran yang mengatakan "fitnah lebih kejam dari pembunuhan",
> artinya yang sebenarnya (dalam bah. Arab) berbeda dengan pemahaman orang
> Islam Indonesia seumumnya terhadap ayat Quran itu.
>
> Begitu juga kata "karma" ini.
> Apa pun artinya yang sebenarnya dalam bahasa aslinya (Sansekerta atau Pali
> atau Hindi), sebagaimana diuraikan Hauw-djie dan Ning kouwnio, akan tetapi
> dalam bah. Indonesia kata "karma" memang sudah mempunyai arti yang berbeda.
> Yaitu ya seperti yang dipakai oleh Tantono dan Ardian jiwie looheng
>
> Jadi sebenarnya perdebatan yang seru ini tidak ada substansinya sama
> sekali. Pihak yang satu berargumentasi ke Barat, sedangkan pihak yang
> lainnya ke Timur.
> Orang Betawi bilang "ngeributin pepesan kosong"...
>
> Wasalam.
>
> ===========================================
>
>
>
> ----- Original Message -----
> *From:* ardian_c <ardia...@yahoo.co.id>
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Saturday, June 13, 2009 3:04 PM
> *Subject:* [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO
> Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.
>
>  ya ya ya owe masih bego dibanding ente yg pinter.
> Gini lho, bahasa Indonesia sering menyerap kata2 asing terutama bahasa
> sansekarta yg menjadi salah satu tonggak pembentukan bahasa Indonesia.
>
> Anda sendiri terlalu Buddhisentris tanpa pernah berpikir atau tdk terpikir
> kalau istilah karma itu sendiri ada dalam konteks Hindu.
> Secara umum karma diartikan perbuatan apapun akan menghasilkan buahnya.
> Dalam cerita itu sendiri apa tidak ada hikmahnya ?
>
> Anda sendiri terlalu langsung mennunjuk kepada Taoisme hehehehehe emangnya
> dalam Taoisme itu dikenal istilah TIAN seperti yg digambarkan dalam cerita
> ini ?
>
> Dalam banyak cerita yg bernuansa Buddhisme, entah dalam bentuk cuplikan yg
> ditempel dalam kitab GaoWang Guanshiyin Jing, sering ditulis bantuan dari
> Guan Yin bahkan Amitabha Buddha jg ada.
> Jadi konteks dewa bisa diganti katanya menjadi Avalokitesvara khan ?
> Konsepsi Mahayana itu salah satunya adalah para bodhisatva yg bertekad
> menolong semua mahluk.
> Bahkan sumpah yg terkenal dari Ksitigarbha Bodhisatva sendiri adalah "Jika
> neraka tidak kosong, tidak akan mau memasuki ke Buddhaan/menjadi Buddha".
> Dalam sejarah perkembangan Buddhisme Tiongkok sering ada cerita2 yg
> bernuansa seperti dibawah itu, semacam upaya kausalya. Dan tentunya jg
> Taoisme membuat cerita2 seperti itu. Lainnya adalah cerita2 rakyat, seperti
> cerita Yu Gong memindahkan gunung. Yg unik dan lucu adalah cerita 4 nasehat
> Liao Fan yg sering dicetak termasuk oleh para umat Buddha Mahayana Tiongkok.
> Ternyata tulisan itu hasil dari jiangshen shu/ilmu penurunan dewa, bukan
> cerita ASLI yg TERJADI. Dan cerita itu dibuat oleh salah satu sekte agama
> rakyat yg bernama Guiyi Dao.
>
> Buddhisme Tiongkok tentunya berbeda dgn Buddhisme2 lain dan WAJAR memiliki
> percampuran dgn budaya Tionghoa.
> Contohnya adalah serapan dari Taoisme yg diserap oleh Buddhisme yg tertulis
> dalam TRIPITAKA adalah pembuatan Hu, bbrp mantra Taoisme jg diserap dalam
> Tripitaka Tiongkok itu.
> Bahkan masuknya mantra2 dan jimat itu jg diserap di Tripitaka Jepang,
> Korea. Mau satu contoh ? Laojun Rushan zhou itu diserap oleh Tantrayana
> Timur lho, ingat bukan Tantrayana Tibet.
>
> Yg paling lucu adalah org yg maen cap jeplak sinkretisme tanpa mengetahui
> apa itu TAOISME.
> Juga kamsia atas waktunya en baidewai gw bukan org pinter seperti ente.
>
> PSST sekedar info, doeloe lagi jaman jepang di taiwan , brp banyak itu yg
> namanya daoguan diatur ama bhiksu huhehehehehehehe. Akhirnya ada clash gara2
> atas nama PEMURNIAN
>
> ------------------------------------------
>
> In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ning M. Widjaja" <nmw...@..wrote:
> Oh, ok terima kasih kalau batasan kemampuan penjelasan anda sampai disitu
> saja.
> Selesai lah sudah hak ini sampai disini saja, dan terima kasih atas
> waktunya.
>
> ---------------------------------------------
>
> 2009/6/10 ardian_c <ardia...@...>
> justru itu penjelasan Dapit memperkuat penggunaan istilah karma.
>
> Wong namanya sinkretisme mbuh mo ala Tao kek ala Buddhisme kek sudah ada.
> Istilah hukum karma dalam bahasa mandarin itu ya YINGUO.
> BTW raja YuanLuo alias Giam Lo Ong itu raja YAMA lho.
> Di Thailand sendiri banyak kisah2 yg mirip2 kayak begini yg bertebaran di
> masyarakat sana. Apa itu jg sinkretisme ?
> Contohnya Nang Nak yg sekarang jadi dewi pelindung wanita hamil
> huehehehehehehehehehehee
>
> ------------------------------------------
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com "Ning M. Widjaja" <nmwhtt@> wrote:
> Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata
> mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini.
>
> Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih
> berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan
> Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya
> istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih
> tepat sesuai konsep Tionghoa Taois.
>
> Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa.
>
> ---------------------------------------------------
>
> 2009/6/8 David Kwa <david_kwa2003@>
>
> Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa
> "memperbaiki karma/kamma" bukan berarti "memperbaiki keberuntungan/nasib",
> tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih
> baik istilah ini tidak dirancukan maknanya.
>
> ------------------------------------------------------
>
> "Ning M. Widjaja" <nmwhtt@> wrote:
>
> Sdr Tantono,
>
> Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
> mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah
> lama biasanya dipakai istilah Melayu: peruntungan atau nasib, mungkin lebih
> pas.
>
> Salam saya,
> HYJ
>
> ---------------------------------------------------------
>
> 2009/6/3 Tantono Subagyo <tantono@>
>
> Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan
> kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa
> puluhan alamat email, semoga berkenan.
>
>  
>

Reply via email to