agoeng_...@yahoo.com wrote: > Ketika komunis "berontak" dihajar abis, tetapi dengan dasar agama berkali > " mengacau" negara tidak diapa2in napa? > -----Original Message-----
Siapa bilang mereka tidak diapa2in? Pada zaman Soeharto dulu beberapa kelompok radikal dibantai habis (contoh: peristiwa Lampung dan Tanjung Priok). Para penghasut kaum radikal di"hilang"kan tanpa diketahui rimbanya. Intel (bukan processor) :-) menyusup ke mana-mana sampai ke mesjid-mesjid dan pondok-pondok pesantren ultra-kanan dan mereka yang mengobarkan api kebencian dan permusuhan diciduk. Waktu itu bahkan ada pameo yang mengatakan bahwa jika ada kucing hitam lewat di kampung pada tengah malam, Soeharto pasti tahu. :-) Pemerintah sekarang dengan tiada henti-hentinya memerangi para teroris, meskipun tidak dengan terlalu menggunakan kekerasan seperti dulu lagi. Tadi pagi di salah satu TV swasta ada bincang-bincang menarik per telefon antara mantan kepala BIN dan seorang pengamat teroris dgn dipandu dua orang penyiar TV. Menurut mereka, salah satu cara memerangi para teroris ini ialah dengan mempekerjakan para mantan teroris yang telah bertobat dan telah melewati proses "deradikalisasi" dan penyadaran dengan berhasil untuk membantu mendeteksi aksi para teroris, alih-alih menggaji para satpam biasa yang tidak terlatih dalam pencegahan terorisme. "Memakai mantan maling untuk menangkap maling," begitulah kira-kira. Dalam bincang-bincang TV itu juga ditekankan peranan masyarakat tertentu yang baik secara sengaja atau tidak, ikut membantu menyembunyikan para "saudara" yang bikin rusak ini, sehingga mereka sulit ditangkap. Akar dari pelaku bom bunuh diri adalah kebodohan/ignorance. Orang pintar mana sih yang mau disuruh meledakkan dirinya sampai hancur lebur begitu? :-) als yang ikut merasa rugi karena MU tak jadi main di Jkt. :-)